TAGAR.id - Sebuah karavan (rombogan orang) yang terdiri atas ratusan migran berangkat dari Kota Tapachula di Meksiko selatan pada Minggu (5/11-2023), menuju perbatasan selatan Amerika Serikat (AS).
Rombongan yang lebih kecil ini berencana untuk bergabung dengan karavan yang lebih besar yang berangkat enam hari sebelumnya dan saat ini tengah berhenti di area yang berada sekitar 40 kilometer arah utara dari Kota Huixtla.
Pihak penyelenggara mengatakan jumlah rombongan pertama mencapai 7.000 orang, sedangkan pemerintah di negara bagian Chiapas di bagian selatan memperkirakan jumlah peserta mencapai 3.500 orang.
Banyak migran melarikan diri dari kemiskinan dan ketidakstabilan politik di tanah air mereka. Mereka di antaranya berasal dari Kuba, El Salvador, Guatemala, Haiti, dan khususnya Honduras dan Venezuela, menurut seorang saksi mata kepada wartawan Kantor Berita Reuters.
“Saya rasa menunggu tiga, empat bulan terlalu lama untuk mendapatkan visa kemanusiaan, untuk bisa melakukan perjalanan melalui wilayah Meksiko,” kata seorang migran, Selma Alvarez yang berasal dari Venezuela. “Karena kami berada di bawah ancaman pedagang manusia, penjahat, ada baiknya kita saling menemani di karavan, menurut saya itu lebih aman."
Alvarez menambahkan bahwa kelompok tersebut tidak sabar untuk segera mencapai perbatasan Amerika Serikat dan memulai proses memasuki AS dengan membuat janji temu melalui aplikasi pemerintah AS, CBP One, dan meminta suaka.
Presiden AS Joe Biden, yang akan mencalonkan diri kembali pada tahun depan, berada di bawah tekanan untuk mengurangi jumlah orang yang menyeberang secara ilegal dari Meksiko ke AS.
Tahun ini, jumlah orang yang melintasi wilayah Celah Darien atau Darien Gap yang menghubungkan Panama dan Kolombia mencapai rekor tertinggi. (lt/rs)/Reuters/voaindonesia.com. []