Jakarta - Bisnis jual beli uang rusak menjadi salah satu mata pencaharian yang menggiurkan di saat pandemi. Pelakon bisnis ini berkeliling kampung untuk membeli uang rusak dari warga, lalu menjualnya ke pengumpul. Harga uang rusak dibanderol 70 persen dari nilai nominal asalnya.
Misalnya, jika Anda punya uang Rp 100 ribu dalam kondisi rusak, sobek atau lusuh, akan dibeli oleh penampung keliling seharga Rp 70 ribu. Dari rumah ke rumah, para penampung ini juga menawarkan uang pecahan baru dengan harga dua kali lipat.
Uang rusak yang ditampung dari warga cukup banyak, mulai uang kisaran pecahan Rp 2.000 sampai Rp 100 ribu.
Di Kabupaten Lebak, Banten, omzet pendapatan para penampung uang rusak ini dilaporkan meningkat dibandingkan sebelum pandemi melanda. Jika sebelumnya pendapatan rata-rata penampung uang rusak hanya Rp 75 ribu sehari, kini bisa menghasilkan Rp 225 ribu per hari.
Baca juga :
- Janji Ramlan, Gratis Sewa Pasar Atas Bukittinggi 2021
- Pengusaha Muda Bukittinggi Ungkap Dampak UU Cipta Kerja
"Kami sejak pandemi COVID-19 bisa menghasilkan dua kali lipat dibandingkan biasanya," kata Saripudin, seorang penampung uang rusak, di Lebak, Rabu, 21 Oktober 2020 diberitakan Antara.
Saripudin mengaku mendapatkan uang rusak itu dengan berkeliling kampung hingga 20 kilometer berjalan kaki tiap hari. Selama berkeliling itu, Saripudin akan menawarkan pembelian pada warga yang memiliki uang rusak, seperti sobek, hilang warna, dan lusuh.
"Kami hari ini menampung uang rusak sebesar Rp750 ribu dengan meraup keuntungan sekitar 30 persen atau Rp220 ribu," jelasnya.
Menurut dia, penampungan penjualan uang rusak rata-rata keuntungannya mencapai 30 persen dari nilai total uang rusak. Apabila, menampung uang rusak sebesar Rp1 juta, maka dijual ke bandar di Kota Serang bisa menghasilkan laba Rp300 ribu.
Saripudin mengaku sudah melakoni pekerjaan itu 10 tahun lebih. Tantangan terberatnya, kata dia, kerapkali ia dan rekan seprofesi menerima uang palsu dari warga karena tidak memiliki alat deteksi keaslian uang tersebut.
"Kami sekarang penuh hati-hati jika menampung uang rusak itu, karena khawatir tertipu," ucapnya.
Hal senada disampaikan Sam'un, seorang penampung uang rusak lainnya. Dia juga mengaku bahwa dirinya kini bisa menghasilkan dua kali lipat keuntungan selama masa pandemi Covid-19.
"Kami membeli uang rusak pecahan Rp 100 ribu ditampung harga Rp 70 ribu," katanya menyebut kebanyak kerusakan uang yakni sobek setengah kertas.
Dia mengatakan, bandar penerima uang rusak itu berada di Pasar Lama, Kota Serang dan mereka setiap hari membelinya dari penampung keliling. Penampung uang rusak keliling tersebar di Provinsi Banten dan bandar yang menerima uang rusak kembali dijual ke Bank Indonesia.
"Kami sebagai penampung uang rusak keliling sudah 15 tahun dan bisa menyekolahkan anak," kata warga Serang sambil berkeliling di Rangkasbitung.
Udin, seorang warga Rangkasbitung, mengaku bahwa dirinya merasa terbantu adanya penampung uang rusak yang datang ke rumah, sehingga bisa membeli bahan pokok.
"Kami menjual 2 lembar uang pecahan Rp100 ribu. Karena kondisi uangnya sobek, ditampung seharga Rp140 ribu," katanya.[]