Empat Anak Lumpuh di Dairi, Ibu: Ini Karunia Tuhan

Kisah pilu menguak dari Kabupaten Dairi. Satu keluarga miskin di desa itu, memiliki empat orang anak menderita lumpuh.
Sehat dan Maju ditemani ito mereka, Narta (Foto: Tagar/Robert Panggabean)

Dairi - Kisah pilu menguak dari Huta Buntul, Desa Lae Hole, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, Sumatera Utara. Satu keluarga miskin di desa itu, memiliki empat orang anak penyandang disabilitas. Keempatnya lumpuh.

Keluarga itu, pasangan Ual Sagala, 50 tahun dan Nurlina boru Sitorus, 45 tahun. Empat anak laki-laki dari lima orang buah kasih mereka lumpuh sejak kecil.

Hanya satu orang yang sehat, anak perempuan mereka, Riama Ayerki Sagala, pelajar SD kelas tiga. Ke empat anak itu, Sehat Mora Andreas Sagala, 21 tahun, Maju Jusuf Sagala, 19 tahun, Yogi Samuel Sagala, 17 tahun, dan Narta Wijaya Sagala, 7 tahun.

Disambangi di rumah mereka, Minggu 9 Februari 2020, disambut Nurlina boru Sitorus. Beberapa wanita tetangganya, ada di tempat itu.

Tampak dua anaknya telentang di tikar yang digelar di lantai. Mereka adalah Yogi dan Narta, si bungsu. Narta tampak memegang sebilah raket. Gerakan tangannya lemah.

Sementara dua lagi, Sehat dan Maju, tampak tiduran di atas tempat tidur papan beralaskan tikar. Ito (saudara perempuan) mereka, Riama, tampak menghibur kedua abangnya itu. Bola mata kedua abangnya itu menatap kosong. Tidak ada ekspresi.

Tampak langit-langit rumah itu sebagian ditutupi dengan karung goni yang dibelah. Pada sisi lain, sebagian ditutup dengan kertas karton mi instan.

Dinding rumah juga tampak dilapis dengan tenda. Di dapur, tampak beberapa kardus mi instan dan beras serta telur. Nurlina tampak tegar, walau sesekali mengusap sudut matanya yang tampak mulai berkaca-kaca.

“On ma ito. Dua nai di podoman. Arga do di hami on. Karunia Tuhan do on (Inilah ito. Dua lagi di tempat tidur. Berharganya bagi kami ini, Ini adalah karunia Tuhan,” ucapnya lirih.

Dikisahkan Nurlina, anak sulungnya, Sehat Mora Andreas Sagala lahir di Kabupaten Labuhanbatu, 21 tahun silam. Saat anak sulungnya itu berusia enam bulan, mereka pindah ke Kabupaten Dairi. “Sudah puluhan tahun di sini. Yang dua lagi lahir di sini. Satu lahir di rumah mertua,” katanya.

Gejala lumpuh si sulung itu diketahui saat usia enam bulan. “Bola matanya goyang-goyang,” ujarnya. Sementara tiga anaknya yang lain, diketahui gejala yang sama, saat rata-rata usia tiga bulan. Hingga kini, tidak diketahu jenis penyakit yang menyerang buah hatinya itu.

Bukan hakku yang kuminta. Hak anakku yang empat ini

Persalinan disebut normal. Saat mengandung, Nurlina menyebut selalu mengecek kehamilannya. “Waktu posyandu ibu hamil, memang saya turut program pemerintah. Ikut. Mulai anak pertama,” katanya.

lumpuh di dairiYogi dan Narta, telentang di tikar, didampingi ibunya Nurlina boru Sitorus (Foto: Tagar/Robert Panggabean)

Terkait kehidupan sehari-hari, Nurlina menyebut suaminya bekerja sebagai petani, mengolah lahan warisan dari orang tua mereka. Sementara ia, fokus merawat anak-anak.

