Jakarta - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah meluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-15: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Kurikulum ini diharapkan dapat memberi ruang kepada setiap individu tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi uniknya masing-masing.
Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan Zulfikri Anas mengatakan, bahwa kata merdeka itu, tidak terbelenggu atau dengan kata lain sekolah dibebaskan untuk memilih.
Apalagi kata Zulfikri pendidikan itu untuk melepaskan manusia dari segala belenggu dalam kehidupan sehingga potensi dalam diri bisa dikembangkan.
Tugas kita adalah membantu anak untuk menemukan ruang yang tepat bagi mereka agar dapat mengantarkan mereka menjadi generasi yang kompetitif dan berdaya saing.
“Nah, kalau dengan Kurikulum Merdeka ini mereka punya ruang yang seluas-luasnya untuk mengeksplor apa yang menjadi kekuatan dalam dirinya, selain itu bagaimana cara merespon persoalan di sekitarnya,” ucapnya di kanal YouTube Kemendikbud RI dalam acara Silaturahmi Merdeka Belajar, dilihat, Selasa, 22 Februari 2022.
- Baca Juga: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar Episode XV
- Baca Juga: Saatnya Sekolah Menentukan! Begini Kriteria Sekolah yang Boleh Menerapkan Kurikulum Merdeka
Ia juga mengatakan sebelum sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka tersebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan, pertama, para guru harus mengenal muridnya, sebab ketika guru sudah mengenali murid-muridnya, dengan begitu murid tersebut akan lebih mudah diarahkan dan dibentuk.
“Jadi guru punya peta muridnya, hari pertama masuk kelas itu jangan langsung menyampaikan materi, tapi kita masuk dulu ke dunia anaknya,” tuturnya.
Kedua, antara murid dan guru harus terbagun kerja sama atau kolaborasi, serta gotong-royong agar tercipta sebuah karya atau inovasi baru. Tak hanya itu, tapi juga kolaborasi antara siswa-siswa yang memiliki kemampuan dan bakat yang berbeda-beda.
“Dengan kurikulum merdeka ini, yang terbangun adalah kolaborasi, jadi anak itu saling mengerti nanti, oh saya lebih unggul di sini, kamu lebih unggul di sini ayo kita berkolaborasi,” ujar Zulfikri Anas.
Selain itu, ia juga menyampaikan bagaimana cara Kemendikbudristek mensosialisasikan Kurikulum Merdeka ke pelosok-pelosok negeri agar sekolah-sekolah di pedalaman dapat menerapkan Kurikulum Merdeka. Namun, ia kembali menegaskan bahwa sekolah tidak perlu tergesa-gesa mengimplementasikannya.
“Untuk memudahkan, kami menyediakan sebuah saluran untuk sekolah, baik dalam bentuk website, platform dan lain sebagainya. Mulai tahun ini kita buka untuk semua sekolah, intinya adalah pelajari dan pahami dulu, jangan tergesa-gesa untuk memulai,” imbuhnya.
- Baca Juga: Kurikulum Merdeka Membebaskan Siswa dan Guru Berkolaborasi
- Baca Juga: Kurikulum Merdeka Jadi Jawaban untuk Atasi Krisis Pembelajaran
Menurut Zulfikri Anas tugas guru, sekolah dan Kemendikbud adalah membantu para siswa untuk menemukan ruang yang sesuai dengan karakteristiknya agar dapat tumbuh dan berkembang. Sebab, setiap anak memiliki ruangnya sendiri untuk berkarya dan berinovasi.
“Tugas kita adalah membantu anak untuk menemukan ruang yang tepat bagi mereka, agar dapat mengantarkan mereka menjadi generasi yang kompetitif dan berdaya saing,” pungkasnya. []