Kasus Positif Covid-19 Amerika Serikat Tembus 2 Juta

Di awal pandemi di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump sesumbar virus corona tidak bisa masuk ke negara, fakta kini kasus AS tembus 2.000.000
Demonstran memadati persimpangan di Main Street dan Walnut Avenue di pusat kota Huntington Beach, California, AS, pada hari Jumat, 17 April 2020, untuk memprotes jarak sosial dan penutupan ekonomi. (Foto: latimes.com/Kevin Chang/Staf Fotografer).

Jakarta – Ternyata sesumbar Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, yang mengatakan bahwa virus corona tidak bisa masuk ke negaranya tidak terbukti. Justru yang terjadi sebaliknya. Hari ini 8 Juni 2020 laporan situs independen, worldometer, menunjukkan kasus positif Covid-19 di Negara Paman Sam itu tembus 2 juta yaitu 2.007.449. Itu artinya AS ‘menyumbangkan’ 28,24% kasus global yang sekarang ada di angka 7.107.988.

Tidak hanya dalam jumlah AS bercokol di puncak pandemi Covid-19 dunia, tapi juga jumlah kematian AS mencatat paling banyak yaitu 112.469. AS jadi episentrum di Amerika Utara dan Brasil di Amerika Selatan (Latin). Negeri Samba ini juga peringkat ke-2 dalam jumlah kasus Covid-19 dunia.

Negara lain dengan jumlah kematian terbanyak adalah Inggris dengan 40.542 kematian disusul Brasil 37.312, dan Italia 33.899.

Di awal pandemi Covid-19 di AS kalangan ahli mengatakan bahwa negeri itu terlambat menjalankan tes massal Covid-19. Belakangan Presiden Trump sesumbar lagi bahwa jumlah tes yang dilakukan negaranya terbanyak di dunia. Kalangan ahli membenarkan, tapi kalau dihitung proporsinya yaitu jumlah tes per 1 juta populasi ternyata AS lebih kecil dari beberapa negara di ‘papan atas’ pandemi dunia.

Proporsi tes Covid-19 per 1 juta populasi di AS sebanyak 64.349. Bandingkan dengan Spanyol 95.508, Rusia 89.193, Inggris 82.239 atau Italia 70.063.

Tidak sedikit pula warga AS yang unjuk rasa dengan mengatakan Covid-19 adalah kebohongan besar. Mereka mendorong Presiden Trump membuka lockdown. Ketika pandemi sudah muncul di AS kalangan milenial negara itu tetap bergerombol di pantai dan tempat-tempat hiburan. Ini juga dikritik kalangan epidemiologi.

Biar pun kasus Covid-19 dan kematian banyak di AS, tapi Presiden Trump tetap pidato menyerang China dan Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO). Bahkan, Presiden Trump mengatakan akan keluar dari WHO karena dia tuding WHO main mata dengan China. Selain itu Presiden Trump juga mengatakan WHO gagal tanggulangi pandemi corona.

Padahal, China dan Korea Selatan yang semula diperkirakan akan jadi ‘neraka’ pandemi Covid-19 tanpa bantuan langsung dari WHO bisa mengendalikan penyebaran virus corona. China ada di peringkat ke-18 dunia. Ini artinya ada 17 negara yang pandeminya lebih parah dari China. Sedangkan Korea Selatan di peringkat ke-56 dunia yang menunjukkan ada 55 negara dengan pandemi yang jauh lebih buruk daripada Korea Selatan.

Sesumbar petinggi negara ternyata membawa petaka. Selain Presiden Trump, Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga sesumbar negaranya bisa menghadang penyebaran Covid-19. Hasilnya? Rusia di peringkat ke-3 dunia dengan kasus 476.658.

Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, juga meremehkan Covid-19 dengan mengatakan virus corona tidak lebih buruk daripada virus flu karena pandemi Covid-19 hanyalah flu ringan. Apa yang terjadi kemudian? Brasil jadi episentrum Covid-19 di Amerika Selatan dan ada di peringkat ke-2 dunia dengan jumlah kasus 691.962.

Ulah presiden tiga negara itu perlu jadi pembelajaran karena di Indonesia pun ada pejabat yang menganggap remeh Covid-19. Hari ini kasus Covid-19 di Indonesia sebanyak 32.033 yang menempati peringkat ke-32 dunia. []

Berita terkait
Covid-19 Amerika Serikat Kematian Tembus 100.000
Amerika Serikat catat rekor kematian terkait pandemi Covid-19 tembus angka 100.000, sedangkan dari jumlah kasus AS tetap di puncak pandemi dunia
Covid-19 Amerika Serikat Tembus Angka 1,5 Juta
Kasus Covid-19 di Amerika Serikat terus bergejolak sementara warganya menolak protokol kesehatan WHO, kini kasus di negeri itu mencapai 1.504.881
Covid-19 di Amerika Serikat Tembus Angka 1 Juta
Episentrum Covid-19 hanya sebentar di sumber awal yaitu China karena pandemi menyeberang ke Eropa dan Amerika Serikat yang sekarang jadi episentrum