Hoaks yang Telan Nyawa

Kebohongan yang memicu Perang Dunia II itu terungkap setelah ketahuan tentara Jerman sendiri yang membunuh pasukan perbatasan Polandia. Karena sejak 1938 Jerman sudah mempersiapkan pendudukan terhadap jirannya itu.
Ilustrasi (ist)

Jakarta, (Tagar 23/6/2018) – Penyebaran berita bohong atau hoaks sangat meresahkan masyarakat, hal tersebut lantaran tak jarang masyarakat terpengaruh oleh kesimpang-siuran berita tersebut. Masyarakat cenderung mudah percaya dengan informasi yang didapatkan tanpa melakukan cross check terlebih dahulu.

Tak sedikit masyarakat Indonesia yang terjebak dalam pusaran berita hoaks yang menyesatkan. Bahkan, berita hoaks pun acap kali merenggut nyawa manusia. Berikut beberapa berita hoaks merugikan yang Tagar rangkum:

Hoaks Pemicu Perang Dunia II, 1939
Awal September 1939, Adolf Hitler mengabarkan kepada parlemen Jerman bahwa militer Polandia telah "menembaki tentara Jerman pada pukul 05.45." Ia lalu bersumpah akan membalas dendam. 

Kebohongan yang memicu Perang Dunia II itu terungkap setelah ketahuan tentara Jerman sendiri yang membunuh pasukan perbatasan Polandia. Karena sejak 1938 Jerman sudah mempersiapkan pendudukan terhadap jirannya itu.

Hoaks Picu Penggulingan Rezim Muammar al-Gaddafi, 2011
Pasca Irak runtuh, giliran Libya yang lagi-lagi harus mengalami nasib serupa lantaran tuduhan kepemilikan senjata pemusnah massal.

Puncaknya, pihak Dewan Keamanan PBB meminta Libya membuka akses bantuan kemanusiaan ke negaranya. Namun bagai udang dibalik batu, bantuan kemanusiaan itu ternyata hanyalah formalitas belaka.

Pada  Mei 2011, NATO di bawah pimpinan Amerika Serikat memborbardir Libya. Berbagai serangan negeri Paman Sam ini ternyata membuat Libya mengalami kerusakan yang sangat parah. Dampaknya, rezim Gaddafi runtuh dan lagi-lagi, proyek rekonstruksinya dipegang perusahaan Barat dan pembiayaannya dilakukan oleh pemerintah baru Libya dengan berhutang pada IMF dan lainnya.

Hoaks Garam Campur Kaca, 2017
Di Indonesia sendiri, kaum ibu sempat dibuat geger dengan beredarnya kabar penjualan garam yang bercampur dengan serpihan kaca. Sebagian orang yang mendapatkan kabar itu menduga, mahalnya harga garam membuat penjual tega mencampurkannya dengan kaca, dan menjualnya ke masyarakat.

Meski tak menelan nyawa seperti berita hoaks lainnya, namun atas insiden ini sejumlah produsen garam di beberapa wilayah di Indonesia pun mengalami kerugian yang cukup besar. Penjualan produk garam yang dihasilkannya pun sempat menurun drastis.

Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh BPOM menunjukkan bahwa semua garam yang diduga tercampur dengan serpihan kaca dapat larut di dalam air.

Hoaks Penculikan Anak, 2017
Orang gila kembali menjadi target sasaran penyebaran isu hoaks. Masyarakat dibuat resah dengan beredarnya isu penculikan anak yang dilakukan oleh orang gila. Awalnya orang gila tersebut mengajak bermain anak-anak, namun secara tiba-tiba anak-anak yang berada didekatnya digendong dan dibawa kabur.

Akibat dari beredarnya info hoaks tersebut, orang gila pun menjadi target kemarahan warga. Salah satunya terjadi di Pontianak, Kalimantan Barat. Seorang pria paruh baya harus kehilangan nyawa lantaran diduga akan menculik seorang anak.

Pria berusia 53 tahun yang berniat untuk menjenguk cucunya yang  baru lahir di rumah anaknya, dituduh sebagai penculik anak lantaran gerak-geriknya yang terlihat kebingungan mencari rumah anaknya.

Tanpa berusaha mencari info lebih lanjut, warga langsung mengeroyok pria itu hingga tewas. Alhasil ia pun tidak sempat melihat cucu nya untuk kali pertama.

Dalam sejarahnya, hoaks selalu merugikan. Masihkah kita biarkan hoaks berseliweran di media sosial tanpa berupaya mencegahnya? Stop hoaks sekarang juga! (sas)


Berita terkait
0
Cara Minum Teh Agar Terhindar dari Penyakit Kanker
Cara minum teh bisa berujung masalah serius yaitu terkena penyakit kanker kerongkongan. Berikut cara minum teh yang aman.