Filipina Tarik Diri dari Inisiatif Sabuk dan Jalan Milik China

Filipina menjadi negara terakhir yang mundur dari Inisiatif Sabuk dan Jalan China (BRI)
Kapal penjaga pantai China menghadang kapal otoritas kelautan Filipina sebelum mencapai Gosong Thomas Kedua di Laut China Selatan, 22/8-2023. (Foto: dw.com/id - Aaron Favila/AP Photo/picture alliance)

TAGAR.id - Manila menarik diri dari program pendanaan infrastruktur China, Belt and Road Initiative (BRI), di tengah eskalasi di Laut China Selatan. Filipina berdalih, keputusan itu diambil karena Beijing menghentikan kucuran pinjaman. Tommy Walker melaporkannya untuk DW.

Filipina menjadi negara terakhir yang mundur dari Inisiatif Sabuk dan Jalan China (BRI). Keputusan tersebut diumumkan Menteri Transportasi Filipina, Jaime Bautista, Kamis (9/11-2023), dengan dalih bahwa Beijing tidak menanggapi permintaan utang untuk proyek kereta api yang sudah disepakati bersama. Hal ini memaksa pemerintah di Manila mencari sumber pinjaman lain.

China sebelumnya menjanjikan utang senilai hampir 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 78 triliun untuk membangun tiga jalur kereta api di Luzon dan Mindanao. Proyek infrastruktur raksasa semacam ini giat ditawarkan Beijing ke negara berkembang. Dengan syarat pinjaman yang tergolong ringan, BRI acap menjadi instrumen diplomasi China di luar negeri .

Hubungan kedua negara selama ini dibebani perseteruan teritorial di Kepulauan Spratly di Laut China Selatan. Relasi dengan China mulai meningkat di era Presiden Rodrigo Duterte, seiring timbulnya perseteruan dengan Amerika Serikat seputar dugaan pelanggaran HAM oleh pemerintahannya. Alhasil, Beijing menjanjikan hujan pinjaman kepada Manila.

Kemesraan itu berakhir singkat. Konflik kembali bereskalasi, ketika Presiden Ferdinand Marcos Jr. mengizinkan militer AS membangun pangkalan tambahan di utara Filipina. Dalam sebuah insiden teranyar, sebuah kapal penjaga pantai China menabrak kapal penangkap ikan Filipina di sekitar Gosong Thomas Kedua.

Pemerintah Filipina sendiri tidak menyebutkan ketegangan teritorial sebagai alasan di balik keputusan cabut dari BRI.

Don McLain Gill, analis geopolitik dan dosen hubungan internasional di De La Salle University di Manila, mengatakan kepada DW bahwa China juga menunda pendanaan untuk enam proyek lainnya, termasuk proyek televisi sirkuit tertutup, infrastruktur air bersih dan Bendungan Kaliwa.

"Keputusan Filipina untuk menarik diri dari proyek-proyek ini dapat diasumsikan didorong oleh kekhawatiran pada sisi keberlanjutannya dan komitmen Beijing untuk bertindak seperti tetangga yang bertanggung jawab,” kata dia.

Peta konflik teritorial di Laut China SelatanPeta konflik teritorial di Laut China Selatan (Sumber: dw.com/id)

Alternatif Jepang dan India

Kepada media lokal, senator Filipina Sherwin Gatchalian mengatakan, ketegangan di Gosong Thomas Kedua bisa dipahami sebagai alasan penundaan kucuran pinjaman untuk proyek BRI. Tapi menurut analis politik, Mclain Gill, terhentinya proyek China dapat mendorong Manila untuk lebih bermitra dengan negara-negara lain.

"Perkembangan seperti ini terbukti bermanfaat bagi agenda pembangunan jangka panjang Filipina, mengingat kesediaan Manila untuk memperluas dan mendiversifikasi mitra ekonomi dan pembangunannya. Filipina kini melihat Jepang dan India sebagai sumber pendanaan yang layak untuk proyek kereta api,” kata Gill menambahkan.

Meskipun menarik diri dari BRI, Filipina masih membina hubungan ekonomi yang erat dengan China. Beijing saat ini merupakan salah satu mitra dagang terbesar Manila dan merupakan negara tujuan ekspor terbesar kedua, di bawah Amerika Serikat, menurut Bank Dunia.

"Saat ini, volume investasi asing langsung China di Filipina tidak terlalu besar. Jadi menurut saya, penghentian investasi BRI tidak akan berdampak besar pada iklim investasi di Filipina,” kata Jan Carlo Punongbayan, ekonom Filipina dan asisten profesor di Fakultas Ekonomi Universitas Filipina.

"Dalam hal perdagangan, China merupakan salah satu mitra terbesar Filipina. Namun dalam hal investasi, Filipina bukanlah tujuan besar investasi Beijing,” tambahnya.

Namun Punongbayan mengatakan, ketegangan dapat membahayakan kedua negara dalam berkolaborasi untuk proyek pembangunan di masa depan.

"China akan terus menjadi mitra dagang yang besar bagi sektor swasta. Namun kemitraan antar pemerintah mungkin akan semakin terbatas di masa depan. Mungkin akan lebih sulit untuk mendapatkan bantuan pembangunan resmi dari Beijing."

Gill melihat kesungguhan Manila saat ini untuk tidak terlalu bergantung pada China. Para pejabat Filipina meyakini, kelanjutan proyek bisa didanai dengan pinjaman dari Bank Dunia atau Bank Pembangunan Asia.

"Keinginan Manila untuk mengurangi kebergantungannya pada kemitraan ekonomi China juga dapat dipahami sebagai elemen dari kepentingan keamanannya yang lebih luas di Laut Filipina Barat, ketika China terus merongrong kedaulatan Filipina,” pungkas Gill. (rzn/as)/dw.com/id. []

Berita terkait
Presiden Marcos Jr. Sebut Filipina Tidak Cari Masalah tapi Akan Bela Perairannya dari Agresi China
Ini pertama kalinya Presiden Marcos Jr. berbicara terbuka mengenai penghalang sepanjang 300 meter di arah mulut Scarborough Shoal oleh China