Innalillahi, Korban Aksi Klitih di Bantul Meninggal

Koban aksi klitih di Bantul, Fatur Nizar Rakadio, meninggal dunia di RSUP Sardjito Yogyakarta.
ilustrasi jenazah. (Foto: pixabay.com)

Bantul - "Korban klitih,,sebulan dirawat di sarjito semalam jam 22.30 meninggal dunia,,apa klitih tetap dibiarkan aja? Butuh keseriusan aparat keamanan bertindak tegas, serta kepeduliaan masyarakat jika melihat kejadian (dikeroyok aja),,semoga jogya yg istimewa ini bersih dari klitih,,,".

Demikian postingan pemilik akun Facebook Achmad Pitoeng Fathonie di grup info cegatan jogja pada 10 Januari 2020 pukul 13.05 WIB. Postingan ini sampai Minggu 12 Januari 2020 mendapat 4.772 komentar, yang sebagian besar mengutuk aksi klitih.

Korban klitih yang meninggal itu bernama Fatur Nizar Rakadio 16 tahun yang berstatus pelajar. Dio, nama panggilan korban, menjadi korban di Jalan Siluk-Panggang, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Korban dinyatakan meninggal dunia setelah menjalani perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sardjito Yogyakarta.

Ibu korban, Bidiastuti 39 tahun mengaku baru selesai menggelar pemakaman anak keduanya pada Jumat 10 Januari 2020. Korban meninggal karena kesulitan bernafas. "Diagnosa dari dokter anak saya meninggal karena sulit bernafas," kata saat ditemui wartawan di rumahnya, Sabtu 11 Januari 2020.

Bidiastuti mengatakan anaknya sempat menelepon keluarga karena mengalami kecelakaan di jalan. Namun, setelah mintai kelengkapan kejadian yang menimpa korban, ternyata korban dianiaya oleh orang tak dikenal hingga terjatuh.

Sebelum meninggal di RSUD Sardjito, kata Bidiastuti, korban sempat dibawa ke RS Nur Hidayah, Blawong, Bantul. Namun mendapati lukanya cukup serius akhirnya dibawa ke RS Bethesda dan kembali dirujuk ke RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

Kami sebut itu tindakan klitih yang marak terjadi saat ini. Pelaku tidak memiliki motif apa pun menyerang anak saya.

"Dio (panggilannya) di rujuk ke rumah sakit lain karena harus menjalani operasi. Setelah kami tanyai, Dio mengaku terjatuh karena ditendang oleh orang tak dikenal," katanya.

Bidiastuti menegaskan, anaknya tak pernah terlibat dalam aksi kekerasan atau memiliki musuh. Korban adalah siswa yang aktif di sekolahnya. "Kami sebut itu tindakan klitih yang marak terjadi saat ini. Pelaku tidak memiliki motif apa pun menyerang anak saya," ucapnya.

jenazahJenazah Dio di rumah duka, Jumat 10 Januari 2020. (Foto: Achmad Pitoeng Fathonie/grup facebook info cegatan jogja/Tagar/Ridwan Anshori)

Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Bantul, Ajun Komisaris Polisi Riko Sanjaya membenarkan bahwa telah terjadi kenakalan remaja di jalan. Menurutnya peristiwa itu terjadi pada 14 Desember 2019. Pihaknya mendapat laporan dua hari setelah penganiayaan terjadi. "Iya benar ada kejadian penganiayaan pada 14 Desember 2019," kata Riko.

Riko menjelaskan, bahwa korban bernama Fatur Nizar Rakadio 16 tahun yang meninggal akibat dugaan penyerangan tanpa motif tersebut mulanya sedang menuju rumahnya di Bantul seusai dari Pantai di kawasan Gunung Kidul.

Saat melintas di Tempat Kejadian Perkara (TKP) bersama teman-temannya dari pantai, tiba-tiba ada pengendara yang menyerang korban di jalan. Disinggung berapa jumlah pelaku, Riko tak menyebutkan secara jelas. "Pelaku sudah kami amankan, nanti tunggu saja Senin kita akan rilis kasus ini lebih detail," ucap Riko. []

Baca Juga:

Berita terkait
Cikal Bakal Fenomena Klitih di Yogyakarta
Klitih, istilah di Yogyakarta pada awalnya adalah bermakna ngelayap, keluyuran, tapi kemudian menjadi sebutan bagi gerombolan remaja pembuat onar.
Satu Pelaku Klitih Calon Satpol PP di Yogyakarta
Polisi menangkap 10 pelaku klitih yang beraksi di tiga lokasi berbeda. Salah satu pelakunya ternyata calon anggota Satpol PP di Yogyakarta.
Pelaku Klitih Pembacok 3 Korban di Jogja Residivis
Pelaku klitih yang membacok 3 korban di Yogyakarta ternyata residivis. Pelaku pernah dipenjara kasus klitih juga. Usai keluar penjara kambuh lagi.