Kasad: Calon TNI-AD Sudah Tak Lagi Tes Keperawanan

Kasad Jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI) Andika Perkasa sudah tak ada lagi tes keperawanan dalam menjalani rekrutan TNI-AD.
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI) Andika Perkasa. (Foto: Tagar/Dok TNI)

Jakarta - Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) Jenderal Tentara Nasional Indonesia (TNI) Andika Perkasa, mengatakan saat ini dalam rekrutan baru prajurit TNI-AD sudah tidak ada lagi tes atau pemeriksaan keperawanan bagi calon prajurit perempuan.

“Sudah sejak Mei lalu, mulai diterapkan dalam seleksi penerimaan Bintara di setiap Kodam,” kata Jenderal Andika usai meninjau Latihan Bersama Garuda Shield di Pusat Latihan Tempur (Puslatpur) Amborawang, Samboja, 40 km utara Balikpapan, Kalimantan Timur, Kamis, 12 Agustus 2021.

Bintara merupakan jenjang dimana calonnya harus lulusan SMA atau sederajat, dengan usia rata-rata 18 tahun, dan lulus menjalani pendidikan di Sekolah Calon Bintara (Secaba) yang berlangsung selama 5 bulan di Resimen Induk Kodam (Rindam) yang ada di setiap Kodam.


Sudah sejak Mei lalu mulai diterapkan dalam seleksi penerimaan Bintara di setiap Kodam.


Khusus untuk calon prajurit wanita, setelah lulus seleksi di Kodam, maka akan menjalani Secaba di Pusat Pendidikan Korps Wanita Angkatan Darat (Pusdik Kowad) di Bandung. Lulusan Secaba akan berpangkat sersan dua.

Kasad Andika juga mengatakan penghapusan tes keperawanan tidak hanya bagi calon prajurit, tapi juga sudah tidak diberlakukan lagi untuk calon istri dari prajurit pria yang mengajukan izin menikah.

“Kalau prajurit kita sudah memilih, ya sudah. Emang kita mau ngapain,” ucapnya.

Ia juga menegaskan peniadaan aturan pemeriksaan genital atau kelamin, khususnya bagian dalam dari vagina dan cervix (rahim) untuk calon prajurit wanita.

Tes tersebut untuk melihat kondisi hymen (selaput dara) apakah masih sempurna atau ruptured (sobek) seluruhnya ataupun sobek sebagian, adalah bagian dari perubahan untuk kemajuan yang diterapkan Angkatan Darat.

Selain itu, sejumlah tes seperti buta warna, apakah calon mengidap penyakit atau kelainan yang bisa mengancam jiwa, justru semakin rinci dan ketat.

Untuk tes buta warna misalnya, kini selain menggunakan metode tes Ishira, juga ditambah tes Hardy-Rand-Rittler. Dengan dua tes buta warna, buta warna sebagian yang juga lazim diderita di Indonesia, bisa terdeteksi.

Dengan pemeriksaan kesehatan yang relevan namun lebih ketat itu diharapakan lolos calon prajurit yang memiliki kesamaptaan (kesempurnaan, ketangguhan) jasmani yang terbaik untuk dibina menjadi prajurit yang mumpuni. []


Berita terkait
Politikus PDIP Jagokan Andika Perkasa Jadi Panglima TNI
Politisi PDIP Effendi Simbolon menjagokan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa menjadi Panglima TNI mengantikan Hadi Tjahjanto.
Aprilio Perkasa: Tanpa Andika Perkasa, Saya Pasti Hancur
Aprilio Perkasa berterima kasih kepada Tuhan telah dipertemukan dengan Jenderal Andika Perkasa yang menyelamatkannya dari kehancuran hipospadia.
Andika Perkasa Calon Panglima TNI dan Kuda Hitam Pilpres 2024
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika Perkasa disebut-sebut bisa menjadi kuda hitam dalam Pilpres 2024, dan calon Panglima TNI.
0
Setahun Bekerja Satgas BLBI Sita Aset Senilai Rp 22 Triliun
Mahfud MD, mengatakan Satgas BLBI telah menyita tanah seluas 22,3 juta hektar atau senilai Rp 22 triliun setelah setahun bekerja