Kesaksian Dokter Lumbantobing Sembuh dari Covid-19

Dokter Harurikson Lumbantobing sembuh dari Covid-19, berkat perawatan. Selain itu dia berdoa dan semangat untuk sembuh.
Dokter Harurikson tersenyum penuh suka cita setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19. (Foto: Tagar/Fernando Sitanggang)

Medan - Seperti biasa, pagi itu di pertengahan Maret 2020, Dokter Harurikson Lumbantobing berangkat ke rumah sakit di sekitar Jalan Gatot Subroto, Kota Medan, Sumatera Utara, untuk bertugas melayani pasien. Dia bertugas sebagai dokter patologi klinik.

Tanpa sadar Harurikson berangkat kerja tidak memakai masker, padahal saat itu kondisi tubuhnya tidak begitu fit karena kelelahan menjalankan tugas keseharian.

"Tiga hari kemudian, saya langsung merasakan badan ngilu, batuk dan flu disertai sakit yang luar biasa pada tenggorokan, dan tidak selera makan," ungkapnya, saat berbincang dengan Tagar di Medan pada Minggu, 26 April 2020.

Harurikson, dokter yang juga lulusan S3 dari Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat, ini langsung memeriksakan diri ke Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan. Setelah pemeriksaan rapid test atau tes cepat, dia dinyatakan positf.

"Kemudian hasil swab test pertama dan kedua pada 25-26 Maret 2020 di RSUP Haji Adam Malik saya dinyatakan pasien dalam pengawasan atau PDP. Kemudian saya dirawat di rumah sakit itu," jelasnya.

Saat diisolasi di RSUP Haji Adam Malik, dia diletakkan di ruangan instalasi gawat darurat (IGD) karena saat itu kamar isolasi dikatakan penuh. 

"Setelah saya diswab dan periksa darah, saya diisolasi di ruang IGD yang ada enam orang di dalamnya," tuturnya.

Harurikson pun merasa sangat ketakutan, apalagi pasien di sebelahnya belum lama meninggal dunia ketika dia baru masuk ke ruangan itu. 

"Saya langsung membaca Alkitab dan berdoa kepada Tuhan Yesus sembari berucap biarlah kehendakMu yang jadi," tuturnya.

Semua yang ada di ruangan IGD tersebut menangis dan bersedih sambil terus berdoa berharap pertolongan Tuhan. Salah seorang pasien yang diketahui beragama Islam, dia lihat rajin salat. Hal serupa dia lakukan, lebih rajin membaca Alkitab sambil berdoa terus berharap pertolongan Tuhan.

Pada hari kedua dokter di RSUP Haji Adam Malik melakukan visit kepada para pasien. Melihat kondisi ruangan isolasi yang tidak memadai, dokter akhirnya menyarankan Harurikson dirawat jalan atau pasien berobat jalan (PBJ).

"Menunggu hasil pemeriksaan, kami di PBJ-kan di rumah. Nanti dihubungi kalau sudah keluar hasilnya," beber dia.

Selama lima hari di rumah, kondisinya semakin memburuk. Dia lemas dan tidak dapat makan, karena semua makanan muntah. Mensiasatinya, dia memperbanyak minum teh. "Makan tidak bisa karena langsung muntah, terpaksa saya minum teh banyak," jelasnya.

Pada 1 April 2020, pihak RSUP Haji Adam Malik menghubunginya, mengatakan hasil pemeriksaan swab positif Covid-19. Hanya saja, pihak rumah sakit menyebut tidak bisa merawatnya karena ruangan isolasi atau ruangan perawatan sudah penuh.

Pihak RSUP Haji Adam Malik kemudian berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, akhirnya dia direkomendasikan untuk dibawa dan dirawat di Rumah Sakit GL Tobing di Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

"Kemudian ambulans dari RS GLTobing menjemput saya dari rumah. Ketika itu tetangga semua keluar melihat saya dijemput. Saya down, tapi saya tetap berdoa kepada Tuhan," bebernya.

Setiba di RS GL Tobing Tanjung Morawa dengan pengawalan polisi dan tentara, Harurikson ditempatkan di ruang Anggrek 3. Di sana dia justru semakin khawatir karena melihat fasilitas airnya kuning dan jorok.

Tetaplah semangat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk minta disembuhkan, dan diselamatkan serta dipulihkan

Tak tahan di ruangan itu, dia meminta dipindahkan ke ruang Anggrek 8, dan air di ruangan itu lumayan bersih. Namun penyejuk udara atau AC rusak dan hanya ada kipas angin, sehingga membuatnya merasa kepanasan.

"Di ruangan itu saya diberikan obat paracetamol, azithromycin, dan vitamin. Saya langsung meminumnya setelah memaksakan diri untuk makan terlebih dahulu," ujarnya.

