Keluarga Korban Beirut Minta PBB Lakukan Investigasi

Keluarga korban ledakan di Beirut, Lebanon menuntut Dewan Keamanan PBB segera melakukan investigasi.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi lokasi ledakan yang menghancurkan di pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis 6 Agustus 2020. Emmanuel menawarkan bantuan ke Lebanon setelah ledakan pelabuhan yang mematikan itu. (Foto AP/Thibault Camus, Pool)

Beirut - Keluarga korban ledakan di Beirut, Lebanon menuntut Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) segera melakukan investigasi. Tim FBI akan tiba di Lebanon pada Minggu, 16 Agustus 2020 untuk bergabung dalam penyelidikan ledakan yang memakan banyak korban jiwa.

Seperti diberitakan dari Arab News, Sabtu, 15 Agustus 2020, sedikitnya 170 orang tewas dan ribuan lainnya luka-luka akibat ledakan 2.750 ton amonium nitrat di sebuah gudang penyimpanan di Pelabuhan Beirut pada 4 Agustus. Ledakan itu menghancurkan sebagian besar kota, menyebabkan ratusan ribu kehilangan tempat tinggal dan memicu kemarahan atas kelalaian dan korupsi di negara yang mendapat julukan Paris dari Timur Tengah.

PBB bisa menunjuk Pengadilan Kriminal Internasional atau membentuk pengadilan khusus untuk penyelidikan kejahatan kemanusiaan di Lebanon.

Baca Juga: Pemerintahan Lebanon Terancam Pengunduran Diri Massal

Pemerintah Lebanon di bawah Perdana Menteri Hassan Diab mengundurkan diri awal pekan ini setelah beberapa hari warga menggelar aksi demonstrasi menuntut pertanggungjawaban atas bencana tersebut.

Aksi Unjuk Rasa di BeirutAksi unjuk rasa terjadi di Beirut, menuntut pemerintah bertanggungjawab atas kelalaian yang menyebabkan terjadinya ledakan besar di gudang penyimpanan bahan kimia. (Foto: Reuters|BBC News).

Pengacara keluarga korban, Nada Abdelsater mengatakan keluarga korban tidak mempercayai sistem keamanan dan politik di Lebanon. Keluarga korban percaya bahwa mereka adalah tersangka meskipun bukan satu-satunya yang terlibat dalam pembantaian ini.

Abdelsater menambahkan, satu-satunya cara legal untuk penyelidikan internasional dan penuntutan internasional adalah dengan melibatkan Dewan Keamanan PBB mengirim komite investigasi dan pencari fakta ke Lebanon sebelum TKP dikompromikan lebih lanjut. "PBB bisa menunjuk Pengadilan Kriminal Internasional atau membentuk pengadilan khusus untuk penyelidikan kejahatan kemanusiaan tersebut," katanya

Ia membacakan permintaan yang ditandatangani oleh ribuan keluarga ledakan. Permintaan tersebut dialamatkan kepada semua negara anggota DK PBB. "Salinan telah dikirim melalui duta besar negara-negara angggota DK PBB ke Lebanon," tutur Abdelsater.

Sementara pejabat dari sejumlah negara terus berdatangan ke Lebanon pasca tragedi ledakan Beirut. Asisten Menteri Luar Negeri Amerika Serikat untuk Urusan Politik, David Hale bertemu dengan pejabat Lebanon pada hari kedua kunjungannya ke Beirut. Dia akan bertemu tokoh politik, spiritual, dan masyarakat sipil pada hari Sabtu.

Perjalanannya bertepatan dengan kunjungan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, yang tiba di Beirut pada Kamis malam. Tetapi Zarif tidak pergi ke daerah-daerah yang hancur akibat ledakan tersebut, meskipun kunjungannya disebut sebagai ekspresi bentuk solidaritas.

Simak Pula: Negara Donatur Minta Lebanon Lakukan Reformasi

Orang pertama kali datang ke Beirut setelah ledakan adalah Presiden Prancis Emmanuel Macron. Presiden Macron berjanji akan memberikan bantuan kepada Lebanon untuk rekonstruki Beirut. []

Berita terkait
Kesaksian Warga di Beirut, Mengira Serangan Israel
Kesaksian beberapa warga yang selamat dalam ledakan di Beirut, Lebanon, mulai dari mengira Israel menyerang hingga terbang sejauh 30 meter
Macron Serukan Perubahan Besar Lebanon Pasca Ledakan
Presiden Prancis, Emmanuel menyerukan perubahan besar kepemimpinan di Lebanon pasca ledakan bahan kimia.
China Kirim Bantuan untuk Korban Ledakan di Lebanon
Pasukan penjaga perdamaian China akan mengirimkan bantuan medis untuk korban ledakan bahan kimia di Beirut, Lebanon.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi