Hasto Dipanggil Negara, Pergi Diiringi Air Mata

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo akan meninggalkan Kulon Progo. Dia pergi karena mendapatkan panggilan negara.
Hasto Wardoyo (tengah) dijadwalkan akan dilantik sebagai Kepala BKKBN Pusat pada Senin 1 Juli 2019. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo – Air mata dari orang yang ditinggalkan mengiringi kepergian Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo. Air yang menetes di pipi sejumlah pejabat Kulon Progo, mewakili perasaan rakyat Kulon Progo, DIY.

Rasa ditinggalkan pemimpinnya tak lama lagi. Hitung hari. Haru, sedih dan bangga, mungkin masih kurang untuk mengenang besar jasanya.

Ya, memang tidak salah. Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo akan meninggalkan Kulon Progo, daerah yang membesarkan namanya. Dia pergi karena mendapatkan panggilan negara.

Hasto dijadwalkan dilantik sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat. Pelantikan akan dilakukan pada Senin 1 Juli 2019 di Auditorium BKKBN di Halim, Jakarta.

Karenanya, sisa waktu sebelum pelantikan menjadi momen berharga untuk menumpahkan segala perasaan kepada sang bupati. Pengarahannya kepada sejumlah pejabat di Pemerintah Kabupaten Kulon Progo pada Sabtu 29 Juni 2019, berubah menjadi sesuatu yang spesial.

Pertemuan dihadiri sejumlah pejabat seperti wakil bupati, sekretaris daerah, asisten sekda, staf ahli bupati, pimpinan organisasi perangkat daerah, camat, kepala bagian, Direktur RSUD Wates, dan Direktur RSU Nyi Ageng Serang, justru menjadi momen perpisahan, penuh makna dan kesan mendalam.

Para pejabat yang hadir, pada saat berjabat tangan dengan Hasto di akhir acara, tak sedikit yang meneteskan air mata dan terharu.

"Sebenarnya kalau saya boleh meminta, amanah jabatan Kepala BKKBN bisa ditunda sampai jabatan bupati berakhir, baru setelah itu naik menjadi Kepala BKKBN," kat Wakil Bupati Sutedjo dalam acara tersebut.

Namun Sutedjo menambahkan, itu hanya sebuah harapan karena pengangkatan Kepala BKKBN ini sudah merupakan keputusan dari pemerintah pusat.

Sepeninggal Hasto, pada prinsipnya berbagai program yang diusungnya akan dilanjutkan seoptimal mungkin untuk kesejahteraan masyarakat Kulon Progo.

Tentunya, dengan dukungan semua organisasi perangkat daerah, pemerintah kecamatan hingga desa, serta stakeholder terkait.

Beliau berjasa besar mengangkat batik Kulon Progo dengan Geblek Rentengnya, dari yang sebelumnya mati suri, hingga kini mampu menjadi industri besar

Sekretaris Daerah Kulon Progo Astungkoro menutur, pasangan Hasto Wardoyo dan Sutedjo adalah pasangan serasi, ideal, kompak, selaras dan sejalan. Karena seperti satu kesatuan, bahakan sulit untuk mencari pengganti seperti mereka.

"Saya merasakan kehilangan sang inovator Kulon Progo, yang bekerja dengan tulus ikhlas. Bupati Hasto telah berbuat, berkarya, dan banyak berinovasi untuk kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Kulon Progo," ujarnya.

Kesempatan pengarahan di ruang Sermo, Sabtu 29 Juni 2019 itu, justru kata-kata perpisahan yang disampaikan oleh Hasto menjadi istimewa.

Dia mengawali sambutannya, justru memaparkan berbagai program pembangunan berskala besar di Kulon Progo, yang selama ini menjadi impian baginya dan masyarakat Kulon Progo.

Program ini mulai dari pemindahan Pasar Teteg Kulon, rencana pembangunan jalan tol, rel kereta api yang terkoneksi dengan bandara, jalan penghubung bandara dan Candi Borobudur, hingga sejumlah kebijakan lainnya yang mengantarkan Kulon Progo meraih prestasi tingkat nasional.

Hasto bersyukur, program - program pembangunan yang dilaksanakan, mampu berjalan lancar dan diberi kemudahan. Meskipun tidak bisa dipungkiri, sebenarnya banyak tantangan dan tekanan berat dihadapi.

Namun karena tidak memiliki kepentingan pribadi dengan proyek besar tersebut, akhirnya program terlaksana dengan baik.

Agus Faturrohman, seorang pengusaha batik asal Lendah Kulon Progo mengaku bangga, karena Bupati Hasto diberikan amanah untuk menjadi pemimpin nasional.

Pemilik usaha Sinar Abadi Batik ini menilai, Hasto berjasa sangat besar bagi perkembangan batik lokal Kulon Progo.

"Beliau berjasa besar mengangkat batik Kulon Progo dengan Geblek Rentengnya, dari yang sebelumnya mati suri, hingga kini mampu menjadi industri besar yang mampu menggairahkan perekonomian bagi masyarakat, khususnya bagi para perajin batik," tuturnya.

Dia meyakini, setelah di Jakarta Hasto akan tetap membimbing masyarakat di daerah. Hasto, dipastikan telah mendelegasikan berbagai program kepada Sutedjo yang nantinya akan meneruskan masa baktinya.

"Saya berdoa semoga Pak Hasto selalu dalam lindungan Allah SWT. Kami selaku masyarakat tidak merasa kehilangan, karena memang Hasto sudah saatnya menjadi bapak untuk seluruh masyarakat Indonesia. Sugeng bertugas Pak Hasto," tutupnya.[]

Baca juga:

Berita terkait