Giring Opini Covid-19 Konspirasi Adalah Menyesatkan

Giring opini bahwa Covid-19 adalah konspirasi (komplotan, persekongkolan) sebagai ulah kalangan tertentu adalah perbuatan yang menyesatkan
Strategi murah meriah Vietnam cegah penyebaran virus corona yaitu memakai masker dan jaga jarak fisik. Antrian ini untuk mendapatkan jarah beras gratis di saat isolasi sosial dengan skala nasional di Vietnam. Antrian ini di Hanoi, 11 April 2020 (Foto: theaseanpost.com/AFP).

Kalangan aktivis AIDS juga kewalahan menghadapi penggiringan opini berita dan informasi HIV/AIDS yang dibalut dengan moral dan agama, seperti halnya berita dan informasi hoaks dan penggiringan opini bahwa virus corona baru (Coronavirus Disease 2019/Covid-19) adalah konspirasi dan ulah manusia. Celakanya, ada media yang jadikan penggiringan opini virus corona dengan balutan agama sebagai isu yang sensasional dan bombastis karena tidak mengindahkan etika jurnalistik.

Bahkan, ada informasi di media online dan media sosial yang mengaitkan-ngaitkan Covid-19 sebagai konspirasi berupa upaya untuk menjegal kemajuan salah satu agama.

Sampai sekarang ada sekelompok orang yang hidup dengan HIV/AIDS tapi mengaku tidak mau meminum obat antiretroviral (ARV). Padahal, jutaan warga dunia bisa hidup alamiah dengan meminum obat ARV sesuai dengan anjuran dokter. Kelompok lain yang lebih ekstrem mengaku tidak percaya bahwa ada virus (HIV) serta menolak kondisi AIDS (AIDS adalah kondisi seseorang yang tertular HIV yang secara statistik muncul antara 5-15 tahun setelah tertular jika tidak minum obat ARV).

1. Informasi Virus Corona Dikaitkan dengan Sentimen Ras dan Negara

Berbagai macam alasan yang mereka kemukakan, antara lain: HIV adalah virus buatan manusia, HIV adalah ulah pabrik obat, HIV adalah ulah Barat, HIV adalah ulah, maaf, Yahudi, dll. Sedangkan stigma (cap buruk) terhadap orang-orang yang tertular HIV terjadi karena dikait-kaitkan dengan kasus awal deteksi AIDS. Ada klaster Pneumocystis pneumonia yang membuat kerusakan sistem pertahanan tubuh yang didiagnosis pada lima laki-laki gay di Los Angeles, California, AS, tahun 1981. Sampai sekarang tidak ada sumber HIV yang disepakti secara luas karena banyak pendapat, bahkan berdasarkan kajian ilmiah.

HIV sebagai penyebab AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome yaitu sindrom cacat kekebalan tubuh) baru diakui oleh WHO tahun 1986 berdasarkan kajian atas penemuan ilmuwan Prancis, Luc Montagnier dan ilmuwan AS, Robert Gallo. Keduanya berhasil mengidentifikasi virus penyabab AIDS dengan nama yang berbeda. WHO kemudian menyebut kedua penemuan itu sebagai HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan menyetujui reagen untuk mendeteksi HIV di dalam darah.

ilus1 opini giring covidPoster tentang langkah cegah virus corona yang disebarluaskan oleh Pemerintah Vietnam (Foto: dw.com).

Dengan analogi yang sama Covid-19 pun sama halnya dengan HIV/AIDS. Kondisinya kian runyam karena virus corona pertama kali terdeteksi di Wuhan, China. Maka, opini publik pun digiring dengan membalut informasi bohong (hoaks) dengan negara, ras dan agama. Di banyak negara terjadi penolakan terhadap China dengan berbagai alasan, terutama dengan pijakan ras dan agama.

Untunglah Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO) cepat membuat nama virus tersebut karena pada mulanya ada yang mengaitkan nama virus itu dengan ras dan negara. Padahal, pedoman pembuatan nama bakteri, kuman, virus, dll. yang dianut WHO tidak boleh dikaitkan dengan ras, agama dan negara. WHO memperkenalkan Coronavirus Disease 2019 yang dijadikan terminologi Covid-19.

Informasi tentang virus corona yang dibalut dan dibumbui dengan moral dan agama bahkan dengan racikan ras dan negara merupakan upaya menggiring opini publik bahwa Covid-19 adalah virus buatan atau rekayasa manusia. Berbagai macam penolakan terhadap Covid-19 di dunia sebagian didasari dengan sentimen (pendapat atau pandangan yang didasarkan pada perasaan yang berlebih-lebihan terhadap sesuatu bahkan bertentangan dengan pertimbangan pikiran) ras, negara dan agama.

2. Upaya yang Realistis Mencegah Agar Tidak Terpapar Virus Corona

Terlepas dari penggiringan opini dan sentimen terhadap Covid-19 yang jadi masalah besar adalah virus itu sudah menginfeksi 20,8 juta umat manusia dari berbagai ras, suku, agama dan negara di dunia. Itu artinya virus sudah ada di depan pintu.

Aktivis AIDS, seperti (alm) Suzana Murni dan (mendiang) Babe (Chris W Green, WN Inggris yang memilih tinggal di Jakarta), selalu memberikan perbandingan menghadapi serbuan informasi dan berita yang menyesatkan tentang HIV/AID terutama yang dibalut dengan norma, moral dan agama.

Misalnya, Anda dan keluarga sedang duduk di ruang keluarga menonton televisi sambil makan camilan. Tiba-tiba di lantai menjalar seekor ular. Nah, apa yang Anda lakukan?

Kalau dikaitkan dengan jalan pikiran orang-orang yang tidak percaya terhadap Covid-19, maka yang Anda lakukan adalah tetap duduk dan berpikir: dari mana ular ini masuk? Siapa yang mengirim ular ini? Bagaimana ular ini bisa masuk? Dan seterusnya. Tentu saja rentang waktu yang Anda pakai untuk berpikir itu sudah memberikan waktu kepada ular untuk mematuk Anda atau anggota keluarga Anda.

Langkah orang-orang yang tidak percaya terhadap ancaman penularan virus corona antara lain ditunjukkan dengan menolak memakai masker, tidak mau menjaga jarak fisik, dan tidak mau mencuci tangan dengan sabun di air yang mengalir secara teratur. Selain itu tidak menghindari kerumunan warga dan tetap melakukan kegiatan yang bersiko terjadi penularan virus corona.

Jika dikaitkan dengan ular tadi maka langkah yang tepat adalah mencari pemukul dan menghindarkan anggota keluarga dari jangkauan gigitan ular. Maka, bagi yang berpikir jernih dan positif baik terhadap ancaman epidemi HIV/AIDS dan pandemi Covid-19 yang realistis dilakukan adalah menghindari perilaku risiko tertular HIV/AIDS dan mencegah agar tidak terpapar virus corona. []

Berita terkait
Ma'ruf Amin Mau Ulama Tak Sebut Konspirasi Covid-19
Wakil Presiden Maruf Amin mengingatkan para ulama untuk tidak menganggap remeh Covid-19, apalagi sampai menganggap sebagai konspirasi dan rekayasa
Iklan Teori Konspirasi Virus Corona Dilarang Google
Google melarang situs dan aplikasi yang menyiarkan iklan teori konspirasi virus corona Covid-19. Google menyebut sebagai kontek berbahaya.
Usai Bertemu Jokowi, Cak Lontong Bicara Konspirasi
Teori konspirasi di balik penyebaran virus asal Kota Wuhan ini salah satu topik perbincangan publik di tengah pandemi. Cak Lontong angkat bicara.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.