Surabaya - Gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 di Jawa Timur mengaku telah mencari kebenaran adanya informasi bahwa Rumah Sakit (RS) Darurat di Jalan Indrapura Surabaya angker alias banyak hantunya. Namun setelah diamati menggunakan drone, kabar adanya hantu beredar di media sosial tidak ditemukan alias hoaks.
Ketua Tim Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur dr Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa kabar adanya hantu di RS Darurat tidak benar. Bahkan foto yang beredar di medsos bukanlah foto RS Darurat.
Dua kali kita nge-drone. Anu apa namanya, kuntilanaknya tidak ketemu. Jadi itu hoaks.
"Jadi yang ada di WA itu ada hantunya (RS Darurat) itu hoaks. Bukan fotonya rumah sakit sana (darurat)," kata dr Joni dengan nada tertawa saat konferensi pers di Gedung Grahadi Surabaya, Minggu, 7 Juni 2020.
Joni menyebut bahwa untuk membuktikan adanya hantu, satgas sudah dua kali menggunakan drone dua kali untuk mencari kebenaran sosok kuntilanak viral di medsos. Namun hantu itu tidak terlihat saat di drone.
"Dua kali kita nge-drone. Anu apa namanya, kuntilanaknya tidak ketemu. Jadi itu hoaks," ujar Joni yang kembali tertawa.
Pria yang juga dirut Rumah Sakit Umum dr Soetomo itu menegaskan, bahwa hal wajar jika rumah sakit ada hantunya. Meski demikian, untuk memberikan kenyamanan bagi pasien, situasi rumah sakit darurat akan dibuat lebih baik. Nantinya akan dihiasi ada taman-taman dan tempat relaksasi.
Joni menyatakan RS darurat sudah membuka area baru untuk pasien, tepatnya di hall. Dengan begitu, selain ditenda darurat, juga disediakan tempat tidur di hall dan dalam ruangan yang saat ini sedang diperbaiki.
"Jadi kita kan ada tiga, di tenda, hall kemudian ruangan sedang proses perbaikan di ruangan. Hari ini, kalau nanti malam ini sudah ada pasien yang dirawat di sana," kata dia.
Joni menjelaskan, untuk di tenda kapasitasnya ada 44 tempat tidur. Di mana saat ini sedang merawat 18 pasien laki-laki dan 18 perempuan. RS Darurat sudah merawat pasien 50 orang. Dimana 13 pasien sudah diperbolehkan pulang.
Pasien dikirim ke RS darurat harus didiskusikan terlebih dahulu oleh tenaga medis. Alasannya, tidak semuanya bisa dikirim ke RS darurat dan pasien boleh dikirim hanya gejala ringan. Selain itu, keberadaan RS darurat juga bertujuan mengurangi kapasitas dari rumah sakit rujukan.
"Kita komunikasi terus dengan rumah sakit rumah sakit rujukan pasien pasien yang bisa dikirim di sana kita diskusikan dulu. Sehingga load-nya (RS rujukan) bisa terkurangi, ringan dan sedang bisa dikirim ke sana," kata dia. []