Kisah Inspiratif, Pencari Tiram di Aceh

Dengan sarung tangan ia meraba tiram di sungai, mengumpulkan kemudian menjualnya. Kisah inspiratif pencari tiram di Aceh
Ilustrasi - Tiram. (Foto: Pixabay)

Banda Aceh - Lalu lalang kendaraan di jalan dekat jembatan Krueng Cut, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar begitu padat sore itu. Tampak di sisi kiri dari arah Darussalam, belasan lapak seadanya menjajakan tiram yang dikemas dalam plastik transparan. Mereka begitu ramah memanggil para warga yang melintas saat matahari mulai terbenam.

Tiram adalah sekelompok kerang-kerangan dengan cangkang berkapur dan relatif pipih. Tiram terkenal sangat lezat ketika dikonsumsi.

Tiram juga menyediakan beberapa nutrisi seperti salah satunya zat besi, maka tak heran hewan laut ini sering dijadikan sebagai menu favorit restoran atau masakan rumah tangga. Sebelum dijual biasanya tiram dicongkel terlebih dulu dari cangkangnya yang ditempa dari besi yang terkenal keras.

Hampir semua orang di sini rata-rata dapat penghasilan dari mencari tiram.

Satu di antara penjual tiram adalah Samsariah (58). Ia mengatakan sudah 16 tahun mencari tiram dan kemudian menjualnya.

"Seingat saya, yang pasti sejak gadis sudah mulai mencari tiram," kata Samsariah kepada Tagar.

Pencari Tiram AcehPencari sekaligus penjual tiram dekat jembatan Krueng Cut, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. Menggunakan pisau khusus untuk mencongkel tiram. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Samsariah menyebutkan sebungkus tiram ia jual Rp 15 ribu. Dalam sehari ia bisa meraih keuntungan hingga Rp 120.000, jika mulai berjualan sejak siang.

"Hampir semua orang di sini rata-rata dapat penghasilan dari mencari tiram," kata Samsariah. Ia warga Desa Baet, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar.

Mencari tiram termasuk pekerjaaan berat. Selain menghabiskan waktu juga dapat melukai tangan dan kaki para pencari. Belum lagi cangkang tiram yang keras dan agak tajam, juga karena tiram tidak dapat dilihat jelas ketika berada di dalam air sungai.

Maka beberapa orang yang sudah menjadikan perburuan tiram sebagai mata pencaharian, selalu menggunakan sepatu dan sarung tangan saat melakukan perburuan tiram di sungai.

Bermodalkan sarung tangan, biasanya para pemburu akan meraba-raba di dalam air untuk menemukan tiram, yang nantinya akan dikupas cangkangnya menggunakan pisau khusus.

"Kalau tidak ada sarung tangan dan sepatu maka akan luka, tapi itu tetap bahaya, tapi kami mau bagaimana, mencari tiram sudah mata pencarian kami," tuturnya.

Pencari Tiram AcehPenjual Tiram dekat jembatan Krueng Cut, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar. (Foto: Tagar/Fahzian Aldevan)

Perburuan tiram, lanjut Samsariah, biasanya dilakukan ketika air sedang surut. Sebab mereka tidak harus menyelam untuk mendapatkan tiram, tetapi cukup hanya dengan berjongkok sambil tangan meraba-raba dasar sungai.

"Asalkan air surut, kalau bisa jongkok untuk ambil tiram, kami tetap melakukan pencarian tiram tapi kalau hujan deras kami tidak mencarinya," katanya.

Biasanya waktu yang dihabiskan saat mencari tiram sampai 3 jam di dalam sungai, misalnya dimulai dari jam 10 pagi dan berhenti pada pukul satu siang, begitu juga sore harinya.

Biasanya dalam sehari, para pemburu akan membawa pulang tiram hingga 3 keranjang atau lebih.

"Tapi itu tidak tentu, rata-rata segitu itu kalau dimasukkan ke dalam plastik berukuran setengah kilogram, maka bisa menghasilkan tiram sebanyak 7 kantong plastik, tergantung rezeki," tuturnya.

Lapak Samsariah dan lapak pedagang tiram lain dibuat dari potongan seng bekas sebagai atap. Lapak ditopang penyangga batang kayu seadanya ditambah meja beralas bekas baliho.

Beberapa pedagang tiram mengupas cangkangnya dengan pisau di lapaknya.

"Cangkang tiram agak keras makanya harus menggunakan pisau khusus, tidak bisa menggunakan tangan kosong," ujarnya. []

Baca juga kisah inspiratif:

Berita terkait
0
Dua Alasan Megawati Belum Umumkan Nama Capres
Sampai Rakernas PDIP berakhir, Megawati Soekarnoputri belum mengumumkan siapa capresnya di Pilpres 2024. Megawati sampaikan dua alasan.