Galau Kakek 90 Tahun Gagal Berhaji Gegara Pandemi

Kakek 90 tahun ini hanya bisa berdoa diberi kesehatan dan umur panjang agar bisa menunaikan ibadah haji tahun depan.
Ahmad Sofwan, kakek 90 tahun, salah satu calon haji di Kudus mengungkapkan perasaannya soal pembatalan pelaksanaan ibadah haji tahun ini gegara pandemi. (Foto: Tagar/Nila Niswatul Chusna)

Kudus - Mimpi menunaikan rukun Islam kelima buyar gegara pandemi Covid-19. Perasaan berkecamuk lantaran hasrat berhaji di Tanah Suci telah terpendam sejak lama. 

Tak terkecuali dengan para calon jemaah haji di Kudus, Jawa Tengah. Kecewa, pasrah, bergulat menjadi satu. Kesabaran mereka benar-benar diuji. Terlebih bagi calon haji yang sudah lanjut usia (lansia). Hanya doa sehat dan panjang umur yang terpanjat, agar tahun depan bisa di depan Ka'bah untuk bermunajat.    

Data Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Kudus menyebutkan ribuan jemaah calon haji gagal berangkat tahun ini gegara pandemi. Sebagian dari mereka merupakan jemaah yang masuk kategori lanjut usia (lansia).

Bermodalkan informasi Kemenag Kudus, Tagar mendatangi rumah salah satu calon haji Kudus yang masuk kategori lansia. Semata untuk mendapat gambaran langsung perasaan mereka atas kebijakan pembatalan pelaksanaan haji tahun ini.

Namanya Ahmad Sofwan. Kakek 90 tahun ini tinggal di RT 4 RW 3 Desa Demangan, Kecamatan Kota. Rumahnya terletak di selatan bangunan bersejarah rumah kembar Niti Soemito, salah satu benda peninggalan raja kretek Kudus. Di rumah bercat kuning tersebut, ia tinggal dengan anak laki-lakinya yang tunawicara.

Siang itu, Ahmad terlihat tengah duduk santai sendiri di atas kursi kayu di teras rumahnya. Baju berkerah warna abu muda melekat di tubuh berpadu padan dengan sarung warna coklat tua. Matanya sesekali mengamati para pengendara yang melintas di jalan depan rumah.

Di dalam rumah, anak laki-laki Ahmad nampak sibuk menyapu dan menjalankan pekerjaan rumah. Saat melihat kehadiran kami, dia menyapa dengan sebuah senyuman dan anggukan kepala.

Kedatangan Tagar bersama sejumlah awak media lain di Kudus, disambut hangat oleh Ahmad. Kami pun dipersilahkan masuk ke dalam ruang tamu, agar bisa ngobrol dengan lebih nyaman. Akan tetapi, kami akhirnya sepakat untuk memilih teras sebagai lokasi berbincang-bincang santai.

Pertama pas mengetahui informasi itu, jujur saya merasa kecewa dan sedih.

gagal haji 2Awalnya kecewa namun akhirnya Ahmad Sofwan, 90 tahun, calon haji asal Kudus, hanya bisa pasrah keberangkatan ibadah hajinya tertunda tahun depan gegara pandemi Covid-19. (Foto: Tagar/Nila Niswatul Chusna)

Meski usianya sudah tua, Ahmad masih nampak sehat dan bugar. Dia masih bisa berjalan dengan normal tanpa menggunakan tongkat, walau langkahnya memang begitu pelan.

Tubuhnya masih cukup padat, meski kulit keriputnya jelas menunjukkan usia Ahmad yang uzur. Untuk ukuran orang seumurannya, kondisi fisik kakek itu tergolong luar biasa. Apalagi panca indranya juga masih cukup bagus, dibuktikan dengan komunikasi yang kami lakukan berjalan dengan baik.

