Untuk Indonesia

Faisal Basri: Dampak Corona Bagi Ekonomi Indonesia

Indonesia memiliki hubungan dagang paling erat dengan China. Tujuan ekspor terbesar Indonesia adalah China. Ulasan Faisal Basri.
Karyawan melintas di dekat layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin, 2 Maret 2020. Kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 bergerak turun 20,21 poin atau 2,3 persen menjadi 859,33, melemah setelah pengumuman dua orang Warga Negara Indonesia (WNI) positif terkena virus Covid-19 (Corona Virus Desease). (Foto: Antara/Galih Pradipta)

Oleh: Faisal Basri*

Akhir Januari lalu, WHO (World Health Organization) menyatakan wabah coronavirus sebagai darurat kesehatan dunia. Risiko virus yang berasal dari China ini telah menjalar ke lebih 26 negara di empat benua. Dari hari ke hari korban berjatuhan bertambah.

Wabah yang bermula dari Wuhan, ibu kota Provinsi Hubei, sejak awal Desember 2019 telah merenggut 305 jiwa (satu di antaranya di luar China, yaitu di Filipina) dan menjangkiti 14.300 orang di seluruh dunia. Itu data 2 Februari 2020.

Empat hari sebelumnya jumlah kematian baru 170 jiwa. Lima negara ASEAN telah terjangkiti, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, Kamboja, dan Vietnam. Negara tetangga dekat kita pula, Australia, pun turut terkena.

Virus corona diperkirakan bakal memukul ekonomi dunia lebih keras ketimbang dampak epidemik SARS (severe acute respiratory syndrome) yang terjadi pada 2003, menelan korban 800 jiwa.

Pada 2003 perekonomian China masih di urutan keenam dunia dengan produk domestik bruto (PDB) senilai 1,7 triliun dollar AS. PDB Amerika Serikat yang merupakan perekonomian terbesar di dunia, tujuh kali lipat dari PDB China. Kini perekonomian China telah melonjak delapan kali lipat menjadi 13,6 triliun dollar AS, menempatkannya sebagai perekonomian terbesar kedua di dunia dan kian mendekati PDB AS. PDB AS tinggal 1,5 kali lipat dari China.

Indonesia pun ternyata memiliki hubungan dagang paling erat dengan China.

Pada 2019, PDB China (sekitar 14,55 triliun dollar AS) hampir sama dengan PDB semua negara Uni Eropa. China pun telah menjelma sebagai pusat gravitasi perdagangan dunia. Tak ada satu negara yang menandingi nilai perdagangan China. Nilai ekspor dan impor China tahun 2018 mencapai 4,6 triliun dollar AS, melampaui nilai perdagangan AS sebesar 4,3 triliun dollar AS.

Lima negara terbesar di dunia memiliki hubungan dagang paling erat berdagang dengan China. Amerika Serikat, Jepang, dan India mengimpor barang dari China lebih besar ketimbang dari negara mana pun di dunia. Uni Eropa dan Brazil mengekspor barang paling banyak ke China daripada ke negara-negara lain.

Indonesia pun ternyata memiliki hubungan dagang paling erat dengan China. Tujuan ekspor terbesar Indonesia adalah China. Asal impor terbesar Indonesia juga dari China. Banyak lagi yang disandang China sebagai pemegang rekor dunia, di antaranya penduduk terbesar, eksportir terbesar, produsen dan eksportir manufaktur terbesar, pasar terbesar untuk berbagai kategori barang konsumsi dan barang mewah, serta pengimpor minyak mentah terbesar.

Dampak nyatanya sudah langsung terlihat. Dalam tiga minggu terakhir harga minyak merosot tajam. Bagi Indonesia itu berita baik, karena kita sudah menjadi negara pengimpor netto lebih banyak mengimpor daripada mengekspor, tetapi berdampak negatif terhadap penerimaan negara. Karena ada bagi hasil migas di APBN, penurunan harga terjadi pula terhadap sejumlah komoditas ekspor Indonesia sehingga bakal menekan transaksi perdagangan luar negeri dan akun lancar (current account).

Berdasarkan data terbaru dari World Tourism Organization (UNWTO), sekitar 150 juta perjalanan ke luar negeri dari China, mereka membelanjakan tak kurang dari 277 miliar dollar AS, juga terbesar di dunia. Pelancong dari AS yang di urutan kedua, pengeluarannya jauh di bawah China, hanya 144 miliar dollar AS.

Bagi Indonesia, pelancong dari China merupakan yang terbanyak kedua setelah Malaysia. Pada 2018, pelancong dari China mencapai 2,1 juta orang atau 13,5 persen dari keseluruhan turis mancanegara yang datang ke Indonesia.

Tekanan terhadap perekonomian dunia bertambah berat karena pertumbuhan ekonomi China terus mengalami kecenderungan menurun sejak 2008.

Tahun ini diperkirakan pertumbuhan ekonomi China memasuki zona lebih rendah baru: lima persenan saja. Tahun lalu pemerintah China masih mampu meredam perlambatan ekonomi lewat pelonggaran kebijakan moneter.

Kali ini yang dihadapi jauh lebih berat, tidak sekadar faktor ekonomi teknis, melainkan juga faktor psikologis. Hampir bisa dipastikan target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen tahun ini sebagaimana tercantum dalam APBN 2020 dan RPJM 2020-2024 tidak akan tercapai.

Bisa tumbuh 5 persen saja seperti tahun 2019 sudah amat bagus.

*Ekonom dari Universitas Indonesia

Tulisan ini sebelumnya telah di-publish dalam bentuk video di Cokro TV dengan judul Faisal Basri: Virus Corona Bikin Ekonomi Indonesia Meriang

Baca juga:

Berita terkait
573 Kasus Virus Corona Terbaru di China
Pemerintah China daratan masih mencatat 573 kasus terbaru virus corona pada Sabtu (29/2/2020), terjadi kenaikan dari 427 dibanding hari sebelumnya.
Gempar, Pasien Virus Corona Melarikan Diri di China
Militer, kepolisian dan petugas medis dalam skala besar dikerahkan untuk menjaga kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Virus Corona Terdeteksi di 27 Negara di Luar China
Sampai tanggal 22 Februari 2020 sudah 28 negara yang melaporkan kasus infeksi COVID-19 atau virus corona, yang terbaru Lebanon dan Israel
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.