Ikan-ikan Berekor Genit Pembawa Rezeki di Gowa

Seorang mahasiswa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan mampu meraup omzet jutaan rupiah per bulan dari budidaya ikan hias.
Ikan hias jenis Guppy milik Supriadi alias Kokang, warga Kabupaten Gowa, Sulsel. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka).

Gowa – Akuarium berukuran kecil milik Supriadi alias Kokang, 24 tahun, terlihat biasa saja, seperti akuarium lain yang tanpa hiasan. Hanya lima lempeng kaca bening yang dibentuk menjadi segi empat.

Jika akuarium itu kosong, mungkin sama sekali tidak terbersit niat untuk melirik apalagi memandangnya berlama-lama.

Tapi, rumbai-rumbai berwarna hitam berpadu oranye dari ekor ikan-ikan Guppy di dalamnya mampu menarik perhatian. Gerakannya seperti lidah api kecil yang menjilat-jilat di dalam air. Serasi dengan ukuran tubuh mereka yang lebih kecil daripada kelingking orang dewasa.

Lambaian ekornya yang centil dan gerakan lincahnya yang terkesan genit saat dilihat dari kejauhan. Para penggemar ikan Guppy dipastikan tidak akan puas jika hanya melihat dari jauh. Goyangan dan warnanya mengundang mereka untuk mendekat.

Sementara, di akuarium lain, sejumlah ikan kecil lain yang berwarna oranye menyala, seperti tidak mau kalah memamerkan kemolekan mereka.

Ikan yang ukurannya hampir sama dengan ikan-ikan Guppy itu adalah ikan Molly Balon Oranye. Sesuai dengan namanya, perut ikan-ikan itu sedikit gembung. Sehingga terlihat lucu saat berenang.

Belajar Budidaya dari Video

Beberapa jenis ikan hias yang ada di tempat itu seluruhnya merupakan hasil budidaya Kokang. Selain kedua jenis ikan tadi, ada juga jenis Molly Balon Hitam, Molly Balon Putih, Molly Murble, Molly Black Golden, ikan Platis dan ikan Pedang.

Cerita Ikan Hias Gowa 2Ikan Molly balon oranye, salah satu jenis ikan hias yang dibudidayakan Kokang, dan banyak dicari. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka).

Awalnya, kata Kokang, dirinya hanya hobi melihat ikan hias. Saat itu dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar (SD). Seperti anak-anak kecil lain pada umumnya, dia hobi bermain ikan.

Namun hobinya itu terus terpelihara hingga Kokang dewasa. Anak ke dua dari empat bersaudara ini sama sekali tak pernah menyangka bahwa kegemarannya bermain ikan akan berbuah manis.

Dari yang tadinya sekadar suka melihat dan bermian ikan hingga akhirnya dia menjadi pembudidaya sekaligus penjual yang memiliki ribuan ekor ikan hias.

Kokang menceritakan perjalan usahanya. Dia memulai usaha beternak ikan pada tahun 2015. Ketika itu dia hanya memiliki belasan ekor ikan di dalam akkuarium di rumahnya, Kampung Parang, Desa Barembeng, Kecamatan Bonto Nompo Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

Namun tiba-tiba terbersit dalam pikirannya untuk membudidayakan ikan-ikan itu. Kokang pun mulai mencari tahu cara membudidayakan ikan dari masing-masing jenis. Mulai dari cara merawat, memperlakukan indukan atau ikan dewasa, bagaimana perlakuan yang harus diberikan pada anakan ikan agar bisa tumbuh hingga dewasa, bahkan tentang frekuensi penggantian air dan pemindahan anakan ke kolam besar.

Semuanya dipelajari secara otodidak. Baik melalui diskusi dengan sesama pehobi maupun dari membaca artikel tentang ikan dan menonton video-video pembudidayaan ikan hias.

Setelah merasa pengetahuannya cukup, Kokang pun mulai membudidaya. Dia menggandeng seorang rekan sekampungnya yang memiliki lahan kosong untuk dijadikan kolam.

"Kalau masalah budidayanya saya budidaya secara massal di kolam induk, nanti pas anakannya yang berumur tiga hari sampai satu minggu sudah banyak baru saya pindahkan ke kolam pembesaran," kata Kokang saat berbagi cerita dengan Tagar, Rabu, 2 September 2020.

Kokang dan rekannya membuat kolam-kolam kecil menyerupai tambak dengan berbagai ukuran. Mulai dari ukuran 2x3 meter, 2x4 meter, hingga yang berukuran besar sekitar tiga meter. Ikan-ikan hias miliknya pun mulai dipindahkan ke kolam itu. 

Dulunya cuma ada satu kolam, kemudian semakin banyak jenis ikan semakin banyak pula kolamnya.

