Jakarta - Politikus Partai Gerindra Iwan Sumule menganggap KPK 'bodoh' bila mendatangi Kantor DPP PDI Perjuangan (PDIP) tanpa mengantongi informasi Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto terlibat dalam kasus suap penetapan anggota DPR 2019-2020 yang melibatkan Komisioner KPU Wahyu Setiawan.
"Nah itu dia, bodoh juga kalau gitu KPK. KPK bodoh dong, kenapa dia pergi ke DPP PDI Perjuangan kalau memang tidak ada informasi awal yang mereka dapat bahwa ada keterkaitan Hasto dalam persoalan suap-menyuap ini, kan begitu," kata Iwan kepada Tagar, Selasa, 11 Februari 2020.
Tapi yang pasti sudah jelas bahwa yang namanya Saeful itu pernah menjadi stafnya, orang dekatnya (Hasto).
Penilaian itu, kata Iwan, berdasarkan pernyataan salah satu tersangka Saeful Bahri bahwa uang yang diterima dari Hasto untuk melancarkan suap. Namun, lanjut Iwan, seketika pernyataan itu diubah Seaful, dengan mengaku uang panas itu didapat dari tersangka lain yaitu calon legislatif PDIP Harun Masiku.
Baca juga: Haris Azhar: Harun Masiku Dihilangkan Pakai Strategi
"Kemudian diubah bahwa uang ini dari Masiku. Kita kan enggak tahu uang ini dari Harun Masiku atau enggak, sementara dia belum ketangkap, kita juga enggak tahu apa Harun ini kenal dengan Syaiful atau enggak," ujarnya.
Dalam kasus ini KPK telah menetapkan empat tersangka yaitu Wahyu Setiwan dan anggota Bawaslu Agustiani Tio Fridelina diduga sebagai penerima suap. Kemudian tersangka diduga pemberi suap Harun Masiku dan Saeful Bahri.
Semua tersangka kecuali Harun yang berstatus DPO, telah diamankan KPK dalam OTT yang digelar KPK pada Rabu, 8 Januari 2020.
Baca juga: Polri 2 Kali Batalkan Pemberhentian Rossa dari KPK
Iwan menganggap Hasto menjadi kunci dalam kasus tersebut. Menurutnya, Saiful sebagai seorang staf tidak mungkin langsung bertindak melakukan sesuatu tanpa suruhan dari atasannya.
"Artinya orang yang ditangkap OTT itu, kita kan enggak tahu dia punya hubungan enggak dengan Harun Masiku. Tapi yang pasti sudah jelas bahwa yang namanya Saeful itu pernah menjadi stafnya, orang dekatnya (Hasto). Lalu bagaimana mungkin, emang seorang staf itu punya inisiatif sendiri untuk pergi menyuap? Memang dia tahu urusan yang ada sama bosnya soal ganti-ganti PAW ini, kan tidak," ujarnya.
Ketua Bidang Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Partai Gerindra itu kemudian menganggap kedatangan anggota KPK ke markas PDIP setelah mendapat informasi dari Saeful.
"Saya curiga pengakuan Saiful pertama itulah yang membuat KPK ke DPP PDI Perjuangan. Bahwa pengakuan awal Saiful bahwa uangnya ini, yang menyuruh dia adalah Hasto. Walaupun kemarin dia ubah bahwa uangnya dari Masiku," ucap Iwan.
Atas runutan yang dikatakannya, Iwan menganggap KPK terlalu gegabah menetapkan Harun Masiku menjadi tersangka pertama kasus PAW anggota DPR ini. "KPK inilah yang coba mengaburkan. Sebenarnya KPK ini terlalu gegabah, terlalu cepat menetapkan Harun Masiku. Mungkin dia beranggapan kasus PAW ini berkaitan langsung dengan yang namanya Harun Masiku yang direkomendasikan oleh PDIP untuk menggantikan Rizky Aprilia," tutur dia. []