HUT ke-75 RI, Ferdinand: Kedewasaan Menerima Pancasila

Makna kemerdekaan di HUT ke-75 RI bagi Ferdinand Hutahaean adalah kedewasaan dalam menerima Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Kepala Divisi Advokasi dan Bantuan Hukum Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean. (Foto: Tagar/Alan)

Jakarta - Memaknai Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Republik Indonesia (RI), Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean mengatakan bahwa kemerdekaan adalah kedewasaan dalam menerima Pancasila sebagai ideologi bangsa.

Ferdinand menjelaskan, tema Indonesia Maju akan tercapai jika kedewasaan dalam berpikir, bertindak, berperilaku, serta dewasa dalam berdemokrasi dilakukan seluruh masyarakat Tanah Air.

Memaknai kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-75 ini harus dimaknai sebagai titik keberangkatan bangsa menjadi bangsa yang dewasa

"Merdeka dalam kedewasaan memahami dan menerima Pancasila sebagai asas tunggal ideologi negara. Ini mutlak menjadi syarat Indonesia Maju yang menjadi tema HUT Ke-75 RI. Bangsa ini tak bisa maju dan tak akan pernah menjadi negara makmur bila kita belum merdeka dalam kedewasaan diatas," katanya dihubungi Tagar, Senin, 17 Agustus.

"Maka itu bagi saya, memaknai kemerdekaan bangsa Indonesia yang ke-75 ini harus dimaknai sebagai titik keberangkatan bangsa menjadi bangsa yang dewasa," sambungnya.

Namun, politisi Partai Demokrat ini menyayangkan masih adanya pihak-pihak yang belum memiliki sifat kedewasaan seperti yang disebutkannya.

"Sekarang masih banyak kelompok masyarakat dan bahkan tokoh yang seperti kekanak-kanakan. Sedikit-sedikit merengek dan ngambek. Setelah itu melakukan aksi yang melawan pemerintah. Seperti anak kecil yang minta sesuatu kepada ayahnya, tidak diberikan maka sang anak merengek dengan segala macam cara agar diberikan permintaannya," ujarnya.

Lantas, Ferdinand menyinggung terbentuknya Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) oleh Din Syamsuddin Cs.

"Yang seperti ini masih ada, salah satunya yang menyebut diri dengan KAMI. Memang negara ini menjunjung kemerdekaan berdemokrasi, tapi mestinya dewasa bukan kekanak-kanakan," kata dia.

Selanjutnya, dia juga meminta agar pihak-pihak yang merasa ingin benar sendiri harus merubah sifat tersebut.

"Kita tinggalkan sifat kekanak-kanakan yang merasa benar sendiri dan yang lain salah, merasa suci sendiri yang lain penuh dosa, merasa penghuni surga yang lain penghuni neraka," ujarnya.

Ferdinand juga mengingatkan kembali pernyataan Presiden Joko Widodo atau Jokowi pada saat sidang tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD RI di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (14 Agustus 2020).

"Seperti yang disampaikan oleh Pak Jokowi pada saat pidatonya di sidang tahunan MPR RI. Jangan merasa agamis sendiri dan jangan merasa Pancasilais sendiri. Artinya apa? Kita hormati semua agama dan kita rangkul semua dalam bingkai Pancasila, kita bersama dan semua menanggalkan perbedaan identitas demi tujuan mencapai cita-cita kemerdekaan, yaitu rakyat adil makmur dan sejahtera," katanya.

Kendati demikian, dia berharap ungkapan dalam pidato Jokowi bukan sekadar retorika politik semata. Pandangannya, musuh bangsa Indonesia adalah kebodohan dan kemiskinan yang bercampur dengan radikalisme.

"Saya pikir pidato Pak Jokowi tersebut sudah benar, hanya memang pidato itu perlu tindakan konkret di lapangan yang membumi. Pak Jokowi harus menghentikan semua perihal hal yang berpotensi menghambat kemajuan bangsa ini yaitu pertikaian antar saudara sebangsa. Ini tugas kita semua. Ini harus diselesaikan agar tema HUT ke-75 RI, Indonesia Maju tercapai," kata dia.

"Saya ingin para pengusung khilafah, pengusung intoleransi, tutup mulut dan berhenti merongrong Pancasila dan bergabung bersama membangun Indonesia," ucap Ferdinand Hutahaean menambahkan.[]

Berita terkait
Bamsoet: Kalahkan Cengkeraman C-19 di HUT ke-75 RI
Bamsoet mengajak masyarakat tetap antusias dan menjadikan momentum HUT RI ke-75 menggelorakan semangat merdeka agar lepas dari cengkeraman C-19.
Jokowi: Jangan Ada Merasa Paling Agamis - Pancasilais
Presiden Joko Widodo mengaku sangat tidak menginginkan ada orang yang merasa paling pancasilais dan agamis sendiri.
Ferdinand: Main HP di Pesawat, Apa Mumtaz Orang Bodoh?
Ferdinand Hutahaean menegaskan, putra Amien Rais, Ahmad Mumtaz Rais, di pesawat Garuda Indonesia mengancam keselamatan penumpang.