Kemenkes: Virus Corona Tidak Dapat Diprediksi

Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Achmad Yurianto menyebutkan Indonesia punya 3 alat pendeteksi corona.
Ilustrasi - Virus Corona. (Foto: Antara)

Jakarta -  Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto menyebutkan Indonesia mempunyai tiga alat pendeteksi virus corona. Hal itu diungkapkannya untuk menjawab tudingan yang telah beredar luas belakangan ini. 

"Sesuai standar WHO, pemeriksaan ini butuh fasilitas laboratorium dengan sertifikasi Biosecurity Level (BSL) 2 atau 3. Di Indonesia hanya ada tiga (tempat pemeriksaan). Hanya ditempat inilah pemeriksaan bisa dilakukan," ujar Yurianto dalam konferensi pers yang digelar di Gedung Adhyatama Kemenkes, Jakarta Selatan, Senin 10 Februari 2020.  

Yurianto menegaskan pihaknya telah bekerja sama dengan 3 institusi yang memiliki kapasitas untuk memeriksa pasien terjangkit virus corona. Setiap spesimen (sampel) dari setiap pasien di berbagai daerah, nantinya akan dikirim ke salah satu dari tiga tempat tersebut untuk melalui proses pemeriksaan.

Achmad YuriantoSekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Achmad Yurianto (kiri). (Foto: Tagar/Husen mulachela)

Kata dia, spesimen yang sudah diterima oleh institusi tersebut per Minggu, 9 Februari 2020 pukul 17.00 adalah sebanyak 62 spesimen. Sebanyak 59 spesimen negatif virus corona.

"Dari 62 (spesimen) ini 59 (spesimen) sudah hasilnya negatif, 3 masih proses, karena datangnya belakangan," kata Yurianto.

Semua rentan, tidak ada ruang untuk tidak hati-hati, semua harus hati-hati.

Spesimen tersebut diuji menggunakan dua prosedur. Cara pertama dengan menggunakan prosedur pengujian yang sama untuk menguji virus Sars (2002) dan Mers (2011). Pemeriksaan dengan cara ini sudah terakreditasi oleh World Health Organization (WHO).

Prosedur pertama ini dilakukan dengan cara klinis, artinya hanya pasien dengan gejala tertentu saja yang akan melalui proses pemeriksaan tersebut. Misalnya, pasien dengan gejala influenza berat, panas badan, atau gangguan pernafasan.

Pasien yang memiliki gejala itu, nantinya akan dilakukan screening pemeriksaan fisik seperti pada umumnya. Jika penyakit pasien dapat diidentifikasi dengan penyebab yang jelas, maka pasien akan diintervensi dengan antibiotik. 

"Manakala kemudian ditemukan penyebabnya jelas, misalnya radang pada tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri, maka kita akan intervensi dengan antibiotik," ucapnya.

Jika intervensi dengan antibiotik berhasil dan gejala pada pasien mulai mereda, maka bisa disimpulkan penyakit yang dialami pasien bukan disebabkan oleh virus.

Sebaliknya, jika pengobatan menggunakan antibiotik tidak menurunkan gejala yang dialami pasien, maka mereka dicurigai telah terjangkit suatu virus. 

"Maka pasien ini masuk status pasien yang diawasi," katanya.

Bila gejala pada pasien yang berstatus "diawasi" atau semakin memburuk, maka tindakan pengambilan spesimen akan dilakukan. 

"Pasien kita isolasi, dan kita anggap sebagai pasien dengan suspect," ujarnya.

Pemeriksaan terhadap spesimen pasien dilakukan dengan dua metode, yakni dengan alat deteksi virus pan-corona (untuk memeriksa jenis virus corona pada pasien). Metode kedua, yaitu menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) terbaru yang juga digunakan oleh Singapura dan Australia.

"Dalam sistem PCR ini kita hanya dihadapkan pada pilihan novel corona atau bukan, sehingga pemeriksaannya bisa lebih cepat dan sehari selesai, kalau metode sebelumnya butuh 3 hari,"  tutur Yurianto.

Dia mengatakan nantinya seluruh spesimen yang diperiksa akan diverifikasi terlebih dahulu oleh WHO.

Di luar itu semua, Yurianto mengimbau masyarakat selalu berhati-hati dalam menghadapi persoalan virus membahayakan tersebut. Sebab, penyebaran corona ke setiap wilayah tidak dapat diprediksi. 

"Semua rentan, tidak ada ruang untuk tidak hati-hati, semua harus hati-hati," ujarnya kepada Tagar. []

Baca juga:

Berita terkait
Khawatir Virus Corona Tak Terdeteksi di Indonesia
Para ahli peringatkan Indonesia dan Thailand bahwa virus corona mungkin saja sudah menyebar di Indonesia dan Thailand, tapi tidak terdeteksi
Virus Corona, Warga Arab Daftar Jadi Relawan Wuhan
Sejumlah warga dari negara-negara Arab ramai-ramai ingin mendaftar sebagai tenaga sukarelawan di Wuhan, China, yang dikenal awal virus corona
Virus Corona Bikin Amazon Batal Hadir di MWC 2020
Perusahaan teknologi multinasional asal AS, Amazon bakal absen dalam hajatan Mobile World Congress (MWC) di Spanyol karrena alasan virus vorona.
0
Banyak Kepala Daerah Mau Jadi Kader Banteng, Siapa Aja?
Namun, lanjut Hasto Kritiyanto, partainya lebih mengutamakan dari independen dibandingkan politikus dari parpol lain.