Hari Ibu Dicetuskan Akibat Protes Hari Kartini

22 Desember, masyarakat Indonesia memperingati Hari Ibu Nasional yang tercetus dari protes masyarakat terhadap Presiden Soekarno soal Kartini.
R.A Kartini (foto: suaramuslim.net).

Jakarta - Tepat pada hari ini, 22 Desember, masyarakat Indonesia memperingati Hari Ibu Nasional. Namun, tahukah Anda bahwa Presiden Soekarno mencetuskan Hari Ibu setelah mendapat protes saat dia mewacanakan Kartini sebagai pahlawan Nasional RI.

Hari ini masyarakat Indonesia merayakan Hari Ibu Nasional dengan cara menyampaikan selamat kepada setiap ibu, baik itu mengucapkan langsung ataupun disampaikan melalui media sosial

Anak-anak dan para suami biasanya memanjakan para ibu dengan banyak cara, yaitu para ibu tidak perlu mengerjakan tugas rutin di rumah, mengajak ibu makan di restoran bagus, bahkan di beberapa kampung, mereka mengadakan piknik yang pesertanya khusus para ibu.

Kumpulan tulisan Kartini dianggap suara hati rakyat kecil atau minoritas yang tertindas.

Namun, ternyata ide mencetuskan hari ibu cukup dramatis kisahnya. Karena muncul setelah protes akan wacana untuk menjadikan Kartini sebagai pahlawan nasional. Polemik wacana penetapan peringatan kedua hari nasional tersebut muncul pada pertengahan tahun 50’an.

Pada saat itu masyarakat Indonesia sedang pada puncak semangat-semangatnya menggelorakan gerakan anti kolonialisme dan imperialisme. Mereka benci akan semua hal yang berbau penjajah. 

Sedangkan nama Kartini justru diangkat oleh pihak Belanda yang notabene merupakan penjajah Indonesia. 

Di mata Pemerintah Belanda, kiprah Kartini sangat besar dalam melawan hegemoni kaum pria terhadap kaum wanita yang saat itu masih sangat tertindas. Derajat wanita kala itu tidak lebih dipandang hanya sebagai pembantu saja. 

Nama Kartini diangkat oleh oposisi di Dewan Rakyat Negeri Belanda untuk mengkritik penguasa di sana pada masa politik etis. Pada masa itu semua kolonial di belahan dunia sedang diserang habis-habisan akibat kebijakan mereka mengeksploitasi daerah jajahan selama ratusan tahun.

Kumpulan tulisan Kartini dianggap suara hati rakyat kecil atau minoritas yang tertindas. Begitu populernya dia di mata Belanda, sehingga suatu waktu diabadikan sebagai nama jalan Kartini di sudut kota di Negeri Kincir Angin.

Baca juga: Mahfud MD Nyatakan Fatwa MUI Tidak Harus Diikuti

Sebagian masyarakat Indonesia menganggap kenyataan itu sebagai pertanda kalau Ibu Kartini lebih pro Belanda. Apalagi kumpulan tulisan Kartini yang dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang dikumpulkan oleh mantan Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda bernama J.H. Abendanon.

Mereka juga menganggap kalau kiprah Kartini tidak sebesar daripada tokoh wanita nasional yang lain (seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, dan lain-lain), dan dia hanya berjuang secara sektoral, yaitu di wilayah Rembang dan Jepara. 

Dan ada hal yang tidak kalah krusial, yaitu pada buku Habis Gelap Terbitlah Terang, Kartini menyoroti tentang isu poligami. Tentu saja isu tersebut sedikit banyak menyinggung kaum kanan dan juga bangsawan Jawa.

Padahal, Presiden Soekarno sudah yakin dengan wacana untuk menjadikan Kartini sebagai pahlawan nasional, apalagi saat itu nama Kartini juga sudah dikenal di belahan Eropa sana. 

Jadi dengan Soekarno memilih Kartini sebagai Pahlawan Nasional, akan memberikan nilai tambah bagi Indonesia, sehingga bisa sejajar dengan negara-negara Eropa yang peradabannya lebih maju.

Baca juga: Dukung Ide Nadiem Makarim, DPR: UN Perusak Bangsa

Presiden pertama RI itu menganggap sosok Kartini sebagai Pahlawan Wanita yang telah mewakili perjuangan kaum wanita di Nusantara yang melawan kolonialisme seperti Cut Nyak Meutia, Nyai Ahmad Dahlan, Rasuna Said, Martha Christina Tiahahu, dan masih banyak lagi.

Untuk mengakhiri polemik itu, Soekarno mengangkat wacana 22 Desember sebagai Hari Ibu Nasional. Peringatan Hari Ibu Nasional dianggap bisa menjembatani penghormatan setiap orang bagi kaum ibu, baik itu tokoh nasional atau ibu di kalangan masyarakat biasa.

Pada akhirnya, Hari Ibu Nasional yang jatuh pada 22 Desember ditetapkan lebih dahulu, yaitu pada 16 Desember 1959 bertepatan dengan ulang tahun ke-25 Kongres Perempuan Indonesia 1928. Sedangkan Hari Kartini yang ditetapkan pada 21 April diresmikan pada 2 Mei 1964. []

Berita terkait
12 Lagu Paling Pas di Hari Ibu 22 Desember
Untuk menambah suasana lebih terasa khidmat, tidak ada salahnya memutar lagu tentang ibu. Berikut 12 lagu paling pas di Hari Ibu 22 Desember.
Respons MUI Soal Perayaan Hari Ibu 22 Desember
MUI menanggapi perayaan hari ibu yang akan dilaksanakan pada 22 Desember 2019.
Foto: Hari Kartini, Penyewaan Baju Adat Melonjak
Dalam meyambut kartini, sejumlah rumah penyewaan baju adat pun ramai dengan banyaknya permintaan.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.