TAGAR.id, Jakarta - Hot flashes atau semburan panas biasa terjadi pada malam hari dan sering disertai dengan kemerahan yang terlihat dan timbulnya keringat. Hal ini biasa terjadi pada wanita pramenopause dan menopause karena kadar estrogen yang rendah, pria yang mengidap kanker prostat juga mengalaminya untuk waktu yang cukup lama. Namun, semburan panas dapat terjadi pada siapa saja karena banyak penyebab.
hot flashes adalah sensasi hangat yang tiba-tiba biasanya terasa di leher, dada, dan wajah. Menurut beberapa penelitian, hot flashes, salah satu gejala vasomotor, ini merupakan salah satu jenis disfungsi suhu yang terjadi terutama karena adanya gangguan pada hormon gonad / seks / reproduksi. Hal ini terjadi karena berbagai hormon dan neurotransmiter mengatur suhu tubuh, dengan estrogen berada di urutan teratas. Dilansir dari Boldsky, inilah beberapa kemungkinan penyebab hot flash.
1. Tahapan menopause
Penelitian mengungkapkan bahwa sekitar 80 persen wanita menopause mengalami hot flash bersamaan dengan gejala lain seperti kecemasan dan kedinginan. Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa sekitar 55% wanita mengalami hot flashes selama periode pramenopause, 25% hingga lima tahun setelah menopause, sepertiga hingga sepuluh tahun dan 8% masih setelah 20 tahun menopause.
2. Tumor
Semburan panas sering dikeluhkan oleh pasien kanker, terutama pada pasien kanker tiroid, ginjal, dan pankreas. Ini juga dikeluhkan oleh 51-81 persen wanita dengan kanker payudara dan 69-76 persen pria dengan kanker prostat.
3. Hormon steroid seks
Hormon steroid seks, terutama estrogen dianggap sebagai faktor risiko hot flashes. Menurut penelitian, penurunan estrogen secara bertahap mempengaruhi proses fisiologik yang berfungsi untuk memulihkan keadaan normal setelah terjadi gangguan, dan inilah yang memicu sensasi hangat.
4. Diabetes
Semburan panas diinduksi karena penurunan terkait estrogen dalam pengiriman glukosa ke otak. Estrogen rendah menyebabkan penurunan transportasi glukosa ke otak. Karena itulah, ketika aktivitas otak meningkat dan membutuhkan lebih banyak glukosa, tubuh tidak dapat meningkatkan regulasi untuk mempertahankan pasokan, yang menyebabkan hot flashes.
5. Genetik
Variasi dalam jenis gen tertentu dapat menyebabkan hot flash. Karena itulah, sebagian wanita pramenopause menghadapi hot flash pada tahap awal dan untuk periode yang lebih lama.
6. Gangguan makan
Gangguan makan seperti anoreksia dan bulimia dapat menyebabkan hot flashes karena sistem kekebalan yang lemah. Penurunan fungsi kekebalan dapat mengganggu hipotalamus, bagian otak yang mengatur suhu tubuh dan menyebabkan semburan panas.
7. Ras / etnis
Meskipun hot flashes dapat terjadi pada siapa saja, gangguan ini juga sering dilaporkan terjadi pada ras atau kelompok sosial ekonomi tertentu. Misalnya, wanita Afrika Amerika lebih sering mengeluhkan gejala tersebut dibandingkan dengan wanita Kaukasia. Hal ini disebabkan oleh perbedaan faktor gaya hidup seperti indeks massa tubuh, merokok, dan pola makan di antara ras yang berbeda.
8. Kehamilan
Penelitian mengungkapkan bahwa sekitar 35 persen wanita merasakan hot flashes selama kehamilan, sedangkan 29 persen mersakan hot flashes setelah melahirkan. Biasanya hot flashes terjadi karena fluktuasi hormonal dan transisi reproduksi selama kehamilan. Selain itu, hot flashes bisa meningkat seiring usia kehamilan dan menurun setelah melahirkan.
9. Obesitas
Beberapa teori telah menunjukkan bahwa orang gemuk memiliki lebih banyak jaringan , lemak tubuh yang bertindak sebagai penyekat dan menghambat pelepasan panas, sehingga menyebabkan lebih banyak episode hot flashes. Selain itu, pada wanita gemuk, kadar estrogen yang rendah dapat memicu gejala hot flashes lebih sering.
10. Gangguan mood
Gangguan mood seperti depresi dan kecemasan bisa menjadi faktor risiko hot flashes. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa depresi lebih banyak terjadi pada wanita pramenopause yang mengalami hot flashes dibandingkan dengan mereka yang tidak menunjukkan gejala tersebut. Menurut penelitian, wanita yang berolahraga setiap hari memiliki risiko depresi yang lebih rendah. Padahal, aktivitas fisik tidak secara langsung terkait dengan insiden semburan panas yang rendah.
11. Merokok
Sebuah penelitian menyebutkan bahwa wanita perokok memiliki kadar progesteron dan estrogen yang rendah serta kadar androgen yang tinggi. Selain itu, wanita perokok juga memiliki 1,6 kali lipat peningkatan kemungkinan (jika pernah merokok) dan 4 kali lipat peningkatan kemungkinan (jika perokok berat) mengalami hot flashes, dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah merokok.
12. Konsumsi obat-obatan tertentu
Wanita yang sedang dalam pengobatan kanker payudara dan pria yang menggunakan obat kanker prostat dapat mengalami hot flashes untuk jangka waktu tertentu. Selain itu, wanita yang sedang menjalani terapi hormonal juga dapat mengalami hot flashes. []
Baca Juga :
Lima Penyakit 'Lansia' ini Bisa Jangkiti Anak Muda
Awas! Banyak Salah Kaprah Soal Makanan Diabetes
Menakjubkan, Tujuh Khasiat Minyak Ikan untuk Anak
Meski Lezat, 10 Bahaya Junk Food Bagi Pertumbuhan Anak