Perkenalan diri dan pengutaraan tujuan kami datang ke rumahnya disambut dengan senyuman hangat. Kepada kami, dia tak sungkan meluapkan perasaannya menyikapi kebijakan pemerintah membatalan pelaksanaan haji tahun ini. Bertahun lamanya menanti namun mimpi yang sudah di depan mata menjadi tertunda. 

Ayah delapan anak itu pun mulai bercerita awal mula mendapat kabar pembatalan haji tahun 2020. Pertama kali mengetahui informasi penundaan pelaksanaan haji dari berita di televisi. Kemudian, kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) An Nur, tempat dia mendaftarkan haji, menguatkan. Bahwa penundaan imbas pandemi Covid-19.

“Pertama pas mengetahui informasi itu, jujur saya merasa kecewa dan sedih. Karena seluruh persyaratan sudah lengkap, biaya haji juga sudah lunas dan usia saya sudah tua. Namun setelah mendapat penjelasan dari KBIH terkait alasan penundaan, saya hanya bisa pasrah,” katanya, Rabu, 3 Juni 2020.

Usia yang sudah masuk kepala sembilan membuat Ahmad hanya bisa berdoa, agar senantiasa diberi kesehatan, umur panjang dan bisa menjalankan ibadah haji tahun depan. Panjatan doa yang tentu sama dilambungkan oleh para jemaah calon haji lansia lainnya.

Di usia senjanya, Ahmad mengungkapkan menginjakkan kaki di Tanah Suci dan beribadah di depan Ka'bah menjadi impian terbesar dalam hidupnya. Seumur hidup belum pernah ke Arab Saudi, baik untuk berhaji ataupun umrah.  

Sehingga jika tidak ada penundaan, maka kepergiannya berhaji pada tahun ini merupakan pengalaman pertama kalinya. Tak heran jika di awal, sebelum ada kabar penundaan, Ahmad cukup excited  menyambut panggilan Allah, labbaika Allahumma labbaik.

“Tapi mau bagaimana, ini sedang ada corona,” sahutnya dengan nada pasrah.

Untuk mewujudkan hal itu, bahkan dia rela melepas harta yang dimiliki untuk dibeli anaknya. “Rumah dan tanah ini dibeli anak saya. Uangnya saya gunakan untuk mendaftar haji pada tahun 2015 lalu. Sisanya saya gunakan untuk kebutuhan hidup,” terangnya sembari menunjuk ke tanah tempat kami berpijak). 

Umrah yang Tidak Jelas 

Lebih jauh seputar kehidupan sehari-harinya, Ahmad mengaku sudah lama tidak bekerja dan menggantungkan hidup pada anak-anaknya. Dulu, dia merupakan seorang pedagang kain di Pasar Kliwon Kudus. Sekitar tahun 1970, ia memilih berhenti berjualan dan mewariskan bisnis ke anaknya.

Istrinya sudah lama meninggal dan hanya tinggal bersama anak laki-laki yang menyambut dengan senyuman kedatangan kami di awal tadi. Tujuh anaknya yang lain sudah punya kehidupan sendiri dan tinggal di tempat terpisah. 

Matanya kemudian sedikit menerangan. Ia teringat sebuah peristiwa hampir mirip yang juga menguji kesabarannya. Pada bulan Maret lalu mendapat tawaran berangkat umrah dari salah satu KBIH. Bersama dengan 70 jemaah lainnya, ia dijanjikan berangkat tahun ini.

Meski sudah melengkapi persyaratan administrasi. Tapi hingga kini dirinya belum mendapat informasi lebih lanjut akan pelaksanaan ibadah umrah tersebut. “Saya tidak disuruh membayar. Hanya diminta mengurus persyaratan. Tapi kelanjutannya bagaimana, saya tidak tahu,” ujar dia.

