Jakarta - Lembaga nirlaba 7amleh, mengajukan keluhan resmi kepada Google lantaran mesin pencarinya merekomendasikan gambar keffiyeh Palestina sebagai tutup kepala yang disukai para teroris.
Direktur eksekutif 7amleh, Nadim Nashif mengatakan, penemuan tersebut menggambarkan bagaimana perusahaan teknologi besar membentuk narasi negatif tentang Palestina.
"Meskipun tidak jelas bagaimana Google Penelusuran mengaitkan keffiyeh dengan terorisme, 7amleh telah meneliti dan mendokumentasikan bagaimana kebijakan Google - baik di Google Maps, YouTube, atau Google Knowledge Panel- mendiskriminasi orang Palestina," tutur Nashif, dikutip dari Middle East Eye Jumat, 28 Mei 2021.
Kejadian ini bermula saat pengguna menulis kalimat di kolom pencarian Google gambar 'Syal apa yang dipakai teroris?' (what do terrorists wear on their head). Hasilnya, Google memunculkan rekomendasi menunjukkan gambar syal keffiyeh, kontan ini memancing kemarahan sejumlah pengguna.
- Baca juga : Di Yerusalem Timur Warga Palestina Rayakan Gencatan Senjata
- Baca juga : Anies Baswedan: Indonesia Mendukung Rakyat Palestina
Keffiyeh, adalah syal kotak-kotak hitam putih khas Palestina yang biasanya dikenakan di sekitar kepala atau leher. Keffiyeh, simbol nasionalisme Palestina yang dipopulerkan tahun 1960 oleh mendiang pemimpin Palestina Yasser Arafat. Syal ini, juga dianggap sebagai simbol perlawanan Palestina dan sering dipakai belakangan ini sebagai tanda solidaritas.
Saat ini, Lembaga nirlaba 7amleh sedang menunggu keterangan resmi dari Google perihal masalah tersebut juga menunggu pembaruan dari mesin pencari tersebut. Sementara para Aktivis menganggap hasil pencarian Google itu sebagai "puncak rasisme dan penghinaan" terhadap sejarah dan peradaban seluruh rakyat.
7amleh telah meneliti dan mendokumentasikan bagaimana kebijakan Google - baik di Google Maps, YouTube, atau Google Knowledge Panel- mendiskriminasi orang Palestina.
Sebelumnya, Google dan Amazon diketahui telah menandatangani kesepakatan senilai US$1,2 miliar dengan Israel untuk proyek Nimbus. Dalam kesepakatan ini, dua perusahaan teknologi berperan sebagai penyedia layanan cloud untuk sektor publik dan militer Israel. []