Jakarta – Biro Investigasi Federal (FBI - Federal Bureau of Investigation) Amerika Serikat (AS), Senin, 30 Agustus 2021, melaporkan bahwa jumlah kejahatan ras di AS tahun lalu naik ke level tertinggi dalam lebih dari 10 tahun belakangan ini, didorong oleh peningkatan serangan yang menarget korban kulit hitam dan keturunan Asia.
Data 2020, yang diserahkan ke FBI oleh lebih dari 15.000 lembaga penegak hukum di seluruh AS, mengidentifikasi adanya 7.759 kejahatan kebencian pada 2020, naik 6% dari 2019. Jumlah itu yang tertinggi sejak 2008.
Data FBI menunjukkan jumlah pelanggaran yang menarget orang kulit hitam naik jadi 2.755 dari 1.930. Insiden terhadap orang Asia naik jadi 274 dari 158.
Dari 7.426 kejahatan kebencian yang diklasifikasi sebagai kejahatan terhadap manusia, sebagai lawan kejahatan terhadap properti, 53,4% berupa intimidasi, 27,6% berupa penyerangan dan 18,1% untuk penyerangan berat. Sebanyak 22 pembunuhan dan 19 pemerkosaan dilaporkan sebagai kejahatan kebencian.
Departemen Kehakiman memperingatkan bahwa kelompok supremasi kulit putih mewakili ancaman keamanan yang meningkat setelah serangan mematikan pada 6 Januari 2021 terhadap Gedung Kongres, Capitol Hill di Washington DC, AS.
Pada saat yang sama, laporan serangan yang dilandaskan kebencian terhadap orang Asia-Amerika dan Kepulauan Pasifik juga meningkat. Pemicunya, dikatakan banyak orang, pernyataan Presiden Donald Trump yang menuding China atas pandemi Covid-19.
Dengan dukungan bipartisan yang luar biasa, April 2021 lalu Senat Amerika mengesahkan RUU kejahatan kebencian untuk memerangi kekerasan terhadap orang Asia-Amerika (ka/ah)/Reuters/voaindonesia.com. []
Presiden Biden Sebut Kebencian Tidak Punya Tempat di Amerika
Kejahatan Kebencian di Amerika Serikat di Masa Donald Trump
Jajak Pendapat: Warga Amerika Percaya Anti-Asia Meningkat
Kebencian Terhadap Warga Asia di AS Menyebar di Media Sosial