Melihat pandemi yang terjadi saat ini, Kakek 18 cucu itu hanya bisa berdoa dan berharap agar pandeminya segera reda. Sehingga dirinya bersama ribuan jemaah calon haji Kudus lainnya bisa ke Tanah Suci pada tahun depan sebagaimana yang dijanjikan pemerintah.

Tidak ada perubahan daftar calon haji, hanya waktu pemberangkatannya yang diundur.

Manasih hajiKegiatan manasik haji dua tahun lalu di Kudus. Tahun ini, sebanyak 1.033 jemaah calon haji di Kudus batal berangkat ke Tanah Suci, ditunda tahun depan gegara pandemi. (Foto: Tagar/Nila Niswatul Chusna)

Di tempat terpisah, Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umroh Kemenag Kabupaten Kudus Su’udi menyebut kegalauan dan kekecewaan para jemaah calon haji bisa dimaklumi. Semuanya merasakan hal sama, namun hal itu adalah keputusan terbaik bagi para jemaah.  

Su'udi mengungkapkan ada 1.033 jemaah calon haji yang sebenarnya dijadwakan berangkat tahun ini. Dengan rincian, 947 jemaah melakukan pelunasan di tahap I, 66 jemaah melakukan pelunasan di tahap II, sepuluh petugas daerah, satu pembimbing KBIH dan dua jemaah haji cadangan.

“Lalu ada mutasi masuk dari luar provinsi dua orang, mutasi masuk dari dalam provinsi sembilan jemaah dan mutasi keluar ada empat. Total ada 1.033 jemaah calon haji,” ujar dia. 

Soal pembatalan pelaksanaan haji tahun ini, Su’udi menjelaskan keputusan tersebut dilakukan dengan dasar pengkajian dan pertimbangan yang mendalam oleh Kementerian Agama pusat. 

Salah satu pertimbangan yang ia ketahui, hingga tanggal 1 Juni 2020 pihak Pemerintah Arab Saudi belum memberikan kejelasan apakah tahun ini ada pelaksanaan haji atau tidak.

Di sisi lain, pelaksanaan haji di tengah pandemi juga dinilai cukup rumit sebab harus mempertimbangkan protokoler kesehatan. Seperti melakukan physical dan social distancing.

Dari yang Su’udi diketahui, sampai saat ini Kementerian Agama Kabupaten Kudus belum memberikan pengumuman secara resmi ke KBIH soal penundaan berhaji. Belum diterimanya surat edaran pembatalan haji dari Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag Jawa Tengah membuat pihaknya hanya bisa menunggu.

“Kami masih menunggu surat dari kanwil. Jika hingga pekan depan belum juga turun, maka kami akan mengumumkannya karena dasarnya sudah jelas,” kata dia.

Kepada jemaah calon haji Kudus yang tahun ini gagal berangkat, Su’udi berharap mereka dapat memahami dan menerima keputusan ini dengan legawa. Mereka juga diminta tidak risau, mengingat Kementerian Agama tidak akan melakukan perubahan daftar calon haji.

“Tidak ada perubahan daftar calon haji, hanya waktu pemberangkatannya yang diundur. Mereka yang terdaftar berangkat tahun ini, akan diberangkatkan tahun 2021,” ucap dia. []

Baca cerita lainnya: 

Berita terkait
Setelah 3.186 Calon Jemaah Haji DIY Batal Berangkat
Tiga ribuan calon jemaaah haji asal DIY batal berangkat karena wabah Korona. Mereka dapat prioritas berangkat tahun berikutnya.
10 Tahun Menunggu, Warga Abdya Aceh Gagal Naik Haji
Setelah 10 tahun menunggu, sebagian calon jemaah haji Kabupaten Aceh Barat Daya, Aceh gagal berangkat haji.
Ibadah Haji 2020 Ditiadakan, 598 CJH Gowa Terdampak
Sebanyak 598 Calon Jemaah Haji (CJH) Kabupaten Gowa batal berangkat akibat dari kebijakan Kementerian Agama yang meniadakan ibadah haji 2020.