Gempar, Pasien Virus Corona Melarikan Diri di China

Militer, kepolisian dan petugas medis dalam skala besar dikerahkan untuk menjaga kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Pesawat milik Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) yang mengangkut prajurit militer dan peralatan medis tiba di kota Wuhan, Provinsi Hubei, Minggu, 2 Februari 2020. (Foto: Antara/HO-Xinhua/mii/Xinhua)

Jakarta - Militer, kepolisian dan petugas medis dalam skala besar dikerahkan untuk menjaga kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Kota Wuhan telah diblokade sejak 23 Januari 2020, dan sejak saat itu daerah tersebut ditingkatkan pengamanannya.

Bukan hanya pintu keluar-masuk tol, bandar udara, dan stasiun kereta api, jalan tikus pun sulit ditembus karena ketatnya pengamanan agar wabah penyakit radang paru-paru berat yang diakibatkan oleh virus corona jenis baru atau COVID-19 yang berepisentrum di Wuhan itu tidak makin meluas penyebarannya.

Tak peduli siapa pun itu, orang asing yang pada tanggal tersebut berada di kota berpenduduk sekitar 11 juta jiwa itu juga mendapatkan perlakuan yang sama.

Setelah berbagai pendekatan dan kesepakatan dengan pemerintah China, beberapa warga negara asing, termasuk 238 warga negara Indonesia bisa meninggalkan Wuhan.

Namun pekan ini masyarakat China dihebohkan oleh seorang pasien virus corona (COVID-19) yang berhasil melarikan diri dari kota Wuhan secara mudah.

Perempuan bermarga Huang itu bisa mengemudikan mobil bersama keluarganya dalam waktu tempuh sekitar 24 jam untuk melakukan perjalanan kota Wuhan-Beijing.

Kenapa dia bisa lolos dari Wuhan dan dengan leluasanya bisa melakukan perjalanan dengan keluarganya ke Beijing? Bukankah pengamanan di Wuhan sangat ketat?

Demikian pula pengamanan di Beijing. Apalagi sehari setelah Wuhan ditutup, setiap rumah di beberapa daerah lain di China digedor oleh petugas kepolisian untuk menanyai satu-persatu penghuninya apakah ada yang berasal dari Wuhan atau punya riwayat perjalanan ke kota terkaya ketujuh di China itu dalam waktu 14 hari terakhir. Demikian dikutip dari Antara, Kamis 27 Februari 2020.

Pertanyaan-pertanyaan dan berbagai jenis kemuskilan lainnya yang muncul dari kalangan warganet China atas peristiwa yang tidak lazim itu tidak bisa dihindari.

Apalagi China sangat ketat dan kaku dalam menerapkan aturan sehingga jarang sekali petugas memberikan toleransi apa pun.

Tidak mengherankan kalau wabah tersebut juga telah berbuntut pemecatan besar-besaran pejabat eksekutif dan pejabat teras Partai Komunis China (CPC) dari semua tingkatan di Wuhan dan Provinsi Hubei.

Mantan Narapidana

Sejumlah media China mendapati Huang telah berada di permukiman penduduk di Distrik Dongcheng, Beijing, pada Senin (24/2/2020).

Dia tiba dari Wuhan sejak Sabtu (22/2/2020), kemudian memeriksakan diri karena sempat mengalami demam dan sakit tenggorokan sejak 18 Februari 2020, demikian pernyataan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Menular Beijing (BCDPC).

Otoritas pemerintahan di Hubei langsung menggelar investigasi atas kasus tersebut pada Rabu (26/2/2020) atas dasar pemberantasan wabah COVID-19 adalah dengan menutup semua akses keluar-masuk kota Wuhan.

Seorang narasumber yang dikutip laman berita Yicai mengungkapkan perempuan tersebut merupakan tahanan yang baru saja dibebaskan dari Wuhan. Huang didiagnosis terpapar COVID-19 saat masih berada di Wuhan.

Setelah bebas, dia dijemput keluarganya untuk dibawa pulang ke Beijing dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Persoalan wabah di Wuhan dan Hubei itu masih sangat kompleks dan jika penyebaran virus tidak dikekang, maka berbagai upaya yang dilakukan sebelumnya akan sia-sia sehingga virus pun kembali berjangkit, demikian pendapat pakar kesehatan yang dikutip Global Times.

