Keluarga Gus Dur Tergusur dari PKB, Ini Sejarahnya

Namun, keluarga Gus Dur dan PKB berada di gerbong yang sama mendukung Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019.
Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar menghadiri Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) LPP DPP PKB di Kantor DPP PKB, Jakarta, Sabtu (29/4). Rakornas PKB menargetkan memenangkan pemilu pada 2019 atau setidaknya berada di posisi kedua sebagai partai terbesar. (Foto: Ant/Reno Esnir/kye)

Jakarta, (Tagar 30/3/2019) - Keluarga Presiden Indonesia ke-4 almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sama-sama berada dibarisan pendukung pasangan Jokowi Widodo-Ma'ruf Amin pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. 

Namun, sebelumnya, antara keluarga Gusdur dan Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) pernah terlibat perselisihan. 

PKB merupakan partai hasil bentukan organisasi Nahdlatul Ulama (NU), saat Gusdur menjadi Ketua Umum Pengurus Besar NU (PBNU) pada pertengahan tahun 1998 silam.

Saat itu, orde baru baru saja tumbang. Gusdur selaku Ketua Umum PBNU mendapat usulan dari para warga NU di seluruh pelosok Tanah Air agar membentuk partai politik. PBNU kemudian mengundang banyak intelektual muda dari berbagai organisasi Islam untuk merumuskan konsep partai. Muhaimin Iskandar salah satunya.

PKB pun terbentuk, dan mengusung Gusdur sebagai ikon partai sekaligus kandidat calon presiden pada Pemilu 1999. Muhaimin Iskandar juga menjadi tokoh inti partai PKB. Dirinya melesat sebagai Wakil Ketua DPR, sekaligus Ketua Fraksi PKB di DPR.

Baca juga: Pengaruh Jusuf Kalla di Makassar untuk Kemenangan Jokowi-Ma'ruf di Pilpres 2019

Namun, pada tahun 2007-2008, Cak Imin yang menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB terlibat perseteruan dengan Gusdur selaku Dewan Syuro PKB.

Mulanya, konflik terjadi saat Cak Imin dicopot dari jabatannya sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz PKB, melalui rapat gabungan Ketua DPP PKB yang membahas munculnya isu pihak-pihak yang ingin menggelar Muktamar Luar Biasa.

Cak Imin dan pendukungnya (PKB Muhaimin) kemudian mengajukan gugatan ke PN Jakarta Selatan. Cak Imin menggugat Gusdur atas pemecatan dirinya. Selain itu, kubu PKB Muhaimin juga menggelar Musyawarah Luar Biasa (MLB) di Hotel Mercure Ancol.

Musyawarah tandingan itu menghasilkan keputusan untuk mendapuk Muhaimin sebagai Ketua UMUM PKB. Posisi Sekretaris Jenderal yang semula diisi putri Gusdur Yenny Wahid, juga diganti oleh Lukman Edy. Sekaligus mengangkat KH Aziz Mansyur untuk menggeser Gusdur di kursi Ketua Dewan Syuro PKB.

Gusdur dan keluarganya berang, tapi memilih untuk mengalah dan mundur. Sejak saat itu hingga akhir hayatnya, Gusdur tidak lagi terlibat politik paktis.

Keluarga Gusdur hingga kini juga tetap menyimpan kesal, lantaran PKB Muhaimin kerap menggunakan nama Gusdur dalam kegiatan politik mereka.

Dalam sebuah kesempatan, Cak Imin pernah mengaku kalau perseteruan yang pernah terjadi adalah sebuah skenario yang merupakan usaha Gusdur untuk menggembleng dirinya sebagai anak muda.

Namun pernyataan tersebut langsung dibantah salah satu putri Gusdur Allisa Wahid yang yakin konflik Gus Dur dengan Cak Imin nyata adanya, bukan sebuah rekayasa untuk penggemblengan atau apa pun.

Hal itu juga dikuatkan oleh salah satu orang terdekat Gusdur Priyo Sambadha. Melalui cuitan media sosial Twitter, Ketua DPP Kader Gusdur itu menjelaskan bahwa konflik yang terjadi antara Gusdur dan Cak Imin, merupakan sesuatu yang nyata adanya.

"Bukan Fiksi: Ada konflik PKB antara Gus Dur dan Muhaimin. Gus Dur dipecat sbg Ketua Dewan Syuro PKB oleh Muhaimin dkk. Setelah itu Gus Dur bersedih hingga akhir hayat beliau. Ini fakta dan saya saksi hidup. Ttk," katanya melakui akun Twitter @Psambadha.

Baca juga:

Berita terkait
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.