Untuk Indonesia

Jakarta-Lombok Demi Kuta Mandalika, Jangan Bilang ‘Lebay!’

Jakarta-Lombok demi Kuta Mandalika, jangan bilang ‘lebay!’. Menjejak Mandalika melalui manapun tetaplah sesuatu. Kuta Mandalika terlalu cantik untuk dilewatkan.
PANTAI KUTA LOMBOK: Menghampar di wilayah Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), terdapat sebuah kawasan pesisir spektakuler. Pengunjung dipastikan bakal disuguhi pemandangan alam berbukit dan tebing dengan lanskap menakjubkan. Paling menarik dari kawasan ini tentu saja pantainya, wisatawan menyebutnya Pantai Kuta Lombok. (Foto: Ist)

Menyusur pantai-pantai eksotis di Kuta Mandalika, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) melalui jalan darat dari Jakarta bisa dibilang melelahkan. Tidak ekonomis. Lebay!

Semua alasan itu bisa benar, bisa juga tidak. Tergantung kondisi dan kapan perjalanan dilaksanakan.

Jarak Jakarta-Kuta Mandalika memang cukup jauh, 1.337 km dengan waktu tempuh beragam. Tergantung kondisi jalan tol dan jalan raya menuju Lombok.

Dalam kondisi normal, lama tempuh Jakarta-Mandalika bisa satu hari plus tujuh jam, atau 31 jam. Pada hari-hari libur dibutuhkan waktu 35 jam. Melelahkan, bagi sebagian orang, tetapi mungkin tidak bagi yang lain.

Pertanyaannya, layakkah berkendaraan dari Jakarta ke Kuta Mandalika? Pertanyaan bodoh sebenarnya. Jawabannya tentu saja layak, bahkan layak sekali.

Sama layaknya menempuh 1.349 km untuk menggapai Padang dari Jakarta atau menempuh 1.324 km ke Pekanbaru. Terlebih lagi Kuta Mandalika oleh Presiden Jokowi telah ditetapkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK).

Sebagai kawasan wisata sebenarnya Kuta Mandalika memiliki sejarah panjang, kemudian menjadi kawasan ekonomi khusus.

Presiden Soeharto sudah meresmikannya menjadi kawasan wisata 29 tahun lalu (tahun 1988). Kemudian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikannya sebagai kawasan wisata pada 21 Oktober 2011 di tanah seluas 1.175 hektare.

Pada 20 Oktober 2017, Presiden Jokowi meresmikannya sebagai Kawasan Ekonomi Khusus.

Apa sebenarnya keistimewaan Mandalika? Wilayah ini mempunyai lima pantai indah, yakni Pantai Kuta, Pantai Serenting, Tanjung Aan, Pantai Seger, dan Pantai Gerupuk.

Di luar kawasan itu masih ada sejumlah pantai yang membentang di sekitarnya, sebut saja Pantai Mawun yang eksotik, di sebuah teluk, memiliki spot berselancar yang sempit tetapi punya tantangan khas.

KEK Mandalika juga akan memiliki lapangan golf, gedung, ruang-ruang konferensi dan pameran bertaraf internasional, serta sirkuit balap kelas dunia. Tentang hal ini sudah banyak diberitakan menjelang dan saat peresmian KEK Mandalika.

Kembali pada pertanyaan utama, layakkah menjejak Mandalika dengan kendaraan darat dari Jakarta?

Sebagian pertanyaan sudah dijawab bahwa kawasan Mandalika memiliki keistimewaan, yakni keindahan pantai, desa adat dipadu dengan fasilitas modern yang dapat memuaskan hingga ke wisatawan berkapal pesiar.

Akses Transportasi

Seperti lazimnya kawasan wisata, akses transportasi adalah satu yang utama, baik melalui darat, laut, dan udara. Seperti halnya Bali, wisatawan pengguna angkutan darat sudah tak terbilang banyaknya.

Setiap musim libur bertebaran plat mobil B, F, D, L dan lainnya dari Pulau Jawa. Bahkan, tak sedikit dari kawasan Sumatera, seperti BK, BL, BH dan lainnya. Kondisi yang sama juga terjadi di Lombok, hanya saja dalam jumlah berbeda.

Dari segi biaya, untuk Jakarta-Lombok Mandalika, dibutuhkan Rp 5 juta hingga Rp 7 juta pulang pergi. Kisaran ini tergantung jenis kendaraan yang digunakan.

Sekilas terkesan mahal, tetapi jika membawa keluarga dengan anggota lima atau enam orang berikut sopir, harga itu terasa murah, terutama di kala musim libur dengan harga tiket pesawat yang selalu selangit.

Di sisi lain, bagi mereka yang sudah terbiasa jalan darat bersama, akan terasa jauh berbeda. Lebih banyak waktu untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga, memupuk gotong royong, pengertian dan peluang membangun karakter bersama di sepanjang perjalanan. Momen yang tak bisa dinilai dengan uang dan materi.

Permasalahan lainnya, apakah fasilitas angkutan sudah memadai dan nyaman untuk turis lokal dan mancanegara?

Harus diakui, kualitas jalan semakin membaik. Jika jalan tol trans Jawa selesai, perjalanan akan lebih singkat dan mudah.

Pemerintah merencanakan Merak hingga Probolinggo (Jawa Timur) akan terhubung pada 2019. Sisanya, Probolinggo hingga Banyuwangi sepanjang 170,36 kilometer akan digarap pertengahan 2018.

Jika Banten dan Banyuwangi terhubung jalan tol maka perjalanan akan semakin singkat dan nyaman. Saat ini harus diakui lama tempuh Jakarta hingga Ketapang, Banyuwangi, sangat tergantung kondisi jalan non tol di kawasan pantai utara (Pantura).

Keluar masuk mobil yang parkir, baik pagi saat anak berangkat sekolah, berangkat kerja, siang kala jam istirahat makan, sore kala warga beraktivitas, hingga malam kala maghrib dan isya, dapat mempengaruhi kelancaran lalu lintas.

Belum lagi lampu pengatur lalu lintas di banyak titik di wilayah perkotaan, seperti di Tegal, Pekalongan dan seterusnya yang berpotensi memperpanjang alur kemacetan.

Sementara kondisi jalan di Bali dan Lombok sudah memadai. Terutama dari Lembar ke kawasan Kuta Mandalika.

Butuh Jembatan

Di sisi lain, kemudahan lalu lintas itu akan meningkatkan volume kendaraan ke Bali dan Lombok dari Jawa yang berpenduduk sekitar 150 juta jiwa. Artinya, sudah saatnya pemerintah membangun jembatan untuk menghubungkan Jawa-Bali. Dari segi konstruksi, mungkin tidak terlalu rumit, begitu juga dari segi biaya.

Begitu juga jembatan untuk menghubungkan Bali dan Lombok. Dari segi konstruksi dan biaya, relatif lebih rumit dan butuh dana besar karena jarak keduanya dipisahkan oleh selat Lombok dengan titik tersempit terletak di bagian selatan, dengan lebar hanya 18 km, dan titik terlebar di bagian utara sepanjang 40 km.

Terlebih lagi jika menggunakan Pulau Nusa Penida sebagai penghubung sehingga bentang jembatan bisa dipersempit di bidang selatan, jika dibandingkan dengan jarak di bagian utara.

Saat ini hal maksimal yang bisa dilakukan adalah mempersingkat masa tunggu di Pelabuhan Padang Bai, Bali dan di Lembar, Lombok. Pengendara membuang waktu hingga dua jam untuk proses masuk ke feri dan menanti keberangkatan. Sementara lama tempuh feri bisa empat jam. Enam jam untuk proses penyeberangan saja.

Petugas terkesan memaksimalkan ruang feri dengan mengatur mobil, bus, truk, dan sepeda motor sedemikian rupa. Dampaknya jarak satu kendaraan dengan yang lain sangat mepet, sehingga keluar masuk kendaraan menjadi "siksaan" tersendiri.

Yang sudah pasti tersiksa, kendaraan pribadi harus maklum jika tergores ketika penumpang berebut masuk mobil menjelang feri berlabuh.

Harga tiket senilai Rp 917.000 menjadi semakin menyesakkan jika harus ditambah biaya poles empat bidang di mobil yang lecet.

Apapun, bagi keluarga yang suka berpetualang untuk membangun kebersamaan, menjejak Mandalika melalui Jakarta atau dari kota lain di Jawa dan Sumatera tetaplah sesuatu. Kuta Mandalika terlalu cantik untuk dilewatkan. (Erafzon SAS/ant/yps)

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.