Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal 2 (Q2) akan negatif 3,8 persen (-3,8%) jika dibandingkan dengan negara-negara maju, salah satunya Singapura yang diprediksi minus 6,8 persen (-6,8%).
Tapi, kata dia angka pertumbuhan tersebut bukan merupakan angka mutlak. Sebab, angka pasti baru ke luar setelah Badan Pusat Statistik (BPS) resmi mengeluarkan rilis.
"Ini adalah contoh estimasi yang berbasiskan indikator-indikator yang kita bisa track. Tentu kita akan melihat ketika BPS menyampaikan angka pastinya pada kuartal kedua pada awal Agustus yang akan datang," tutur Sri Mulyani seperti dikutip Tagar dari kemenkeu.go.id, Rabu, 1 Juli 2020.
Baca juga: Ditegur Jokowi, Sri Mulyani Bentuk Penjaminan UMKM
Pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang diperkirakan minus tersebut, menurutnya sangat dipengaruhi situasi pandemi Covid-19. Tak hanya Indonesia, seluruh negara di dunia menurut dia terpaksa menerapkan kebijakan yang akhirnya berimbas pada perputaran roda perekonomian.
"Karena semua negara juga melakukan langkah-langkah untuk mengurangi penularan Covid-19 melalui langkah-langkah yang cukup drastis mempengaruhi kegiatan sosial ekonomi," ucapnya.
Ia menjelaskan salah satu faktor yang memengaruhi perekonomian Tanah Air menurun yaitu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Menurut Sri Mulyani PSBB memengaruhi perekonomian di kuartal kedua sehingga menimbulkan masalah sosial masyarakat terutama di Indonesia seperti sektor Usaha Mikor, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan sektor informal.
Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang diprediksi negatif pun disumbang oleh penurunan konsumsi masyarakat, pelemahan investasi serta perlambatan ekspor dan impor. []