Jiwa-jiwa Bermesin, Memoar Para Pasien Cuci Darah yang Mengharukan dan Menginspirasi

Buku ini bercerita tentang kehidupan para pasien cuci darah
Petrus Hariyanto saat menjalani hemodialisa (Foto: Dokumentasi pribadi)

Jakarta, (Tagar 27/2/2019) - Tak mudah menjadi seorang penderita gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah seumur hidup. Saat divonis gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah (hemodialisa), dunia ini seakan runtuh, yang terbayang adalah dekatnya kematian.

"Jiwa-jiwa Bermesin. Memoar Para Pasien Cuci Darah." Judul sebuah buku yang akan segera terbit. Buku ini bercerita tentang kehidupan para pasien cuci darah (penderita gagal ginjal kronik). Sekitar 33 orang, termasuk sang penulis, Petrus Hariyanto, kisahnya ditulis dalam buku ini.

Kehidupan para pasien cuci darah belum banyak diketahui publik. Melalui buku ini, penulis ingin menghadirkan sisi kehidupan para pasien  penyandang gagal ginjal itu ke masyarakat luas.

Buku ini bercerita bagaimana menjalani proses hemodialisa, banyak diantara mereka mengalami goncangan psikologis. Cuci darah bagi mereka sangat menakutkan, bahkan berpikir diri mereka sangat dekat dengan kematian. Mereka juga berpikir massa depan akan runtuh. Mereka menjadi terpuruk dan meratapi nasibnya. Tak jarang diantara mereka bahkan menyalahkan Sang Pencipta atas kondisinya kini.

Momen yang krusial, bila mampu mengatasi tekanan psikologis,  cepat bangkit, kehidupan akan tetap berjalan. Namun, tak sedikit diantaranya harus merenggang nyawa karena tak kuasa menghadapi beratnya tekanan psikologi.

Yang bertahan pun, kemudian  akan menghadapi kenyataan pahitnya kehidupan sebagai orang yang telah kehilangan fungsi ginjalnya. Sering mengalami drop, Hb (hemoglobin) sering turun, keluar masuk UGD bahkan ICU. Sering bolos kerja, akhirnya PHK menanti. Ditinggal istri atau suami, karena produktifitasnya menurun. Pasangan hidupnya meninggalkannya karena tak tahan harus merawat orang sakit seumur hidup.

Kisah haru birunya para pasien cuci darah  ini direkam oleh sang penulis, begitu detail dan menyentuh.

Sang penulis buku, Petrus Hariyanto mengatakan buku ini tidak bermaksud bercerita tentang kesedihan, justru ingin menyampaikan pesan tentang ketegaran, ketabahan, ketulusan, dan semangat yang luar biasa dari para pasien cuci darah dan pendampingnya.

Seperti kisah Amri Lawu Trenggono (sudah almarhum), seorang pria masih muda, dengan satu anak ini, tetap bisa naik gunung dan beraktivitas di alam terbuka walau rutin menjalani hemodialisa dengan terapi CAPD.

Baca Juga: Mengenang Rafa, Bayi Dua Tahun Pasien Cuci Darah

Menurutnya, fisiknya yang masih prima itu karena dia pasien yang patuh. "Saya cukup mampu membatasi asupan makanan dan minuman, dan rajin minum obat yang diberikan," ungkap Amri.

Tetapi yang paling penting adalah pandangan hidupnya dalam menghadapi kenyataan yang harus dilakoninya kini. Takdir hidup Amri  telah mendewasakan dirinya. Ia semakin memahami kalau hidup terlalu berharga jika hanya digunakan untuk menyesali masa lalu dan mencemaskan masa depan.

Cerita lainnya adalah tentang David Novianto Pasaribu yang berpacaran dengan Ester Margaretha Sinurat sejak tahun 2012. Kisah percintaan mereka diuji oleh kenyataan hidup yang begitu getir. Pada bulan Mei 2013, sang perempuan divonis gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah. Bagi David, ini adalah ujian berat dalam hidupnya. Ia sangat terpukul melihat realita sang kekasih yang hidupnya tergantung mesin dialisis.

Jiwa-jiwa BermesinCover buku "Jiwa-jiwa Bermesin. Memoar Para Pasien Cuci Darah" (Foto: Istimewa)

Cinta sejati, mungkin kata yang tepat menggambarkan cinta David kepada Maggie, panggilan akrab Ester Margaretha Sinurat. Ia tidak meninggalkan sang kekasih. Bahkan menjadi penyemangat utama Maggie dalam menjalani hidup sebagai pasien cuci darah.

David tidak tergoyahkan cintanya, walau kelak bila menikah dengannya tidak mendapat keturunan sekalipun, ia tetap mencintainya. 

Baca Juga: Ya, Tuhan... Bayi Sekecil Itu Sudah Harus Cuci Darah

Ketika Maggie meminta David menikah saja dengan orang lain, agar bahagia dan memperoleh keturunan, ia tetap teguh dengan cintanya. Bahkan David menawarkan, kita bisa mengangkat anak, dan tak peduli kalau anaknya kelak bukan darah dagingnya. Baginya, Maggie adalah segalanya, yang penting ia bisa sehat, itu saja sudah cukup buatnya.

Sabtu, 17 Maret 2018. David dan Maggie menikah di gereja dilanjutkan dengan prosesi adat Batak. Sehari kemudian, tepat di hari Minggu, mereka berangkat ke menuju IGD RSCM. Maggie minta mampir dulu ke Monas dan makan bubur di Cikini. Itu bulan madu mereka. Keadaan yang memaksa mereka hanya bisa bulan madu hanya beberapa jam saja. 

David dan EsterFoto pernikahan David Novianto Pasaribu dan Esther Margaretha Sinurat. (Foto: Dok. KPCDI)

Setelah itu selama 12 hari Maggie koma dan kemudian meninggal dunia.

"Ya Tuhan, rasanya semua keinginan Maggie sudah terpenuhi sekarang. Ia sudah menikah dengan pria pujaan hatinya, sebelum ajal menjemputnya. Tak kuasa aku berdiri memberi penghormatan terakhir untuknya. Dan aku akhirnya menangis," tulis Petrus dalam bukunya.

Buku ini juga bercerita tentang Eva, yang rela memberikan satu ginjalnya untuk diberikan ke tubuh suaminya. Ia memberi dengan begitu suka rela, dan dengan hati yang begitu tulus.

Pengorbanannya kini tak sia-sia karena sang suami, Tony Samosir, kembali sehat. Anak semata wayang mereka semakin tambah bahagia karena sang ayah bisa menyanyangi dirinya, seperti ayah-ayah lainnya, yang tubuhnya sehat.

KPCDIPertemuan para pasien cuci darah yang tergabung dalam Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI). (Foto: Dok. KPCDI/Petrus Hariyanto)

Kisah-kisah dalam buku ini telah memberi teladan. Mengajak pasien gagal ginjal untuk tidak berlarut-larut  meratapi nasibnya. Mereka harus bangkit dan melanjutkan hidup.

Dalam kondisi sakitnya, mereka juga harus berperan dalam mengisi kehidupan. Salah satunya aktif dalam komunitas. Selain berjuang untuk kepentingan pasien, mereka juga memikirkan saudara-saudaranya yang masih sehat. Giat berkampanye tentang kesehatan ginjal, agar banyak jiwa-jiwa tertolong, agar hidupnya tidak bergantung kepada  mesin pengganti ginjal. []

Berita terkait
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi