Harapan Stimulus AS Pupus, Bursa Asia Berpotensi Melemah

Bursa saham Asia dibuka melemah pada sesi awal perdagangan, Rabu, 7 Oktober 2020 imbas melemahnya Wall Street.
Ilustrasi Bursa Wall Street. (Foto: politico.com).

Jakarta - Bursa saham Asia dibuka melemah pada sesi awal perdagangan, Rabu, 7 Oktober 2020. Bursa Wall Street yang ditutup melemah setelah Presiden AS Donald Trump memupuskan harapan untuk paket stimulus keempat cuitannya di akun Twitter.

Indeks Futures untuk S&P 500 EScv1 turun 0,58 persen pada awal perdagangan. Hal yang sama juga terjadi pada indeks Nikkei 225 futures Jepang dan indeks S&P ASX 200 futures YAPcm1 Australia masing-masing turun 0,17 persen dan 0,29 persen.

Pandangan kami untuk beberapa waktu adalah kesepakatan stimulus tidak mungkin terjadi sebelum pemilihan presiden 3 November.

Seperti diberitakan dari Reuters, Wall Street awalnya bergerak lebih tinggi pada hari Selasa di tengah berita bahwa Presiden Trump telah kembali ke Gedung Putih setelah rawat inap akibat terpapar Covid-19. Hal ini menghilangkan beberapa ketidakpastian politik yang memicu sentimen negatif investor minggu lalu.

Di bursa AS, indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 1,34 persen. Begitu pula dengan indeks S&P 500 merosot 1,40 persen dan indeks Komposit Nasdaq turun 1,57 persen. Sedangkan indeks saham MSCI terkoreksi 0,64 persen.

Namun, arah berbalik dengan tajam ketika Presiden Trump mengumumkan di Twitter bahwa dia telah menghentikan negosiasi untuk stimulus tambahan hingga setelah pemilihan presiden 3 November 2020. Hal ini memicu kembali ketidakpastian politik.

Selain itu, informasi semakin banyak pejabat senior AS yang dinyatakan positif Covid-19, menambah sentimen negatif pasar. Baru-baru ini, sebagian besar anggota Kepala Staf Gabungan menghentikan pertemuan tatap muka dan pergi ke karantina setelah seorang pejabat penjaga pantai dinyatakan positif.

Sebelumnya pada hari Selasa, Gubernur bank sentral AS (Federal Reserve), Jerome Powell memperingatkan bahwa perekonomian AS sedang dalam pemulihan yang lemah tanpa dukungan fiskal lebih banyak. Pengamat bank sentral akan melihat lebih rinci pandangan anggota dewan tentang ekonomi saat Fed merilis risalahnya Rabu pagi.

"Pandangan kami untuk beberapa waktu adalah kesepakatan stimulus tidak mungkin terjadi sebelum pemilihan presiden 3 November," kata Kepala Ekonomi Internasional di Commonwealth Bank of Australia Joseph Capurso dalam sebuah catatan.

Perubahan pemerintahan Trump juga memicu permintaan safe-haven untuk dolar dan Departemen Keuangan Amerika Serikat. []

Berita terkait
Donald Trump Pulang ke White House, Saham Langsung Menguat
Bursa saham di Asia naik tipis pada sesi pagi perdagangan, imbas positif membaiknya kondisi Presiden AS, Donald Trump setelah terpapar Covid-19.
Fraser Jadi CEO Wanita Pertama di Bank Wall Street
Citigroup menunjuk Jane Fraser menjadi kepala essekutif (CEO) pertama di Bank Wall Street, Amerika Serikat.
Sempat Melemah, Wall Street Ditutup di Rekor Tertinggi
Wall Street ditutup di rekor tertinggi untuk hari kedua berturut-turut, karena laporan pekerjaan AS yang suram diimbangi kenaikan saham industri dan teknologi.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.