Jakarta - Penurunan harga sejumlah saham di masa pandemi virus corona Covid-19 merupakan peluang yang menjanjikan untuk melakukan aksi jual-beli (trading) saham yang salah harga atau undervalued. Hal ini terbukti setelah memasuki fase new normal di Indonesia dan sejumlah negara dunia, saham-saham tersebut mulai naik harga dan diperkirakan terus berlanjut.
Saya mengakumulasi beli saham emiten makanan, barang-barang konsumsi yang memproduksi barang sanitasi, perbankan, dan telekomunikasi.
Hal ini dibuktikan oleh Kanya Lakshmi Sidarta. Investor ritel yang berkarier di industri pasar modal dan perusahaan perkebunan kelapa sawit (crude palm oil - CPO) ini mengakui bahwa dirinya aktif mengakumulasi beli saham-saham yang bisnisnya diuntungkan selama masa pandemi Covid-19.
Baca Juga: IHSG Turun 0,47%, 5 Saham Ini Terbesar Dijual Asing
“Saya mengakumulasi beli saham emiten makanan, barang-barang konsumsi yang memproduksi barang sanitasi, perbankan, dan telekomunikasi. Saya juga mencermati saham perkebunan,“ ujar Kanya di Jakarta, Senin, 23 Juni 2020 seperti dikutip dari emitennews.com.
Sejak pandemi Covid-19 merebak di Indonesia, Kanya mengakui mengkumulasi beli secara bertahap saham-saham tersebut. Pembelian difokuskan pada saham-saham emiten yang memiliki peluang pertumbuhan kinerja keuangan ke depan.
“Pekan ini merupakan salah satu momentum bagi investor juga untuk membeli saham-saham yang harganya terdiskon, valuasinya murah, dan peluang harga saham melonjak dalam jangka pendek hingga menengah,” tutur Kanya.
Yang jelas, ungkap dia, investor disarankan untuk berinvestasi pada saham yang memiliki karakter keuangan terindikasi tumbuh di masa mendatang. Misalnya, saham-saham yang produknya merupakan kebutuhan pokok konsumen dan penjualan produknya melonjak di masa pandemi ini.
Berdasarkan data, saham-saham sektor keuangan dan barang-barang konsumsi sejak awal tahun ini hingga 19 Juni 2020 (year to date) masih bergerak di zona hijau dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 0,36% dan 0,60%. Sedangkan indeks saham sektor perkebunan terkoreksi minus 0,66% dan infrastruktur, utilitas dan transportasi turun 0,07%.
Kanya menambahkan agar target imbal hasil tak meleset, investor disarankan untuk menjual saham yang sudah untung dalam jangka pendek. “Tatkala ada peluang profit taking segera dieksekusi untuk merealisasikan keuntungan. Sisakan sebagian keuntungan saham untuk mengoleksi saham-saham lainnya yang secara average melemah, namun masih aktif diperdagangkan,” ungkap mantan CEO IDX Channel ini.
Selama ini, Kanya mengakui memutuskan untuk ambil untung (profit taking) saham, walaupun tingkat keuntungan masih kecil. Hal ini bertujuan untuk menghindari penurunan harga saham akibat fluktuasi indeks masih besar selama masa pandemi ini. “Pemodal disarankan segera merealisasikan keuntungan, meskipun persentase gain kecil,” tutur eksekutif yang berkecimpung di industri kelapa sawit ini.
Usai profit taking, Kanya kembali masuk pasar modal dengan membeli secara bertahap atau mencicil saham-saham prospektif lainnya. Sedangkan mitigasi risiko atas kerugian investasi dilakukan dengan mencermati perkembangan ekonomi nasional dan global yang berdampak positif atau negatif terhadap pertumbuhan bisnis emiten tersebut.
Baca Juga: Inalum Akuisisi Saham Vale, Pengamat: Strategi Bagus
Kendati demikian, Kanya mengingatkan, investor untuk cermat mengamati dinamika perekenomian nasional dan global, kendati pasar saham dipenuhi sentimen positif dari dalam negeri. Investor tetap perlu berhati-hati membelanjakan dananya di masa pendemi Covid-19, karena masyarakat cenderung membelanjakan kebutuhan pokok, dibandingkan barang-barang tahan lama (durable goods).[]