Seorang staf Dinas Lalu Lintas Jalan Raya Kota Wuhan mengatakan warga Wuhan harus mengajukan permohonan terlebih dahulu kepada otoritas setempat. Kalau permohonannya disetujui, maka yang bersangkutan bisa meninggalkan kota itu.

Namun staf tersebut buru-buru menambahkan hanya pemohon dengan kondisi tertentu dan bertujuan khusus yang diizinkan meninggalkan Wuhan.

Agar semua tindakan isolasi benar-benar diterapkan di Wuhan dan Hubei, Ketua Partai CPC Provinsi Hubei yang baru Ying Yong pada Selasa (25/2/2020) menekankan pentingnya memperketat lagi arus keluar-masuk Wuhan dan Hubei.

Beberapa kota di provinsi itu juga melakukan pembatasan yang sangat ketat terhadap setiap kendaraan yang hendak keluar wilayah.

Sempat berembus isu bahwa hampir 2.000 orang dalam jangka waktu tiga jam telah meninggalkan Wuhan menuju Changsha, Ibu Kota Provinsi Hunan yang bertetangga dengan Provinsi Hubei.

Namun isu tersebut dibantah oleh pihak otoritas Changsha pada Selasa malam (25/2/2020).

Jingzhou, salah satu kota lainnya di Provinsi Hubei yang juga diisolasi, Rabu (26/2/2020) sore, mengeluarkan pengumuman penangguhan surat izin kepada semua warga dan kendaraan yang hendak ke luar wilayah.

Surat izin yang sudah telanjur dikeluarkan terpaksa dibatalkan dan warga Kota Jingzhou yang telanjur keluar wilayah dipaksa pulang.

Sebelumnya warga Kota Jingzhou diperbolehkan mengemudikan kendaraan pribadi ke luar wilayah setelah mengantongi surat izin dan kartu keterangan sehat dari pemerintah setempat dan pemerintah daerah tujuan yang didapatkan secara daring.

Seorang staf Pemkot Jingzhou pada Rabu (26/2/2020) mengaku pihaknya telah memberikan persetujuan kepada 2.000 pemohon setiap hari. Namun mulai Kamis (27/2/2020) ini tidak seorang pun diizinkan meninggalkan kota itu.

Pemerintah Kota Shiyan di Provinsi Hubei juga telah memperketat semua akses keluar wilayah. Jalan penghubung antarkota diperketat, kecuali bagi kendaraan petugas pengendalian dan pencegahan penyakit menular, kendaraan pengangkut kebutuhan sehari-hari, dan kendaraan petugas kegawatdaruratan.

Semua itu dilakukan demi terjaminnya upaya-upaya pengendalian dan pencegahan wabah penyakit yang hingga saat ini telah merenggut 2.718 nyawa manusia itu.

"Besarnya jumlah warga yang mendapatkan persetujuan meninggalkan Hubei sangat mencengangkan. Para pejabat dan pegawai pemerintah di daerah itu merupakan orang-orang yang sangat berkepentingan dalam memberantas penyebaran virus. Seharusnya mereka sangat ketat menjaga wilayahnya dan isolasi ini tidak sekadar formalitas," kritik Prof Wang Hongwei dari Renmin University.

Sampai saat ini terdapat 10 warga negara asing di Wuhan yang terpapar COVID-19, dua di antaranya, masing-masing berasal dari Amerika Serikat (AS), dan Jepang, meninggal dunia.

Sementara itu, tujuh WNI yang masih bertahan di Hubei sampai saat ini dilaporkan dalam keadaan sehat dan terbebas dari paparan COVID-19.

"Mencegah orang-orang meninggalkan Wuhan dan Hubei merupakan sebuah prestasi besar bagi bangsa ini. Hal ini juga berkaitan dengan kepercayaan dan optimisme seluruh masyarakat atas penanggulangan epidemi pada masa-masa yang akan datang," tulis seorang pengamat di China. []

Berita terkait
Dua Kasus Virus Corona Pertama di Pakistan
Pakistan membenarkan dua kasus pertama virus corona kepada pasien yang baru saja pulang dari Iran.
Daftar Negara Eropa Positif Kena Virus Corona
Beberapa negara di Eropa mulai mengonfirmasi positif terkena virus corona atau yang dikenal dengan Covid-19.
Kasus Virus Corona Pertama di Afghanistan
Menteri Kesehatan Afghanistan Ferozuddin Feroz mengatakan saat konferensi pers di Kabul bahwa satu dari tiga dugaan kasus virus corona.
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara