Yayasan Pelestari Budaya Batak Dikukuhkan 21 Juli

Sejumlah tokoh profesi dan akademisi menggagas pembentukan Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak YPKB)
Rapat persiapan pengukuhan acara Pengukuhan Pengurus Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak, di Medan, Kamis 6 Juni 2019. (Foto: Tagar/Tonggo Simangunsong)

Medan - Sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang profesi dan akademisi di Sumatera Utara menggagas pembentukan Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak (YPKB) sebagai salah satu upaya untuk melestarikan budaya Batak di era modernisasi.

Kepengurusan YPKB akan dikukuhkan pada 21 Juli 2019 di Medan dengan menggelar serangkaian acara kebudayaan, mulai dari pertunjukan musik tradisi, orasi kebudayaan dan pemberian apresiasi kepada sejumlah tokoh pelestari kebudayaan Batak.

Salah seorang penggagas YPKB M Tansiswo Siagian, mengatakan, pembentukan YPKB berawal dari grup media sosial Grup Palambok Pusupusu, yang merupakan perkumpulan di media sosial yang konsern terhadap pelestarian bahasa Batak melalui tulisan.

Salah satunya ialah cerita bersambung 'Si Janggual', yang mendapat respons dari banyak kalangan.

"Dari situ muncul usulan anggota grup agar melegalkan grup ini menjadi yayasan yang berbadan hukum agar dapat melaksanakan aksi nyata, tidak lagi sekadar tentang bahasa Batak, tetap meluas pada kebudayaan Batak. Awalnya diajukanlah nama Yayasan Palambok Pusupusu, tetapi karena peraturan pemerintah, bahwa nama yayasan tidak bisa lagi bahasa daerah, maka oleh pemerintah disetujuilah nama Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak," jelas Tansiswo, yang merupakan penulis buku sastra Batak itu.

Beberapa sosok yang antusias menyambut pendirian yayasan ini di antaranya, Prof Dr Albiner Siagian, Manguji Nababan, Dian Purba, Edison Pardede, Ir Ju Lassang Manahara Siahaan, Ir Patar M Pasaribu, Ir Jannus Sibuea, Lesson Sihotang, Mangido Tua Nainggolan, Darman P Rajagukguk, Masnur Silaban, Prof Dr Hamonangan Tambunan, Candra Tandi R Siagian, Harkit M Sihombing, Mewaty Aruan, Ir Alasan Lumbanraja dan sejumlah tokoh dari berbagai latar belakang akademis dan profesi yang peduli dengan kelestarian kebudayaan Batak.

"Setelah kita rapatkan, pada saat pengurusan legalisasi pendiriannya ke Kemenhumkam, akhirnya kita sepakat namanya Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak. Nama yang sesuai dengan visi dan misi yayasan ini," ujar Tansiswo.

Pengesahan legalitas YPKB sesuai Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, Nomor AHU-0006629 AH.01.04.Tahun 2019 tentang Pengesahan Pendirian Badan Hukum Yayasan Pelestari Kebudayaan Batak, tanggal 30 April 2019.

Salah satu misalnya, di kampung saja sekarang anak-anak sudah mulai berbahasa Indonesia. Padahal, kalau dulu kita ke kampung itu, anak-anak kampung selalu berbahasa Batak, meskipun di sekolah memang tetap berbahasa Indonesia. Tapi, bahasa sehari-harinya tetap bahasa Batak

Ketua Umum YPKB Prof Dr Albiner Siagian menambahkan, pembentukan yayasan ini tentu saja tidak lepas dari adanya kegelisahan terhadap kelestarian kebudayaan Batak di era modernisasi saat ini, yang akan mendapat tantangan.

"Salah satu misalnya, di kampung saja sekarang anak-anak sudah mulai berbahasa Indonesia. Padahal, kalau dulu kita ke kampung itu, anak-anak kampung selalu berbahasa Batak, meskipun di sekolah memang tetap berbahasa Indonesia. Tapi, bahasa sehari-harinya tetap bahasa Batak," ujarnya.

Itulah kemudian yang melatarbelakangi digelarnya lomba menulis cerita dalam berbahasa Batak dengan mengangkat tema "Anakkon Hi Do Hamoraonku Di Au" belum lama ini. Karya-karya terbaik nantinya akan dicetak menjadi buku yang akan dilaunching bersamaan dengan acara pengukuhan YPKB.

Selain itu, pada acara yang sama YPKB juga akan memberikan penghargaan kepada lima orang yang dianggap berperan penting dalam pelestarian Batak. Kelimanya berkecimpung dalam musik, penenun, sosok yang bukan orang Batak tapi peduli budaya Batak (ale-ale), ahli (pande) dan peneliti/sejarawan Batak.

"Penghargaan ini nanti akan kita berikan pada saat acara pengukuhan," kata Prof Dr Albiner Siagian. "Mereka kita nilai sebagai orang-orang yang selama ini tekun melestarikan kebudayaan Batak di tengah tantangan zaman yang semakin modern," sambungnya.

Dijadwalkan, sejumlah tokoh akan hadir pada acara pengukuhan ini, di antaranya WTP Simarmata, Trimedya Panjaitan, Luhut Panjaitan, Sihar Sitorus, dan sejumlah tokoh Batak lainnya.

Menariknya, acara musik akan diisi oleh seniman Batak Martahan Sitohang yang akan tampil pada saat pembukaan dan di sela-sela acara.

"Kita berharap acara ini juga akan dihadiri Presiden Joko Widodo, kita masih berusaha untuk bisa menghadirkan beliau di acara ini," jelas Tansiswo di sela-sela rapat panitia, Kamis 6 Juni 2019 sore.[]

Artikel lainnya:

Berita terkait
0
Sekjen PBB Ingatkan Risiko Nyata Kelaparan Akut Tahun Ini
Tahun 2023 bisa lebih buruk lagi, ini disampaikan Sekjen PBB dalam konferensi internasional tentang ketahanan pangan global di Berlin