Kedai 66 Kediri, Sensasi Ngopi di Hutan Pinus Gunung Wilis

Kedai 66 Kabupaten Kediri menawarkan suasana sejuk hutan pinus dan cocok untuk swafoto saat kumpul bersama teman dan keluarga.
Kedai 66 yang menawarkan ngopi di dengan suasana hutan pinus di kaki Gunung Wilis, Kabupaten Kediri. (Foto: Tagar/Fendhi Lesmana)

Kediri - Kabupaten Kediri memiliki banyak tempat kongko-kongko sekaligus ngopi bersama teman dan kerabat. Salah satu tempat ngopi menjadi referensi adalah Kedai 66 di Dusun Plapar, Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri.

Kedai 66 masih menjadi pilihan favorit untuk tempat ngopi bagi milenial. Alasannya, Kedai 66 menawarkan pesona alam pohon pinus dan kesejukan kaki Gunung Wilis serta cocok untuk swafoto.

Idenya cari suasana baru, tempat nongkrong, tempat ngopi yang jarang dan memang dibutuhkan orang-orang.

Owner Kedai 66, Ansen Nie Kelias Subangaun menceritakan kafe 66 dirintis oleh empat orang mahasiswa termasuk dirinya baru saja lulus salah satu perguruan tinggi swasta di Kediri tahun 2018. Ansen mengaku ide dipilihnya kawasan hutan pinus untuk dijadikan tempat nongkrong, karena konsep alam serta hawanya sejuk cocok untuk tempat ngopi.

"Idenya cari suasana baru, tempat nongkrong, tempat ngopi yang jarang dan memang dibutuhkan orang-orang. Dengan suasana alam hawanya sejuk, santai tidak monoton begitu saja," tutur pemuda berusia 24 tahun ini.

Baca juga:

Lebih lanjut, pemuda lulusan Teknik Sipil ini menceritakan awal mula berdirinya kafe sama sekali belum memiliki pegawai dan dikerjakan sendiri. Seiring berjalanya waktu, lambat laun usaha dibangun dengan jerih payah bersama akhirnya mengalami kemajuan pesat.

"Kalau dulu 4 orang, ya tim itu orangnya. Kalau sekarang sudah ada 30 orang lebih, kerja sif pagi-malam. Karyawanya kita optimalkan dari masyrakat sekitar," kata dia.

Kedai 66 Pinus KediriPengunjung Kedai 66 menikmati suasana hutan pinus di kaki Gunung Wilis, Kabupaten Kediri. (Foto: Tagar/Fendhi Lesmana)

Cakupan luas hutan Pinus dipetak 156 mencapai 5 hektar, namun yang dipakai untuk area kafe tidak sampai mencapai setengah luas lahan. Ansen menilai pohon Pinus memiliki bentuk karakter yang berbeda dengan pohon lainya. Jika ditinjau dari daunya lebih terkesan artistik, memiliki ciri keindahan tersendiri.

Karena masih dalam area kawasan hutan pinus, Ansen sengaja membiarkan petani getah untuk bisa masuk ke area kedai, melakukan aktivitas penyadapan. Hal ini dimaksudkan untuk mengedukasi para pengunjung agar tahu seperti apa proses kegiatan penyadapan getah pohon Pinus.

"Memang dari saya enggap apa apa, karena memang kita memberikan edukasi. Kebanyakan pengunjung yang tidak tahu mesti tanya ke pegawai ini getahnya buat apa, karena itu harus ada edukasinya," tuturnya.

Selain memberikan edukasi proses penyadapan getah, Kedai 66 juga mengizinkan kepada para pengunjung untuk menggali informasi tentang tanaman sayuran hidroponik, yang saat sedang dikembangkan, di area hutan pinus. Jenis tanaman hidroponik yang ditanam diantaranya jenis lada, kangkung dan sawi. Ketika panen, pengunjung juga diizinkan untuk memetik secara langsung kemudian dimasak ditempat.

"Ini kemarin uji coba tanaman hidroponik, sudah sekali panen," kata Ansen.

Meski menjadi tempat ngopi, tetapi menu yang ditawarkan di Kedai 66 juga terdapat minuman tradisional seperti beras kencur, sinom. Selain itu, ada juga menu makanan tradisional seperti pecel dan nasi jagung.

"Di sini harga paling murah Rp 6-10 ribu. Untuk makanan tidak ada harga lebih dari Rp 15 ribu, murah," tutur Ansen.

Kedai 66 Pinus KediriPengunjung Kedai 66 menikmati suasana hutan pinus di kaki Gunung Wilis, Kabupaten Kediri. (Foto: Tagar/Fendhi Lesmana)

Untuk jam operasional, Kedai 66 mulai pukul 06.00-22.00 WIB. Ansen mengaku di tengah pandemi Covid-19, pihaknya menerapkan protokol kesehatan ketat sesuai anjuran pemerintah.

"Untuk tempat duduk, juga kita beri tanda agar konsumen menjaga jarak, pakai masker, cuci tangan dan cek suhu badan. Semuanya sesuai standar penerapan protokol keehatan," kata Ansen.

Ansen menceritakan pengunjung Kedai 66 tidak hanya berasal dari seputaran sekitar Kediri, melainkan juga dari daeran lain di Jawa Timur seperti Surabaya, Blitar, Tulunganggung dan Nganjuk. Pengunjung rata-rata mampir ke Kedai 66 setelah tahu informasi dari media sosial.

Ansen menceritakan kiat Kedai 66 bisa bertahan selama 2 tahun hingga sampai sekarang dikarenakan ia selalu berimprovisasi untuk mengembangkan usahanya itu. Bahkan rencanya tahun 2021 mendatang, ia memiliki rencana untuk pengembangan wisata agro, camping ground serta Adventure jelajah alam.

"Strategi kita harus ada pengembangan, seperti apa yang dibutuhkan dan disukai oleh konsumen. Kita Harus ada inovasi baru, kita beri kesan yang tidak terlupakan. Itu yang dibutuhkan constumer, kalau hanya wisata yang mengandalkan spot foto hanya swafoto terlalu standar, dan musiman," ucapnya. [](PEN)

Berita terkait
Bau Nangka, Cita Rasa Kopi Reblica Lereng Kelud Kediri
Warga Dusun Lahar Pang, Kecamatan Puncu, Kabupaten Kediri selama dua tahun memproduksi kopi khas. Bahkan kopi sudah merambah pasar ekspor.
Bisnis Budidaya Ikan Cupang di Kediri Merambah Ekspor
Warga di Desa Badal Pandean, Kediri bisnis budidaya ikan cupang. Bahkan ikan cupang di pasar ekspor dihargai Rp4 hingga 6 juta.
Modus 3 Warga Bengkulu Rampok Uang Nasabah Bank di Kediri
Polres Kediri menembak pelaku perampokan nasabah bank. Korban dirampok di depan rumahnya usai mengambil uang Rp 185 juta.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.