Selama empat hari di RS GL Tobing, dokter tidak pernah visit dengan alasan tempat tersebut hanya untuk isolasi bagi PDP dengan pemeriksaan rapid test dan bukan positif Covid-19. 

"Saya semakin stres karena tidak diberikan obat terapi antivirus seperti cloriquin, tamiflu, isoprinosine atau levofloxacin," jelasnya.

Kondisi Harurikson pun semakin drop, dan seperti hilang harapan. Namun dia melayangkan doa kepada Yang Maha Kuasa. 

"Tuhan, kalau memang Tuhan berkehendak aku mati di sini, saya mohon baik bagiku. Tapi sebelum itu semua, berikan saya rumah sakit yang baik bagiku, saya mau ke RS Siloam ya Tuhan," begitu doa Harurikson saat itu.

Ketika permintaan untuk pindah rumah sakit disampaikannya kepada Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, ditolak dengan alasan belum ada ruangan di RS Siloam dan juga RSUP Haji Adam Malik.

"Tapi saya tetap berdoa minta Tuhan tunjukkan jalan. Malam ke empat itu langsung saya drop dan merasa gelap dan minta ditensi oleh perawat melalui telepon. Namun satu jam saya tunggu tidak datang," ujarnya.

Tak putus ada, dia memberanikan diri menelepon Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara dr Alwi Mujahit Hasibuan, meminta pertolongan, agar disampaikan kepada perawat di RS GL Tobing, sembari menjelaskan bahwa dirinya mempunyai riwayat hipertensi.

"Puji Tuhan diangkat Pak Kadis dan setengah jam setelah selesai bertelepon baru perawat datang menensi saya dan tensi saya 160/100, dan ditinggalkan begitu saja tidak ada diberikan obat," ungkapnya.

Sambil tetap berdoa dan berserah kepada Tuhan, sepanjang malam dia mengaku tidak dapat tidur. 

Seperti menerima jawaban atas doa, pada keesokan harinya sekitar pukul 13.00 WIB, Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Utara, Dokter Alwi menghubunginya lewat WhatsApp dan mengatakan bersiap untuk dijemput dan masuk ke RS Siloam Medan. Harurikson menyebut saat itu dia sangat bersyukur. 

Ambulans RS Siloam Medan pun datang menjemputnya dari RS GL Tobing. Setibanya di RS Siloam, seorang dokter spesialis paru langsung menanganinya. 

"Dokter Rudi Setiawan, spesialis paru langsung memeriksa saya, dan diinfus. Diberikan injeksi levofloxacin serta obat oral antivirus lainnya," jelasnya.

Setelah dirawat di sana, kondisinya pun berangsur membaik hari demi hari. Psikologisnya juga semakin kuat karena pelayanan yang baik dan manusiawi dari tim medis rumah sakit. 

Pelayanan di RS Siloam dia sebut memang berdasarkan kasih. Tim medis tidak terlalu menjaga jarak, dan tetap menjalin komunikasi kepada pasien. 

"Rumah sakit ini sangat mempedulikan pasien, mereka tidak menunjukkan sikap takut," terangnya.

Pada hari ke-15 dirawat, Harurikson kembali menjalani pemeriksaan swab. "Setelah diswab hasilnya masih positif. Saya terus berdoa mencari Tuhan dan berjanji akan lebih melayani Tuhan bila telah disembuhkan dan dipulihkan," tuturnya.

Setelah melakukan swab yang ke enam dan ke tujuh pada 17-18 April 2020, dan hasilnya keluar pada 22 April 202, dia dinyatakan sembuh. "Saya diperbolehkan pulang, kembali ke rumah dan dinyatakan sembuh," kata dia.

Dokter Harurikson, beristrikan seorang psikolog, boru Sinaga, ini menyampaikan kepada seluruh pasien Covid-19 untuk tidak putus asa, selalu semangat, dan berdoa untuk disembuhkan.

"Tetaplah semangat dan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa untuk minta disembuhkan, dan diselamatkan serta dipulihkan," kata dokter yang telah dikarunia sepasang anak ini.[]

Berita terkait
Pasien Terakhir Sembuh, Wuhan Deklarasi Bebas Corona
Kota Wuhan di Provinsi Hubei, China mendeklarasikan sudah terbebas dari ancaman virus corona Covid-19, pasca pasien terakhir sembuh.
Pasien Corona Sembuh di Maros Sudah 10 Orang
Total pasien terjangkir virus Corona yang sembuh di Maros terus mengalami peningkatan. Sejauh ini sudah 10 pasien Corona sembuh.
21 Pasien Positif Corona di Sumut Dinyatakan Sembuh
Pasien positif Covid-19 dinyatakan sembuh di Sumatera Utara kini menjadi 21 orang.
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu