Islam dan Parmalim, Bukan Agama Sisingamangaraja

Pengaruh Islam dan Hindu ada dalam doa-doa Sisingamangaraja. Namun Sisingamangaraja bukan penganut Islam, Hindu, dan Parmalim.
Forum diskusi terbatas tentang spiritualitas Sisingamangaraja di Balai Arkeologi Sumatera Utara. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong)

Medan - Tidak bisa dipungkiri ada pengaruh agama Islam dan Hindu dalam doa-doa Sisingamangaraja. Namun tidak ada satu pun catatan sejarah menuliskan bahwa keturunan Sisingamangaraja menganut agama Islam, Hindu maupun Parmalim, yang diyakini sebagai agama Batak.

"Sisingamangaraja bukan Islam, bukan pula Hindu. Ketika ia ditanya Nommensen tentang agamanya, Sisingamangaraja XII menjawab agamanya di atas segala agama," ujar peneliti budaya Batak, Thompson Hutasoit dalam forum diskusi terbatas di Balai Arkeologi Sumut, Medan, baru-baru ini.

Demikian juga halnya ketika ia disebut "Malim", merujuk pada "Tonggo-Tonggo Parbaringin" (sastra lisan penganut Parbaringin) dan buku "Toba Na Sae" yang ditulis Sitor Situmorang, Sisingangamangaraja XII tak pernah menyebut dirinya Parmalim. Tidak pula ia pernah menyebut diri sebagai Parbaringin.

penimbang satu ikat, pembagi air ke sawah

Berdasarkan manuskrip yang ada, ada empat buku yang menjelaskan spiritualisme Sisingamangaraja, di antaranya "Sisingamangaraja I - XII" (1967) tulisan Adniel Tobing, "Pustaha Tumbaga Holing" (2002) ditulis oleh Raja Patik Tampubolon.

Kemudian, "Parmalim Nasiak Bagi" (1992) yang dikurasikan Robinson Siagian, manuskrip Persatuan Agama Malim Batak Indonesia (PAMBI), juga buku yang ditulis Sitor Situmorang "Toba Nasae" dan "Guru Somalaing dan Modigliani Utusan Raja Rom".

Dalam buku yang ditulis Adniel Tobing dijelaskan bahwa Sisingamangaraja memiliki 24 sifat, salah satunya, "penimbang satu ikat, pembagi air ke sawah".

Menurut buku yang ditulis Raja Patik Tampubolon, Sisingamangaraja memiliki 29 sifat, salah satunya, "Pola yang melampau pola tak terlampaui, utusan Dewata dan yang disembah".

Menurut manuskrip PAMBI ada tujuh sifat Sisingamangaraja, salah satunya "Raja penebus, raja penyelamat".

Sedangkan, menurut manuskrip "Parmalim Nasiak Bagi" Sisingamangaraja memiliki lima sifat, salah satunya "Pola yang melampau pola tak terlampaui, menetapkan hukum dan adat serta titah kerajaan".

Menurut Thompson, sifat-sifat itu yang merepresentasikan spiritualitas Sisingamangaraja. []

Artikel lainnya:

Berita terkait
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.