“Saya cuma kasih makan minum di rumah ini. Sulangan mangan do sulangan minum (harus disuap makan dan minum). Bagaimana jalannya saya bisa (bekerja)? Utanghu sonari nga umbalga sian ahu ito. Holan membiayai hidup ni halak on (Utangku sekarang sudah lebih besar dari (badan) aku. Hanya karena membiayai hidup mereka,” ujarnya.

Keluhkan Program Pemerintah

Nurlina menyebut, selama ini mereka telah berupaya semaksimal mungkin membiayai pengobatan anak-anaknya. Namun, tidak ditemukan jenis penyakit yang menyerang buah hati mereka itu. Harta yang ada, sudah habis. “Biaya pampers saja Rp 40 ribu per hari,” katanya.

Sehubungan dengan kesulitan yang mereka alami belakangan ini, Nurlina berharap perhatian pemerintah. Program yang ada, agar tepat sasaran.

“Sudah capek kali aku. Selama ini masih kuhargai. Baru sekarang saya bersuara. Tapi yang benar. Selama ini kami tutupi,” katanya.

“Selama ini saya bergantung sama Tuhan. Memang tetapnya saya bergantung sama Tuhan. Kami bekerja keras menghidupi anak-anakku ini. Tapi nggak sabar lagi. Di mana program Jokowi, kesehatan, pertanian. Di mana keadilan pemerintah, sementara keadaan saya begini,” tambahnya lagi.

Ditanya bantuan pemerintah yang pernah diterima, Nurlina menyebut ada beberapa hal. Menerima beras, juga pengobatan anak-anaknya, namun hanya sebatas pengobatan ringan.

lumpuh di dairiNurlina boru Sitorus, 45 tahun. Ibu dari empat anak yang mengalami lumpuh di Kabupaten Dairi. (Foto: Tagar/Robert Panggabean)

“Selama ini memang, beras. Baru, Jamkesmas mereka waktu rujukan dulu. Sekarang kan KIS. Terbatasnya. Berobat panasnya kubawa. Kalau itu memang diurus bindes, boru Silalahi,” katanya.

Anak perempuannya juga tidak memperoleh bantuan apapun dari sekolah. Padahal, rumah mereka disablon merek keluarga miskin.

“Si cewek nomor empat ini pun nggak dapat apa ini. Nggak ada dapatan. Sementara kan disablon itu, Pak. Disablon rumah saya. Kebenarannya mana saya terima?” katanya.

Terkait bantuan dari Dinas Sosial setempat, Nurlina juga menerima, namun tidak sesuai dengan yang dikabarkan. Awalnya, ia memperoleh kabar bahwa anak sulungnya memperoleh bantuan Rp 300 ribu per bulan. Kenyataan yang ia terima, tidak demikian.

“Tahun 2017 sampai 2018, itu uang tunai. Kalau ngasi dia (disebut bermarga Gultom), ada yang Rp 800 ribu ada yang Rp 1,8 juta. Datang dia ke sini. Saya stempeli (tanda tangan). Tapi sesudah 2019, bapak itu ngasi kartu ATM. Disuruh kami menggesek sendiri ke bank,” paparnya.

Uang yang ia ambil dari ATM juga tidak sesuai dengan harapan. “Dari bulan satu sampai bulan Juli, saya gesek ke kantor BNI, Rp 400 ribu. Berarti cuma kata-kata kan? Mulai bulan satu sampai bulan tujuh, Rp 400 ribu, di mana keteter uang ini,” ujarnya.

“Baru dari bulan tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, Rp 600 ribu. Itulah di tahun 2019. Tahun 2020 ini, cuman kemarin lah tanggal empat bulan dua Rp 500 ribu. Di mana Rp 300 ribu satu bulan ini? Kalau Rp 300 ribu satu bulan, satu tahun kan Rp 3.600.000, Pak?” keluhnya.

