Saham Raksasa Teknologi Dongkrak Bursa Wall Street

Saham-saham dari raksasa teknologi memberikan sentimen positif terhadap pergerakan bursa Wall Street di Amerika Serikat.
Ilustrasi Bursa Wall Street. (Foto: politico.com).

Jakarta-Saham-saham dari raksasa teknologi memberikan sentimen positif terhadap pergerakan bursa Wall Street di Amerika Serikat. Pada perdagangan Senin (Selasa pagi, 5 Mei 2020), indeks-indeks saham utama di Wall Street menguat dibandingkan hari sebelumnya.

Pada sesi pembukaan, indeks-indeks saham utama AS dibuka lebih rendah. Namun bergerak lebih tinggi sepanjang sore untuk menghentikan penurunan beruntun dua hari.

Seperti dikutip dari Antara, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup naik 26,07 poin atau 0,11 persen menjadi  23.749,76 poin. Hal yang sama juga terjadi pada indeks S&P 500 bertambah 12,03 poin atau 0,42 persen, menjadi 2.842,74 poin. Begitu pula dengan indeks Komposit Nasdaq ditutup menguat 105,77 poin atau 1,23 persen, menjadi 8.710,71 poin.

Kenaikan saham perusahaan teknologi dan internet besar serta kenaikan harga minyak melebihi kekhawatiran tentang ketegangan terbaru AS-China dan sentimen suram dari pertemuan tahunan Berkshire Hathaway, Warren Buffett

Baca Juga: Optimisme Warren Buffett Pasar Saham akan Lebih Baik 

Saham raksasa teknologi AS, yang disebut kelompok FAANG dari Facebook, Apple, Amazon, Netflix, dan induk perusahaan Google, Alphabet, semuanya ditutup menguat. Keuntungan di Microsoft, Apple dan Amazon adalah pengangkat terbesar untuk S&P 500, menyusul reaksi beragam minggu lalu terhadap laporan dari perusahaan teknologi besar ternama itu.

Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir lebih tinggi, dengan sektor energi dan teknologi masing-masing naik 3,7 persen dan 1,4 persen, melampaui sektor lainnya. Energi adalah sektor S&P 500 berkinerja terbaik karena harga minyak melonjak.

Kenaikan saham perusahaan teknologi dan internet besar serta kenaikan harga minyak melebihi kekhawatiran tentang ketegangan terbaru AS-China dan sentimen suram dari pertemuan tahunan Berkshire Hathaway, Warren Buffett.

Saham telah rebound tajam sejak akhir Maret dari aksi jual virus corona, dibantu oleh stimulus moneter dan fiskal besar-besaran. Investor sekarang mengamati upaya sejumlah negara yang mencoba menghidupkan kembali ekonomi mereka dengan melonggarkan pembatasan yang diberlakukan untuk memerangi wabah tersebut.

Pada Senin, 4 Mei 2020, Gubernur New York, Andrew Cuomo mengatakan pembukaan kembali bisnis secara bertahap di negara bagian yang paling terpukul oleh pandemi Covid-19. Gubernur California, Gavin Newsom menyebutkan bahwa bisnis ritel di negara bagian tersebut mulai dapat dibuka kembali pada awal minggu ini.

“Bisakah Anda mencabut pembatasan dan mulai melakukan fase dalam kegiatan ekonomi namun tetap mempertahankan jumlah kasus? Itulah yang menjadi fokus pasar saat ini,” kata Quincy Krosby, Kepala Strategi Pasar di Prudential Financial di Newark, New Jersey.

Saham maskapai penerbangan tergelincir secara luas. Investor miliarder dan Ketua Berkshire Hathaway, Warren Buffett mengatakan pada Sabtu 2 Mei 2020 bahwa konglomerat ini telah menjual semua saham maskapai penerbangannya, mengirimkan sinyal mengkhawatirkan kepada industri penerbangan AS yang hancur akibat wabah Covid-19.

Simak Pula: Corona: Bursa Saham Masuk Masa Terburuk Sejak 1987

Saham Delta Air Lines Inc, American Airlines Group Inc, Southwest Airlines Co dan United Airlines Holdings Inc, jatuh antara lima persen hingga delapan persen, di antara penurunan terbesar pada S&P 500.

Saham Berkshire turun 2,6 persen dan membebani S&P 500 setelah konglomerat itu membukukan rekor rugi bersih triwulanan hampir 50 miliar dolar AS.

Buffett, yang komentarnya diikuti oleh para investor, mengakui pada pertemuan tahunan Berkshire pada Sabtu bahwa pandemi tersebut dapat secara signifikan merusak ekonomi dan investasinya.

"Narasinya relatif lebih sederhana dibandingkan dengan posturnya selama bertahun-tahun," kata Emily Roland, Kepala Strategi Investasi di John Hancock Investment Management.

Meluasnya ketegangan antara AS dan China juga menekan pasar. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada Minggu, 3 Mei 2020, ada sejumlah besar bukti bahwa virus corona baru muncul dari laboratorium China. Editorial di Global Times China mengatakan dia "menggertak".

Investor juga mencerna musim hasil perusahaan yang sulit. Dengan lebih dari setengah perusahaan pada indeks saham S&P 500 yang telah melaporkan kinerja keuangannya sejauh ini, laba kuartal pertama diperkirakan turun 12,5 persen, menurut data Refinitiv.[]

Berita terkait
Sempat Melemah, Wall Street Ditutup di Rekor Tertinggi
Wall Street ditutup di rekor tertinggi untuk hari kedua berturut-turut, karena laporan pekerjaan AS yang suram diimbangi kenaikan saham industri dan teknologi.
COVID-19 Buat Bursa Saham Tiga Negara Eropa Jatuh
Kekhawatiran masyarakat global terkait penyebaran virus corona atau COVID-19 rupanya berimbas pada bursa saham di Eropa.
Baru Dibuka Lagi, Bursa Saham China Langsung Jeblok
Kekhawatiran terhadap merebaknya wabah virus corona baru yang telah menyebar secara global memicu penurunan tajam bursa saham di China.
0
Staf Medis Maradona Akan Diadili Atas Kematian Legenda Sepak Bola Itu
Hakim perintahkan pengadilan pembunuhan yang bersalah setelah panel medis temukan perawatan Maradona ada "kekurangan dan penyimpangan"