Geopark Kaldera Toba Meraih Pengakuan Unesco

Hidayati menjadi sosok penting bagi upaya perjuangan mendapatkan pengakuan Unesco untuk Geopark Kaldera Toba.
GM Geopark Kaldera Toba, Hidayati. (Foto: Tagar/Reza Pahlefy)

Medan - General Manager (GM) Geopark Kaldera Toba, Hidayati menjadi sosok penting bagi upaya perjuangan mendapatkan pengakuan Unesco untuk Geopark Kaldera Toba.

Pengakuan atau sertifikat itu sendiri sudah diraih pada Sabtu 31 Agustus 2019 lalu. Untuk mendapatkan kelulusan dari Unesco, menurut Hidayati, tidak mudah. Membutuhkan perjuangan keras.

Hidayati bertindak sebagai GM Geoprak Kaldera Toba sejak Februari 2018. Setelah mendapatkan SK dari gubernur, Hidayati mulai bekerja sesuai visi dan misi yang telah disusun untuk meraih pengakuan Unesco.

Dia bersama tim menyusun dokumen awal, menggali potensi yang ada di Kaldera Toba sebelum kemudian diajukan ke Unesco. Dalam upaya pengajuan, Unesco sempat meminta ada yang harus diperbaiki, sebelum kemudian self assessment tahap awal diterima.

Lulus di tahap awal, kemudian lanjut ke tahap ke dua dan dilakukan penilaian di lapangan atau tim asesor mendatangi lokasi yang telah menjadi objek pengajuan ke Unesco.

Ketika tim datang, banyak hal yang dipertanyakan dan dikoreksi dan tim Geopark Kaldera Toba menjawab sesuai dengan apa yang ditulis dalam dokumen.

Dalam peninjauan itu, ada hal yang dianggap kurang, tim mencoba melengkapi, semisal menggelar beberapa atraksi budaya dan lainnya. Itu kata Hidayati, berkat adanya kerja sama tim dengan pemerintah daerah di kawasan Danau Toba.

Hidayati ketika ditemui di ruang kerjanya, di Medan, Rabu 18 September 2019, menuturkan secara singkat bagaimana upaya pihaknya bisa mendapatkan pengakuan Unesco, melalui sebuah perjuangan cukup berat.

"Iya, itu semua kita lakukan, setiap perjuangan pasti akan ada hasil yang positif, di Maret sampai Agustus 2018 kita menerima tim assesment dari Unesco, ada dua orang. Segala yang menjadi penilaian dan kekurangan lalu kita penuhi. Misalnya, mereka meminta agar jalan menuju objek harus ada penunjuk arah, membangun sebuah gapura di setiap geosite, melakukan panel diskusi, memberikan pembekalan terhadap anak-anak dan menyiapkan berbagai informasi," beber perempuan yang juga Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana, Sumatera Utara.

Selain itu, tim asesor Unesco memberikan saran agar melakukan peningkatan partisipasi dari kelompok masyarakat yang ada di kawasan Geoprak Kaldera Toba. Ternyata, manajemen sudah memiliki 220 partner untuk mencapai visi dan misi itu.

"Kita sudah bermitra dengan HKBP di sana, perajin ulos, pedagang dan petani, ini poin yang dinilai tim asesor Unesco. Selain itu, kita juga melakukan beberapa kegiatan atraksi maupun menampilkan budaya daerah di beberapa geosite, melakukan lukis bersama masyarakat, gelar panggung boneka, membuat buku panduan, pameran, seni, seribu tenda dan Geobike Caldera Toba," kata Hidayati.

Kita sangat yakin akan ada sinergitas yang baik untuk membangun Danau Toba

Seusai assesment pertama, ada kelanjutannya, yaitu tahap ke dua. Tim asesor yang turun adalah warga Prancis dan Malaysia. Di situ banyak dinamika terjadi, penyatuan persepsi dan ada juga dukungan dari pihak lain.

"Dalam penilaian tim asesor, kita menerangkan bahwa kita telah melakukan penataan mana yang dianggap kurang, kemudian kita juga menjelaskan bahwa manajemen telah menciptakan geoproduk unggulan. Andaliman dijadikan kuliner dan lainnya, kita sudah kerja sama dengan pengrajin ulos," kata Hidayati.

Setelah melewati berbagai tahapan, manajemen Geopark Kaldera Toba akhirnya mendapatkan balasan dari Unesco, di situ juga ke luar sembilan rekomendasi, tepatnya pada Februari 2019.

Poin rekomendasi itu adalah visibilitas ditingkatkan, membuat masterplan yang lebih lengkap, membuat website, selalu melakukan edukasi terhadap pelajar sekolah dasar, membuat panel informasi, kelengkapan peta budaya, penambahan informasi keseluruhan daerah Geopark Kaldera Toba, memperbanyak jaringan atau mitra kepada kelompok masyarakat dan terakhir melakukan konservasi terhadap kebijakan.

"Jadi artinya konservasi kebijakan itu, sebelum melakukan kebijakan harus dikonservasi, misalnya apakah kita harus menebang pohon dan lainnya. Kemudian kita membangun infrastruktur, bangun transportasi dan menata kawasan sekitar. Setelah itu, barulah ke luar kelulusan dari Unesco," katanya.

Lewat perjuangan yang panjang, nantinya sertifikat akan dipublish di forum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada April 2020 yang akan datang, dan pada September tahun yang sama, sertifikat Geopark Kaldera Toba Unesco akan diberikan pada pertemuan Unesco di Korea Selatan (Seoul).

"Masih banyak yang harus dibenahi, pekerjaan rumah atau PR kita masih banyak, setelah dinyatakan lulus Unesco, beban dan tanggung jawab semakin besar, setiap tahun kita harus membuat laporan ke sana, jangan sampai nanti penilaian dari mereka menjadi kurang baik," kata Hidayati.

Sudah banyak provinsi yang mendapatkan sertifikat Unesco, di antaranya geopark di Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta dan Bali. Meski begitu, menurut Hidayati, mereka berusaha terus berkembang.

"Jika penilaian dari Unesco kurang baik, maka status itu tidak akan diakui, untuk itu semua harus berusaha terus berkembang, harapan kita semua kepala daerah maupun pemerintahan di Sumatera Utara dapat mendukung, terutama yang langsung bersentuhan dengan Geopark Kaldera Toba," katanya.

Ke depannya, tim Geopark Kaldera Toba akan sering meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat, apa itu geopark dan apa tujuannya.

"Jika seluruh masyarakat tahu, mudahan-mudahan mereka mau mendukung. Selama ini, anggaran untuk pembangunan Geopark Kaldera Toba ada dari APBD, stakeholder dan karya pengelola, kita sangat yakin akan ada sinergitas yang baik untuk membangun Danau Toba," tandasnya.[] 

Berita terkait
Komunitas Batak Ulosi GM Geopark Kaldera Toba
Telah membuahkan hasil dengan dinyatakan lulus sebagai Geopark Kaldera Toba Unesco di Lombok, pada 31 Agustus 2019.
Dipertanyakan Pengembangan 16 Geosite Kaldera Toba
BPGKT mempertanyakan soal pengembangan 16 geosite di Geopark Kaldera Toba (GKT).
Foto: 1000 Tenda Kaldera di Danau Toba
Festival 1000 Tenda Kaldera digagas oleh Rumah Karya Indonesia pinggiran Danau Toba.