Jakarta - Isi pidato kenegaraan yang akan disampaikan Presiden Jokowi diharapkan tidak hanya memberikan harapan tetapi juga membangun optimisme, terutama masalah penanganan pandemi Covid-19 beserta dampaknya.
Hal itu sampaikan Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute (IPI) Karyono Wibowo, Minggu, 15 Agustus, sebagaimana dilansir Antara.
Seperti yang terjadi, akibat pandemi menimbulkan dampak multidimensi. Ekonomi mengalami kontraksi, pengangguran meningkat, utang bertambah, belum lagi dampak sosial lainnya.
Selain itu, lemahnya kemandirian di bidang ekonomi, seperti halnya kemandirian di bidang farmasi dan alat kesehatan masih menjadi persoalan dalam penanganan pandemi.
"Saya berharap pidato Presiden Jokowi tidak sekadar normatif membacakan pengantar RAPBN 2022 beserta nota keuangannya," katanya.
Pidato presiden diharapkan tidak sekadar menyampaikan capaian-capaian kinerja pemerintah dan lembaga-lembaga negara dari sisi positifnya saja.
Tetapi juga dari sisi kekurangan dan kelemahan yang disebabkan oleh pelbagai faktor, sehingga publik memperoleh gambaran tentang kondisi yang obyektif. Target penerimaan negara dan pertumbuhan ekonomi juga harus lebih realistis.
"Oleh karenanya, saya berharap pidato kenegaraan Presiden Jokowi nanti mampu menjawab sejumlah tantangan saat ini dan akan datang," ujar Karyono.
Saya berharap pidato Presiden Jokowi tidak sekadar normatif membacakan pengantar RAPBN 2022 beserta nota keuangannya.
Diharapkan isi pidato Presiden Jokowi nanti visioner dan futuristik, tidak hanya membahas tantangan saat ini tetapi bicara tantangan di era "post pandemic" (pasca-pandemi).
"Salah satu poin penting yang perlu ditegaskan dalam pidato kenegaraan nanti adalah keseriusan menciptakan kemandirian bangsa. Era pandemi harus menjadi momentum membangun kemandirian bangsa," katanya.[]
Baca Juga: Fadjroel: 17 Agustus Momen Kebersamaan dan Kekompakan