Humaira, Panggilan Sayang untuk Aisyah Istri Rasulullah

Aisyah istri Rasulullah, seorang wanita berparas cantik berkulit putih dengan pipi kemerah-merahan. Ia juga cerdas. Ia sering dipanggil Humaira.
Ilustrasi - Masjid Nabawi Madinah. (Foto: Pixabay/Konevi)

Jakarta - Aisyah binti Abu Bakar adalah istri Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wassallam. Aisyah terlahir empat atau lima tahun setelah diutusnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wassallam. Aisyah adalah putri Abu Bakar (khalifah pertama) dari pernikahan dengan istri keduanya yaitu Ummi Ruman yang melahirkan Abd al Rahman dan Aisyah. Aisyah termasuk ke dalam ummul-mu'minin (Ibu orang-orang Mukmin).

Ibu beliau bernama Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams bin Kinanah yang meninggal dunia pada tahun ke-6 H. Rasulullah menikahi Aisyah dua tahun sebelum hijrah melalui sebuah ikatan suci yang mengukuhkan gelar Aisyah menjadi ummul mukminin, tatkala itu Aisyah masih berumur enam tahun. 

Rasulullah membangun rumah tangga dengannya setelah berhijrah, tepatnya pada bulan Syawwal tahun ke-2 Hijriah dan ia sudah berumur sembilan tahun. Aisyah menceritakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahiku setelah meninggalnya Khadijah, sedang aku masih berumur enam tahun, dan aku dipertemukan dengan Beliau tatkala aku berumur sembilan tahun. Para wanita datang kepadaku padahal aku sedang asyik bermain ayunan dan rambutku terurai panjang, lalu mereka menghiasiku dan mempertemukan aku dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam.” (Lihat Abu Dawud: 9435). 

Kisah rumah tangga itu berlangsung dalam suka dan duka selama 8 tahun 5 bulan, hingga Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam meninggal dunia pada tahun 11 H. Sedang Aisyah baru berumur 18 tahun.

Dalam ceritanya, Aisyah merupakan seorang wanita berparas cantik berkulit putih dengan pipi yang kemerah-merahan, sebab itulah ia sering dipanggil dengan “Humaira”. Selain cantik, ia juga dikenal sebagai seorang wanita cerdas yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mempersiapkannya untuk menjadi pendamping Rasulullah dalam mengemban amanah risalah yang akan menjadi penyejuk mata dan pelipur lara. 

Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?

Suatu hari Jibril memperlihatkan kepada Rasulullah gambar Aisyah pada secarik kain sutra berwarna hijau sembari mengatakan, “Ia adalah calon istrimu kelak, di dunia dan di akhirat.” (HR. At-Tirmidzi, 3880, lihat Shahih Sunan at-Tirmidzi, 3041).

Selain menjadi seorang pendamping yang selalu siap memberi dorongan dan motivasi kepada suami tercinta di tengah beratnya medan dakwah dan permusuhan dari kaumnya, Aisyah juga tampil menjadi seorang penuntut ilmu yang senantiasa belajar dalam madrasah nubuwwah di mana beliau menimba ilmu langsung dari sumbernya yaitu Rasulullah. 

Aisyah tercatat termasuk orang yang banyak meriwayatkan hadis dan memiliki keunggulan dalam berbagai cabang ilmu di antaranya ilmu fikih, kesehatan, dan syair Arab. Sebanyak 1.210 hadis yang diriwayatkan telah disepakati oleh Imam Bukhari dan Muslim dan 174 hadis yang hanya diriwayatkan oleh Imam Bukhari serta 54 hadis yang hanya diriwayatkan oleh Imam Muslim. Sehingga pembesar para sahabat kibar tatkala mereka mendapatkan permasalahan mereka datang dan merujuk kepada Aisyah.

Kedudukan Aisyah di Sisi Rasulullah

Suatu hari orang-orang Habasyah masuk masjid dan menunjukkan atraksi permainan di dalam masjid, lalu Rasulullah memanggil Aisyah, “Wahai Humaira, apakah engkau mau melihat mereka?” Aisyah menjawab, “Iya.” 

Maka Nabi berdiri di depan pintu, lalu Aisyah datang dan meletakkan dagunya pada pundak Rasulullah dan ia menempelkan wajahnya pada pipi beliau.” Lalu ia mengatakan, “Di antara perkataan mereka tatkala itu adalah, ‘Abul Qasim adalah seorang yang baik’.” Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Ia menjawab: “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah.” 

Maka beliau pun tetap berdiri. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi lagi pertanyaannya, “Apakah sudah cukup wahai Aisyah?” Namun, Aisyah tetap menjawab, “Jangan terburu-buru wahai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.“ Aisyah mengatakan, “Sebenarnya bukan karena aku senang melihat permainan mereka, tetapi aku hanya ingin memperlihatkan kepada para wanita bagaimana kedudukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadapku dan kedudukanku terhadapnya.” (HR. An-Nasa’i, 5/307, lihat Ash Shahihah, 3277).

Canda Nabi kepada Aisyah

Aisyah bercerita, “Suatu waktu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang untuk menemuiku sedang aku tengah bermain-main dengan gadis-gadis kecil.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadaku, “Apa ini wahai Aisyah.” Lalu aku katakan, “Itu adalah kuda Nabi Sulaiman yang memiliki sayap.” Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tertawa. (HR. Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat, 8/68, lihat Shahih Ibnu Hibban, 13/174).

Suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlomba lari dengan Aisyah dan Aisyah menang. Aisyah bercerita, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berlari dan mendahuluiku (namun aku mengejarnya) hingga aku mendahuluinya. Tetapi, tatkala badanku gemuk, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajak lomba lari lagi namun beliau mendahului, kemudian beliau mengatakan, “Wahai Aisyah, ini adalah balasan atas kekalahanku yang dahulu’.” (HR. Thabrani dalam Mu’jamul Kabir 23/47, lihat Al-Misykah, 2.238).

Wafat

Aisyah wafat di rumahnya di Madinah pada tanggal 17 Ramadhan 58 H (16 Juli 678 M). Beberapa periwayat seperti Sibt ibn al-Jawzi, Hakim Sanai, dan Khwaja Mahbub Qasim Khishti Muhsarafi Qadiri menyatakan bahwa ia dibunuh Muawiyah. Sahabat nabi, Abu Hurairah memimpin penguburannya setelah salat tahajud dan ia dikuburkan di Jannat al-Baqi'. []

Baca juga:

Berita terkait
Pandemi Corona dan Kisah Wabah Penyakit Zaman Nabi
Pandemi corona Covid-19 menyerang nyaris seluruh negara di dunia saat ini, ternyata peristiwa serupa pernah terjadi pada zaman kenabian.
Kisah Nabi Sulaiman Bisa Bicara dengan Hewan
Nabi Sulaiman memiliki mukjizat dapat berbicara dengan hewan.
Idul Adha Mengingat Kisah Nabi Ibrahim
Lebaran Haji atau Hari Raya Idul Adha mengingat pada kisah Nabi Ibrahim yang mengorbankan putranya, Ismail.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.