GMKI Endus Aktor Intelektual dalam Insiden di Wamena

Ketua Umum PNPS GMKI Febry Calvin Tetelepta meminta aparat kemananan untuk menindak tegas aktor intelektual dalam insiden di Wamena, Papua.
Situasi massa saat aparat keamanan menembakkan gas air mata di Kota Jayapura, Papua, Kamis (29/8/2019). (Foto: Hendrina Dian Kadapi)

Jakarta - Pengurus Nasional Perkumpulan Senior (PNPS) Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) meminta aparat keamanan untuk menindak tegas aktor intelektual dalam insiden di Wamena, Papua. 

Ketua Umum PNPS GMKI Febry Calvin Tetelepta menyatakan Papua adalah bagian integral dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang harus mendapat perhatian serius dari seluruh komponen bangsa. 

Secara faktual, kata dia, masyarakat Indonesia mengetahui bahwa Tanah Papua sangat kaya dengan sumber daya alam (SDA) dan sejak berdirinya republik ini, tidak sedikit kekayaan Tanah Papua yang dikelola oleh negara dan hasilnya disumbangkan untuk kemajuan bangsa ini.

Sengaja dimainkan elit-elit tertentu untuk menggagalkan agenda konstitusional pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada 20 Oktober 2019.

"Tetapi seiring dengan berjalannya waktu, tidak dapat dipungkiri ternyata kondisi penduduk asli Tanah Papua terpinggirkan dan terbelakang dalam berbagai aspek kehidupan," ujar Febry dalam keterangan tertulis yang diterima Tagar, Sabtu pagi, 28 September 2019. 

Menurut dia, identitas orang asli Papua hampir tergerus di tengah dinamika kehidupan bermasyarakat. Hal ini justru sering terabaikan di tengah masifnya pembangunan nasional saat ini.

Febri memandang fakta-fakta tersebut menyebabkan penduduk asli Tanah Papua sering dieksploitasi, dimanfaatkan oknum atau kelompok tertentu yang memiliki agenda politik dan ekonomi, serta keinginan untuk menguasai SDA untuk kelompoknya sendiri. 

"Hal inilah yang seringkali menimbulkan kecemburuan sosial yang berujung pada benturan di tengah masyarakat, baik antara sesama penduduk asli Papua maupun antara penduduk asli Papua dengan masyarakat pendatang," tuturnya.

Dia menilai keadaan ini telah berlangsung lama dan terlihat sengaja dibiarkan tanpa ada upaya konkrit dan konsisten untuk menyelesaikan benturan-benturan di sana. 

Pembiaran tersebut, lanjutnya, berakibat dengan semakin sensitifnya psikologi masyarakat asli Papua, yang pada akhirnya mereka hilang kepercayaan atas berbagai upaya positif yang dilakukan baik oleh pemerintah ataupun kelompok masyarakat yang memiliki gagasan positif dalam membangun Papua.

Febri melanjutkan, sensitivitas masyarakat asli Papua masih terlihat dan terasa hingga saat ini, sehingga hal-hal kecil yang sengaja ‘dimainkan’ oleh oknum-oknum atau kelompok-kelompok yang tidak bertanggungjawab. 

"Maka mereka gampang terprovokasi dan melakukan tindakan yang tidak terkontrol. Insiden Wamena 23 September 2019 adalah fakta bahwa masyarakat asli Papua telah dipermainkan oleh oknum-oknum yang dengan sengaja mengadu domba masyarakat asli Papua dengan pendatang," kata dia.

"Kita sadar betul dan memahami masyarakat Papua adalah orang yang cinta damai, religius, menghargai perbedaan dan mempunyai kultur yang terbuka berdampingan dengan sesama anak bangsa," ujar Febri. 

Oleh sebab itu, peristiwa Wamena merupakan antitesis dari karakter dan budaya asli masyarakat Papua. Menyadari hal-hal di atas, PNPS GMKI menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Insiden Wamena harus dilihat dan disikapi secara objektif karena insiden tersebut terindikasi dan dilatarbelakangi rekayasa isu SARA dengan memanfaatkan psikologi masyarakat asli Papua sebagaimana dijelaskan di atas.

2. Untuk menyelesaikan insiden tersebut, harus melalui pendekatan kultural atau budaya dengan melibatkan, mengikutsertakan seluruh tokoh masyarakat, tokoh adat, dan agama yang ada di daerah tersebut.

3. Mendorong aparat penegak hukum, untuk menindak oknum-oknum yang diduga kuat menjadi aktor intelektual atas insiden Wamena ini.

4. Mengimbau agar aparat keamanan Polri dan TNI untuk dapat mengedepankan pendekatan persuasif, dan menghindari jatuhnya korban di masyarakat sipil.

5. Mendorong aparat penegak hukum untuk menelusuri indikasi insiden Wamena sebagai bagian dari skenario yang sengaja dimainkan oleh elit-elit tertentu untuk menggagalkan agenda konstitusional pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih pada tanggal 20 Oktober 2019 yang akan datang. []

Berita terkait
Dinkes Mendata Pasien Kerusuhan Anarki di Wamena-Papua
Dinkes Provinsi Papua belum bisa memastikan berapa banyak jumlah pasien yang terluka akibat aksi demonstrasi yang anarki di Wamena dan Jayapura.
Black Box Rimbun Air yang Jatuh di Papua Ditemukan
Kotak hitam pesawat Rimbun Air milik PT. Carpidem Aviansi Mandiri yang jatuh di Papua ditemukan.
Trauma Wamena, Perantau Minang di Papua Ingin Pulang
Lima ratus perantau Minang di Papua trauma dengan kerusuhan Wamena, ingin pulang ke kampung halaman.