Kaleidoskop 2019, Hantu Pendidikan: Sekolah Rusak

Lapuk kemudian ambruk, gejala itu masih menghantui ruang kelas sekolah sepanjang tahun 2019. Seringnya tanpa tanda, sehingga jadi persoalan serius.
Pelajar melihat reruntuhan bangunan aula sekolah yang roboh di SMK Negeri I Miri, Sragen, Jawa Tengah, Kamis, 21 November 2019. Bangunan aula sekolah tersebut roboh akibat hujan dan angin kencang yang menyebabkan 22 siswa mengalami luka-luka karena tertimpa reruntuhan bangunan. (Foto: Antara/Mohammad Ayudha)

Jakarta - Lapuk kemudian ambruk, gejala itu masih menghantui ruang kelas sekolah sepanjang tahun 2019. Seringnya datang tanpa tanda-tanda, sehingga pantas menjadi persoalan serius dalam pendidikan di Tanah Air.

Pada November 2019, atap SDN Gentong di Pasuruan, Jawa Timur ambruk dan merenggut dua korban jiwa yakni siswa kelas 2B, Irza Almira dan seorang guru Sevina Arsy.

Sementara, korban luka mencapai 16 orang. Polisi juga telah menetapkan dua orang tersangka DM dan SE yang tidak memiliki basis pengetahuan khusus di bidang konstruksi.

Pada bulan yang sama pula, siswa yang sedang berteduh karena hujan dan angin kencang di SMKN Miri, Sragen, Jawa Tengah, menjadi korban bangunan sekolah yang ambruk. Akibatnya belasan siswa menjalani perawatan di rumah sakit.

Ketua Komisi X DPR, Syaiful Huda, mengatakan Indonesia mengalami darurat gedung sekolah. Oleh karena itu, Huda meminta agar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalukan sensus terkait gedung sekolah yang mengalami kerusakan.

"Peristiwa gedung sekolah ambruk jangan terjadi kembali, karena kita ingin agar guru dan siswa aman dan nyaman di sekolah," kata Huda, dikutip dari Antara. 

Sekolah Roboh di BantaengNampak gedung sekolah yang rata dengan tanah. Sementara perabotan seperti lemari juga tergeletak, akibat diterjang angin di Bantaeng. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Hal itu juga bertujuan agar tidak ada lagi korban yang berjatuhan akibat sekolah yang rusak. Sekolah yang mengalami kerusakan disebabkan banyak hal mulai buruknya perencanaan hingga bencana alam. Dia menambahkan perbaikan terhadap sekolah rusak, harus menjadi fokus pemerintah.

Politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Reni Marlinawati, mengatakan persoalan sekolah rusak masih menjadi persoalan utama di sektor pendidikan.

Reni menambahkan banyak gedung yang rusak, yang perbaikannya tidak sesuai target yang ditetapkan. Padahal, lanjut dia, bangunan sekolah menjadi bagian penting dari pendidikan.

"Apabila mengalami kerusakan maka dapat mengganggu bahkan mengancam keselamatan siswa maupun guru saat proses belajar mengajar," kata Reni.

Berdasarkan data Kemendikbud tahun ajaran 2018/2019, sebagian besar sekolah mengalami kerusakan. Baik itu rusak ringan, sedang, berat, hingga total.

Jumlah sekolah untuk jenjang SD dengan kondisi baik sebanyak 290.897 sekolah. Sekolah yang mengalami rusak ringan sebanyak 588.346 sekolah, rusak sedang sebanyak 90.195 sekolah, dan rusak berat 92.167 sekolah. Untuk rusak total sebanyak 102 sekolah.

Untuk jenjang SMP, sekolah yang memiliki kondisi baik sebanyak 111.897 sekolah, sedangkan yang mengalami rusak ringan sebanyak 189.487 sekolah. SMP yang mengalami rusak sedang sebanyak 29.881 sekolah, rusak berat sebanyak 26.456 sekolah, dan rusak total sebanya 19 sekolah.

Sedangkan untuk SMA, sekolah yang memiliki kondisi baik sebanyak 72.338 sekolah. Kemudian sekolah yang mengalami rusak ringan sebanyak 75.424 sekolah, rusak sedang sebanyak 8.010 sekolah, dan rusak berat sebanyak 6.672 sekolah, dan rusak total sebanyak 14 sekolah.

Sementara untuk SMK, sekolah dengan kategori baik hanya 78.172 sekolah. Kemudian sekolah yang mengalami kerusakan ringan sebanyak 79.433 sekolah, sekolah yang mengalami rusak sedang sebanyak 4.392 sekolah, dan sekolah yang mengalami rusak berat sebanyak 3.079 sekolah. Sementara sekolah yang mengalami rusak total sebanyak tujuh sekolah.

Mulai 2019, perbaikan sekolah yang mengalami kerusakan dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat (PUPR). Pada 2019, PUPR menargetkan dapat merevitalisasi sebanyak 1.500 ruang kelas.