Di sisi lain, Nurlina juga mengeluhkan Program Keluarga Harapan (PKH). Disebut, tahun 2017 ia telah didata, namun hingga kini, tidak jelas akhir pendataan itu. “Entah di mana berkas saya dicecerkan,” katanya.

Paling miris, kata Nurlina, pemerintah desa seolah tidak mau tahu dengan keadaan mereka. “Satu yang nggak muat ke pikiranku. Kalau kutanya pak kepala desa, dang huboto hami on. Dang hami mandata (tidak tahu kami ini. Tidak kami yang mendata). Jadi ke mananya kami mengadu?” tanyanya.

Diungkapkan Nurlina, ada pengusaha di daerah itu yang memperoleh PKH. Semakin membuktikan program pemerintah banyak yang tidak tepat sasaran.

Harapan dengan tali asih dan sembako, dapat membantu warga kurang mampu

“Banyak program pemerintah. Sementara aku minta yang layak. Bukan hakku yang kuminta. Hak anakku yang empat ini,” imbuhnya. Bola matanya tampak berkaca-kaca. Kembali ujung jari Nurlina mengusap sudut matanya.

Beberapa Pihak Berempati

Sejak viralnya ke empat anak penyandang disabilitas itu di media sosial Facebook maupun pemberitaan media, beberapa pihak telah datang berkunjung, menunjukkan empati sekaligus memberikan bantuan.

“Ada beberapa. Dari pemerintah kecamatan, kepolisian,” kata Nurlina. Sementara Kepala Desa Lae Hole, dikatakan belum pernah sekalipun datang.

lumpuh di dairiPolres Dairi memberikan tali asih dan sembako (Foto: Tagar/istimewa)

Camat Parbuluan Rafael Siringo-ringo lewat telepon Minggu 9 Februari 2020 membenarkan, pihaknya telah mengunjungi langsung keluarga itu pada Sabtu 8 Februari 2020. Turut dalam kunjungannya, tenaga medis dr Benry Purba serta anggota Kamtibmas.

Rafael menyebut, akan berusaha agar berbagai donasi sosial segera terealisasi, termasuk bedah rumah dan Kartu Indonesia Pintar (KIP).

“Sungguh memprihatinkan. Langit-langit rumah pakai karung dan kertas karton. Cobaan hidup keluarga itu sangat berat. Pemerintah kecamatan siap memfasilitasi pihak-pihak yang mau peduli pada keluarga itu,” katanya.

Kasubbag Humas Polres Dairi Iptu Donny Saleh, dalam siaran persnya juga membenarkan pihaknya telah melaksanakan kegiatan 'Minggu Kasih', dengan mengunjungi keluarga itu pada Sabtu 8 Februari 2020.

Kunjungan dipimpin Kasat Binmas Polres Dairi, AKP Sintong Simanjuntak. Turut dalam rombongan, KBO Sat Binmas Iptu Yan Heriadi Ujung, personel Subbag Humas Bripka Junaidi serta personel Bhabinkamtibmas Aiptu Ab Pasaribu.

Polres Dairi memberikan tali asih serta sembako. “Harapan dengan tali asih dan sembako, dapat membantu warga kurang mampu tersebut,” kata Donny.[]


Berita terkait
Gara-gara Durian, Anak Bunuh Ayah di Dairi
Nyawa seorang ayah di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, berakhir di tangan putranya sendiri.
Siswa Korban Duel di Dairi Dimakamkan dekat Ayahnya
SPN, 14 tahun, ditemukan tergeletak di lantai ruang kelasnya di SMP Swasta HKBP Sidikalang, Jalan Gereja, Dairi. Usai duel dengan temannya.
Kisah Pilu Rakibah dan Wan Ambiya, Ibu dan Anak yang Sama-sama Lumpuh
Rumah kayu yang sudah dimakan usia menjadi saksi bisu pahitnya hidup yang harus dijalani Rakibah, wanita lumpuh berumur 41 tahun.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.