Kisah Bos Samator, Anak Pedagang Kopra yang Jadi Konglomerat

Berbekal modal 30 ribu rupiah dari ayahnya, Arief Harsono pun memilih kerja di Poso untuk mencari kopra yang bisa dijual lagi ke Surabaya.
Screenshoot wawancara Dahlan Iskan dengan Bos Samator Group, Arief Harsono. (Foto: Tagar/YouTube DI\'s Way)

Jakarta - CEO Samator Group Arief Harsono meninggal dunia pada Jumat, di RS Adi Husada, Surabaya akibat Covid-19. Kabar duka itu disampaikan sesama rekan bisnisnya, Hermanto Tanoko melalui akun Instagram-nya, Sabtu, 3 Juli 2021.

"Indonesia telah kehilangan salah satu tokoh pengusaha Gas Terbesar di Indonesia. Ir. Arief Harsono, MM., M.Pd.B., bos Samator Grup yang telah menghembuskan nafas terakhir pukul 21.30 WIB, Jumat 2 Juli 2021, @RS Adi Husada, Surabaya," tulis Hermanto.

Samator Group adalah perusahaan yang berdiri pada tanggal 22 Juli 1975. Pada awalnya, PT Samator hanyalah pabrik penghasil gas acetylene yang kecil. Setelah menginjak usia 37 tahun, Samator berubah menjadi perusahaan gas yang memiliki 60 cabang di Indonesia. 

Samator sendiri adalah kependekan nama dari 'Samarinda-Toraja'. Bisnis yang ia geluti bersama rekannya di Kalimatan.

Kisah sukses bos Samator Group Arief Harsono ini menarik. Meskipun terlahir dari keluarga berada, namun Arief Harsono benar-benar ditempa dari bawah oleh ayahnya. Sejak kecil kegigihannya sudah terlatih dengan membantu ayahnya bekerja sebagai pedagang kopra.


Bisnis saya mulai di sana. Ternyata bisnis itu harus punya akal yang banyak.


"Kami dulu pertama, ayah saya pindah dari Sulawesi ke sini (Surabaya) setelah SMA selesai, ayah tanya sama saya 'kerja atau kuliah?' Syaratnya begini, kalau saya disuruh kerja, saya ini kerja ingin yang ke daerah yang tidak ada familinya. Terus ayah saya tanya 'kenapa?', ya nanti biar besok gak diklaim sukses karena famili. Jawaban saya begitu," kata Arief dalam wawancara bersama Dahlan Iskan yang dikutip Tagar dari kanal YouTube DI's Way, Minggu, 4 Juli 2021.

Arief tanpa berpikir panjang menjatuhkan pilihannya untuk memilih bekerja dibanding melanjutkan sekolah ke perguruan tinggi. Berbekal modal 30 ribu rupiah dari ayahnya, ia pun memilih kerja di Poso untuk mencari kopra yang bisa dijual lagi ke Surabaya.

"Saya bilang sama ayah, saya pilih kerja karena kuliah itu gampang, masih bisalah saya lanjutkan dikemudian hari. Saya pilih kerja di Poso. Waktu saya sampai Makassar, saya ingat banget ayah saya kasih uang 30 ribu itu hanya untuk makan di Poso, 'kamu pergi kamu harus berhasil' ayah ajak dagang kopra," katanya.

"(Pada saat mau berangkat naik kapal) ibu saya malah berikan saya satu bungkus telur rebus sama ayam goreng satu bungkus. Saya bilang ini untuk apa? Ternyata di kapal itu tidak ada nasi. Oh ternyata ibu saya bener-bener mengerti dan itu saya rasakan sedih banget karena itu pilihan (bekerja)," ujarnya.

Arief menjelaskan, ia mulai memahami seluk beluk bisnis saat berada di Poso dan dari sanalah ia mengawali keberhasilannya dalam berdagang kopra. Dengan mengambil selisih harga, ia rutin menyuplai kopra dari Poso ke Surabaya. Alhasil, keuntungan yang ia dapat berhasil membeli mobil terbaru, juga digunakan untuk modal usaha yang lain.

"Bisnis saya mulai di sana. Ternyata bisnis itu harus punya akal yang banyak. Di sana mulai keberhasilan 2 ribu ton kopra dan saya ngawal naik kapal kirim ke Surabaya. Untung saya bisa beli mobil, bisa modal yang lain-lain lagi. Terus saya balik lagi ke sana (Poso) cari lagi temen-temen dapat lagi kopra. Pengapalan ke dua saya kembali ke Surabaya kirim kopra lebih kecil 1300an ton karena kopra sedang sulit harga sudah tinggi dan saingan kencang sekali," ujarnya.

Pada tahun 2004, Samator melakukan ekspansi usaha gas industrinya secara agresif dengan melakukan akuisisi atas PT Aneka Gas Industri (AGI). Bidang usaha AGI telah tumbuh lebih dari enam kali dalam satu dekade terakhir ini dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) yang impresif sebesar 20 %.

Pertumbuhan yang signifikan ini di capai melalui kerja keras dari tim kami yang berkomitmen untuk menerapkan pengetahuan global dengan konten lokal dalam melayani pelanggan kami yang beragam.

Grup Samator, dengan fasilitas lebih dari 50 pabrik dan 100 pos pengisian, telah mampu menyediakan serangkaian produk dan jasa gas industri dalam memenuhi permintaan pasar secara nasional.

Merek Samator dikenal sebagai perusahaan gas industri pertama di Indonesia dengan jaringan distribusi terbesar dan terluas secara nusantara. Samator menjadi pemasok gas industri yang diandalkan di Indonesia.

Sebagai bagian dari strategi korporasi kami, Grup Samator juga bermitra dengan perusahaan gas industri kelas dunia, seperti Taiyo Nippon Sanso Corporation, Tomoe Shokai Co. Ltd., dan Hangzhou Hangyang Co.,Ltd.

Grup Samator terus mengembangkan kegiatan usaha ke berbagai industri, termasuk kesehatan, kimia, engineering procurement and construction (EPC), otomotif dan properti. []


Baca Juga: Bos Samator, Crazy Rich Surabaya Meninggal Karena Covid-19

Berita terkait
BNI 46 Juara Putaran 2, Samator Siap ke Final Four
Seri ketiga putaran dua Proliga 2020 di Yogyakarta menjadi ajang pemanasan bagi BNI 46 dan Surabaya Samator sebelum berlaga di final four.
Usai 10 Hari Isolasi, Crazy Rich Malang Masih Lemah
Pasangan Crazy Rich Malang, Gilang Widya Pramana dan Shandy Purnamasari belum bisa bernapas lega setelah dinyatakan positif Covid-19 pekan lalu.
Crazy Rich Medan, Iseng Beli Mobil Toyota Supra
Crazy Rich asal Medan, Indra Kesuma membeli Toyota Supra GR di Showroom Prestige Motorcars karena iseng, begini kisah selengkapnya.