SD AmbrukPetugas dari Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat (PUPR) mengecek Sekolah Dasar (SD) Negeri Gentong yang ambruk di Kecamatan Gadingrejo, Pasuruan, Jawa Timur, Rabu, 6 November 2019. Akibat ambruknya atap sekolah yang menyebabkan empat kelas rusak berat, kegiatan belajar mengajar dihentikan selama empat hari kedepan. (Foto: Antara/Umarul Faruq)

Nadiem Turun Tangan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan pihaknya akan melakukan pengecekan terhadap keamanan sekolah mulai 2020 agar kejadian sekolah ambruk tidak lagi terulang.

"Masalah keamanan sekolah ini sebenarnya bikin saya khawatir. Oleh karenanya kami akan cek sekolah mana yang rentan roboh mana yang tidak," kata Nadiem.

Nadiem menegaskan mulai 2020 pihaknya tidak lagi fokus dalam membangun sekolah. Melainkan pemeriksaan keamanan bangunan sekolah. Kemendikbud memastikan bahwa murid dapat bersekolah dengan aman dan nyaman.

"Kami akan cek dulu mana sekolah yang rentan, mana sekolah yang tidak. Agar kejadian seperti di Pasuruan tidak terulang kembali," kata Nadiem.

Mendikbud juga mengimbau pemerintah daerah untuk turut memantau kondisi bangunan sekolah. Begitu ada tanda-tanda kerusakan, pihak sekolah bisa melaporkan kepada dinas pendidikan setempat agar segera diperbaiki.

Pemerhati pendidikan, Indra Charismiadji, meminta perbaikan sekolah rusak tidak hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah pusat.

Menurut Indra, pemerintah daerah juga harus turun tangan dalam mengatasi persoalan sekolah rusak di daerahnya.

"Pemerintah daerah harus menunjukkan keberpihakannya pada persoalan pendidikan. Hal itu bisa dibuktikan dengan anggaran pendidikan minimal 20 persen dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)," kata Indra.

SD AmbrukAnggota tim labfor Polda Jatim melakukan olah TKP kelas yang ambruk di Sekolah Dasar (SD) Negeri Gentong, Kecamatan Gadingrejo, Pasuruan, Jawa Timur, Selasa, 5 November 2019. Olah TKP tersebut untuk mengetahui penyebab runtuhnya atap gedung yang menewaskan dua orang dan 11 orang lainnya terluka. (Foto: Antara/Umarul Faruq)

Hal tersebut merupakan Amanat UUD 1945 dan UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasar 49 ayat 1, yang mengamanatkan alokasi anggaran pendidikan 20 persen dari APBD diluar gaji pendidik dan biaya pendidikan.

Jika terus dibiarkan, dirinya khawatir akan berdampak pada keamanan dan kenyamanan guru dan siswa di sekolah.

Manajer Program YAPPIKA-Action Aid, Hendrik Rosnidar, mengatakan sejumlah pemerintah daerah yang memiliki Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) yang cukup, memiliki komitmen yang rendah dalam mengalokasi dana untuk perbaikan dan pembangunan ruang kelas.

Hal tersebut merupakan hasil riset yang dilakukan YAPPIKA-ActionAid di 10 Kabupaten/Kota pada 2016. Hasil riset itu menunjukkan bahwa hanya 0,99 persen dari APBD yang dialokasikan untuk perbaikan dan pembangunan ruang kelas.

Akuntabilitas pemerintah daerah juga masih rendah karena perencanaan pembangunan sekolah yang tidak berbasis data.

Begitu juga inisiatif perencanaan berbasis data yang dirintis oleh Kemendikbud melalui sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) dan Tata Kelola (Takola) belum optimal dimanfaatkan daerah.

Hal tersebut mengakibatkan penerima dana perbaikan dan pembangunan ruang kelas seringkali tidak tepat sasaran.

"Pemerintah daerah juga minim melibatkan sekolah dan masyarakat dalam pelaksanaan perbaikan dan pembangunan ruang kelas," jelas Hendrik.

Hendrik menegaskan bahwa perbaikan sekolah rusak, dapat diselesaikan melalui komitmen pemerintah daerah, akuntabilitas pengelolaan dana, dan pelibatan sekolah serta masyarakat.

Berita terkait
Aula Sekolah di Sragen Roboh, 22 Siswa Terluka
Hujan disertai angin kencang menerjang sekolah di Sragen, Jawa Tengah. Sebanyak 22 siswa mengalami luka akibat kejadian itu.
SDN Gentong Pasuruan Ambruk, Polisi Periksa 4 Orang
Polisi memeriksa empat orang saksi terkait ambruknya SDN Gentong, Kota Pasuruan. Dua orang PPK dan dua orang dari pihak kontraktor.
Nadiem Makarim Sedih Lihat SD di Pasuruan Ambruk
Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Nadiem Makarim mengunjungi SDN Gentong, Pasuruan, Kamis 7 November 2019.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.