TAGAR.id, Jakarta - Pemerintah terus berupaya memperbaiki keuangan negara agar defisit anggaran bisa kembali ke bawah 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2023. Cara yang dinilai paling tepat adalah dengan mengurangi penerbitan Surat Berharga Negara (SBN).
Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani, ada dua hal yang berkontribusi dalam menghemat penerbitan SBN. Pertama adalah penggunaan sisa anggaran tahun sebelumnya (Saldo Anggaran Lebih/SAL).
"Dengan SAL tahun lalu kita mampu melakukan optimalisasi dengan potensi mengurangi defisit," katanya dalam jumpa pers Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK), Rabu, 13 April 2022.
Hal yang kedua adalah tingginya penerimaan negara. Sri menuturkan, dalam dua bulan pertama, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 mampu membukukan surplus karena peningkatan pendapatan negara yang signifikan akibat lonjakan harga komoditas.
"Sampai Maret, penerbitan SBN yang mampu dikurangi adalah Rp 100 triliun. Ini tentu akan membantu dalam upaya mengurangi defisit," ujarnya.
Sri menambahkan, pengurangan penerbitan SBN juga bisa menghindarkan pemerintah selaku penerbit (issuer) dari risiko pasar. Apalagi, saat ini kondisi pasar keuangan dunia sedang sangat tidak pasti karena perang Rusia-Ukraina dan normalisasi kebijakan moneter berbagai bank sentral.
"Kita melihat risiko global akibat normalisasi kebijakan moneter dan juga terjadi perang di Ukraina yang semua akan berpotensi menekan SBN dari yield dan demand-nya. Oleh karena itu, kita akan kurangi issuance," pungkasnya. []
Baca Juga
Sri Mulyani: Untuk Jadi Negara Maju Perlu SDM Berkualitas
Takjub! Harta Kekayaan Sri Mulyani Mencapai Rp 53 Miliar
Sri Mulyani: Masih Banyak Masyarakat Tempati Rumah Kumuh
Sri Mulyani: Uang Negara Bukan Uang Nenek Moyang Kita