Jayapura - Kontak tembak yang berujung jatuhnya korban jiwa kembali pecah di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, Papua, Jumat 6 November 2020 siang.
Seorang anggota TNI bernama Pratu Firdaus dilaporkan meninggal akibat diterjang peluru Kelompok Separatis Bersenjata (KSB) di bagian lehernya. Sementara, Pratu Arbi luka tembak di bagian betis kanan. Kedua korban adalah anggota Satgas Yonif Raider 400/BR.
Kontak tembak terjadi di Kampung Titigi, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan III, Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan, lokasi kontak tembak berada di Kampung Titigi.
"Kontak tembak terjadi di Kampung Titigi, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. Personel Satgas Yonif R 400/BR yang sedang patroli untuk menjamin keamanan warga masyarakat, ditembak KKB pada Jumat," ujar Suriastawa dalam keterangan tertulisnya yang diterima Tagar di Jayapura, Jumat 6 November 2020 malam.
Baca juga:
- Kembali, Anggota Satgas Apter Tewas Ditembak KSB di Papua
- TNI dan Warga Sipil Tewas Dibunuh KKSB Intan Jaya Papua
- TNI AD Dikerahkan Mengejar KKSB di Mimika Papua
- KKSB Serang Pos TNI Nduga, Seorang Warga Tewas
Dia mengatakan, korban saat ini masih dalam proses evakuasi. Sementara, anggota TNI masih mengejar para pelaku. Kejadian ini menambah daftar korban jiwa akibat gangguan dari KSB di Intan Jaya.
Suriastawa menyatakan, belakangan ini KSB semakin massif melancarkan kebiadabannya di wilayah Intan Jaya. Ini menyusul korban berjatuhan, baik TNI dan polisi serta warga sipil.
"Kemarin kita mendengar pernyataan Bupati Intan Jaya tentang kelakuan KKB yang suka mengambil Dana Desa. Selebaran permintaan dana kepada masyarakat juga beredar. Ini semua menunjukkan bahwa KSB dan pendukungnyalah akar masalah di Papua," ujarnya.
Sebelumnya, Bupati Intan Jaya Natalis Tabuni mengungkapkan jika Kelompok Separatis Bersenjata kerap mengancam Kepala Desa dan Sekretarisnya.
Tujuannya, tak lain memeras keuangan desa saat mengetahui Dana Desa telah cair. Uang hasil pemerasan itu pun digunakan untuk membeli senjata dan amunisi.
"Setelah mengetahui pencairan dana desa, KKB ini biasanya mengancam aparatur desa dengan senjata. Mereka menunggu di perkampungan," ujar Natalis seraya mendukung kepolisian dan TNI untuk melakukan penegakan hukum terhadap KSB. []