Omzet Jutaan Rupiah

Kini, setelah lima tahun menggeluti usahanya sebagai pembudidaya ikan hias, Kokang mampu meraup keuntungan cukup besar dari usahanya itu. Dalam sebulan dia mempau meraih omzet jutaan rupiah.

Supriadi alias KokangSupriadi alias Kokang, mahasiswa pengusaha budidaya dan jual beli ikan hias asal Kabupaten Gowa, Sulsel. (Foto: Tagar/Fitriani Aulia Rizka)

Kata Kokang, setiap bulannya dia bisa memanen ikan-ikan hias hasil budidayanya hingga dua kali, dan langsung habis dibeli oleh pelanggan yang datang dari berbagai daerah.

Kokang mematok harga yang berbeda untuk masing-masing jenis ikan yang dibudidayakannya, yakni mulai dari Rp 800 hingga Rp 2 ribu per ekor. Harga jual ikan itu juga tergantung pada ukuran ikan.

Tapi saat ini Kokang tidak melayani pembelian eceran. Dia hanya menjual pada para pedagang ikan yang membeli ikannya secara borongan, sehingga ikan-ikannya lebih cepat terjual, dan tentu saja modalnya lebih cepat berputar. Dalam sekali panen dia bisa menjual hingga dua ribu ekor.

Uang hasil penjualan ikan hias tersebut tidak hanya digunakan untuk memenuhi keperluan pribadinya saja. Kokang juga menyisihkan sebagian untuk membantu kedua orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Mahasiswa semester akhir di Fakultas Bahasa dan Sastra (FBS) Universitas Negeri Makassar.(UNM) ini bahkan menggunakan uang hasil budidaya ikannya untuk membayar uang kuliahnya sendiri. Sehingga  dia tidak perlu lagi merepotkan orang tuanya.

“Bisnis itu tidak mengganggu kuliah. Justru sangat membantu, misalnya pembayaran SPP kampus tidak perlu menyusahkan orang tua lagi dan juga sudah cukup untuk digunakan kehidupan sehari-hari,” ucap Kokang lagi.

Ia berharap bisnisnya akan terus berjalan lancar. Karena selain keuntungan materi, bisnis atas dasar hobi juga memperluas koneksi atau pertemanan.

“Bisa banyak teman untuk saling tukar pikiran tentang hobi yang sama,” kata pria kelahiran Gowa, 10 Juni 1996 ini.

Sedikit berbeda dengan Kokang, seorang warga Kabupaten Bantaeng yang juga pehobi ikan hias bernama Ulil, mengaku memelihara ikan hias bukan sekadar hobi. Sebab menurutnya ada beberapa manfaat memeilhara ikan hias. Salah satunya untuk meredakan stres.

Sebagai seorang pekerja Ulil mengaku membutuhkan sesuatu yang bisa meredakan tekanan otak dan otot sepulang bekerja. Ikan hias menjadi salah satu pilihan untuk meredakan stresnya.

"Jadi manfaatnya bukan hanya untuk menambah isi ruangan dan mempercantik, tapi lebih dari itu. Saya pribadi merasa rileks saat menatap akuarium sepulang kerja," kata Ulil.

Penggemar ikan hias jenis Molly Balon Oranye dan Molly Marble ini meyakini bahwa warna-warna indah dari ikan yang dipeliharanya bisa menyerap energi buruk, serta meredakan lelahnya setelah seharian beraktivitas.

Oleh karena itu, kata Ulil, dirinya selalu meluangkan waktu antara 10 hingga 15 menit per hari setiap pulang kerja untuk melihat ikan-ikan hias dalam akuariumnya. Ulil bahkan mengaku kegiatan itu membuatnya merasa mendapatkan energi baru.

Selain menenangkan saraf-saraf yang tegang, menatap ikan hias yang berenang di dalam akuarium juga menenangkan.

"Pokoknya ini sih obat streslah buat saya," katanya. []

Berita terkait
Filosofi Kain Batik Bermotif Pajonga dari Bantaeng
Kepala jonga atau rusa merupakan perwujudan keistimewaan jonga di mata masyarakat Bantaeng. Warna kuning yang bermakna keceriaan.
Pembuat Kasur Kapuk yang Bertahan di Yogyakarta
Cerita tentang seorang produsen sekaligus penjual kasur kapuk yang masih bertahan di antara kasur-kasur busa di Yogyakarta.
Kerlip Lampu Layang-layang Malam di Bantaeng
Sejumlah penggemar layang-layang di Kabupaten Bantaeng berinovasi dengan menambahkan lampu pada layang-layang mereka, dan menerbangkan malam hari.
0
FAO Apresiasi Capaian Kinerja Pertanian Indonesia
Kepala Perwakilan FAO, Rajendra Aryal mengapresiasi capaian kerja yang dilakukan jajaran Kementerian Pertanian selama tiga tahun terakhir.