GP Ansor Tanggapi Kontroversi Ustaz Abdul Somad

Ketua GP Ansor Gus Yaqut menanggapi dakwah kontroversial Ustaz Abdul Somad yang menyebut istilah salib dan jin kafir.
Ustaz Abdul Somad di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jakarta, Rabu, 21 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari)

Bali - Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, sebaiknya para pemuka agama di Indonesia dapat berdakwah dan menyebarkan ajaran agama menggunakan kalimat yang tidak mendiskriminasi kepercayaan agama lain. 

Hal ini mengacu terhadap viralnya video Ustaz Abdul Somad (UAS) yang menyebut ‘salib’ dan ‘jin kafir’.

"Jika berdakwah ya dakwah aja, jangan menyudutkan orang lain atau agama lain. Jangan membuat orang lain tersinggung," kata Yaqut Cholil Qoumas kepada Tagar, Kamis, 22 Agustus 2019.

Pria yang akrab disapa Gus Yaqut, mengatakan, apa yang telah disampaikan UAS telah menyulut ketersinggungan umat Nasrani. 

"Baik cara berdakwah, cara berinteraksi dengan orang lain, atau agama lain," ujarnya.

Menurut dia, sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki beragam suku dan agama, maka sudah sepatutnya setiap tokoh yang beretorika di hadapan publik, utamanya ulama, harus menjaga tutur kata, supaya pesan yang disampaikan tidak menyakiti umat lain.

Sebelumnya, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Jimly Asshiddiqie menjelaskan, saat ini perkembangan zaman mengharuskan para pembicara perlu memilah kata-kata. 

Hal tersebut merujuk dengan pelaporan UAS yang dianggap telah menyinggung simbol agama Kristen dan Katolik.

"Saya rasa itu baik juga untuk menyadarkan semua orang bahwa sekarang ruang publik sangat terbuka. Sudah tidak ada lagi ruang bicara internal eksternal, semua sekarang sudah eksternal," kata Jimly di Kompleks Parlemen Senayan, Minggu, 18 Agustus 2019.

Menurut dia, isu agama sangat riskan dibicarakan di tengah publik. Namun, baginya, ilmu agama yang tetap wajib untuk disebarkan, harus dikemas secara baik dan benar.

Jika berdakwah ya dakwah aja, jangan menyudutkan orang lain atau agama lain. Jangan membuat orang lain tersinggung.

"Maka para ulama, para mubalig, para pendeta, para rohaniawan agama apapun, sekali dia bicara di intern jamaahnya tidak ada kepastian bahwa materi yang dia bicarakan itu dalam 5 menit tidak didengar seluruh orang di dunia," katanya.

Jimly mengharapkan ustaz asal Asahan, Sumatera Utara itu meminta maaf kepada publik. Pernyataan UAS dianggap Jimly telah memancing kekecewaan banyak pihak. 

"Kalau memang harus minta maaf ya minta maaf saja, ya tidak apa-apa saya rasa begitu," ucapnya.

Anggota DPD RI terpilih periode 2019-2024 ini mengingatkan, agar para pemuka agama dapat memilih materi saat disampaikan di hadapan masyarakat.

"Jadi harus berhati-hati sekarang kita harus lebih menekankan bimbingan moral dan agama kepada jamaah yang sifatnya inklusif. Tidak hanya menyebar kebencian permusuhan dengan kelompok lain," tuturnya.

Ia mengatakan, agar kejadian yang dialami UAS dapat menjadi cerminan siapapun hingga hal serupa tidak akan kembali terjadi.

"Jadi saya rasa ini jadi pelajaran dan itu berlaku buat semua agama, semua tokoh agama. Sekarang sudah tidak zamannya lagi eksklusif hanya bicara internal, tidak bisa lagi dan mudah-mudahan ini menjadi pelajaran bukan hanya bagi Kiai Abdul Somad," ucapnya. []

Baca juga: Dakwah Mengejek, PKB Menasihati Ustaz Abdul Somad

Berita terkait
Polisi Masih Pelajari Laporan Ustaz Abdul Somad
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono mengatakan masih perlu waktu mempelajari laporan terhadap Ustaz Abdul Somad (UAS).
Lima Poin dari Ustaz Abdul Somad Seusai Bertemu MUI
MUI mengundang ustaz Abdul Somad untuk klarifikasi cuplikan video ceramahnya tentang jin kafir dalam salib yang viral.
Pelapor Ustaz Abdul Somad Dilaporkan Balik ke Polisi
Sudiarto diduga telah mencemarkan nama baik Ustaz Abdul Somad karena menyebarkan surat laporan di media sosial. Sebab itu ia dilaporkan.
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.