DPRD Samosir Minta Bupati Evaluasi Direktur RSUD

Komisi I DPRD Samosir meminta Bupati Rapidin Simbolon mengevaluasi Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Hadrianus Sinaga.
Ketua Komisi I DPRD Samosir Saur Tua Silalahi. (Foto: Tagar/Fernando Sitanggang)

Samosir - Komisi I DPRD Samosir meminta Bupati Rapidin Simbolon mengevaluasi Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Hadrianus Sinaga, dr Friska Situmorang karena dianggap beberapa kali melakukan blunder atas kebijakan dan informasi kepada warga.

Ketua Komisi I DPRD Samosir Saur Tua Silalahi menyampaikan hal itu melihat beberapa kejadian di RSUD dr Hadrianus Sinaga yang dianggapnya merugikan pasien. 

Terakhir adalah mengirim seorang pasien balita ke rumah sakit rujukan Covid-19, RSUD Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dengan pengantar disebutkan Pasien Dalam Pengawasan (PDP).

"Menurut kami dari Komisi I DPRD Samosir setelah kami melakukan konfirmasi ke sana, Direktur RSUD kurang profesional atau menyatakan hal-hal blunder. Karenanya sudah layak dievaluasi Bupati Samosir atau perlu dikasih surat peringatan atau teguran," tukas Saur di kantor DPRD Samosir, Sabtu, 18 April 2020.

Terkait kasus merujuk pasien balita ke RSUD Tarutung namun kemudian dipulangkan hanya karena ruangan yang tidak ada, Komisi I DPRD Samosir yang menangani bidang kesehatan menyatakan kekecewaannya.

"Seharusnya Direktur RSUD Hadrianus Sinaga melakukan konfirmasi dulu ke RSUD Tarutung. Ketika itu saya bilang kepada beliau, seharusnya Anda tau juga kenapa Anda kirim ke sana. Kondisi pasien nggak tau Anda seperti apa. Apa memang PDP atau ODP, tapi direktur tetap menyatakan menunggu hasilnya," jelas Saur.

Menurutnya, RSUD dr Hadrianus Sinaga seharusnya melalukan rapid tes sebelum merujuk pasien balita tersebut.

"Dan ketika pasien dipulangkan, harusnya diisolasi di rumah sakit karena waktu kami monitoring ke sana, direktur bilang sudah ada ruang isolasi katanya, tapi nggak tau untuk apa itu disiapkan," jelas Saur.

Gagal paham itu RSUD Hadrianus

Sebelumnya juga terjadi ketakutan di tengah warga ketika media ini memberitakan ada 26 ODP di Samosir berdasarkan wawancara dengan Bupati Samosir dan diamini oleh Direktur RSUD dr Hadrianus Sinaga yang berada di sebelahnya, namun langsung disangkal Juru Bicara Covid-19 Samosir keesokan harinya.

"Kenapa bisa seperti ini komunikasi antara Bupati Samosir dengan direktur RSUD? Seharusnya juga bupati sebelum memberikan berita benar-benar ditanya ke gugus atau ke direktur RSUD, dan direktur RSUD juga harus memberikan informasi benar kepada bupati, jangan juga nanti bupati kita yang disalahkan masyarakat memberikan berita bohong padahal kepala rumah sakitnya yang memberikan informasi yang nggak benar," tegasnya.

Ke depannya Komisi I DPRD Samosir meminta Direktur RSUD dr Hadrianus Sinaga untuk tetap standby di RSUD.

"Direktur RSUD itu banyak di RSUD saja, ngga usah ikut-ikut ke bupati aja, artinya dia memberikan informasi kepada Kominfo, direktur RSUD di rumah sakit aja," tegasnya.

Ketika pernyataan Ketua Komisi I DPRD ini coba dikonfirmasi melalui telepon seluler dan pesan WhatsApp kepada dr Friska Situmorang, namun belum berhasil dihubungi.

Terpisah, kakek dari balita yang sempat dirujuk ke RSUD Tarutung mengaku kecewa dengan pelayanan RSUD dr Hadrianus Sinaga.

"Gagal paham itu RSUD Hadrianus, padahal anak saya (ayah balita, red) sudah minta rapid tes namun jawabannya tidak ada. Setelah saya hubungi seorang pejabat ternyata ada, dan setelah itu baru mereka mau rapid tes dan hasilnya negatif tapi tetap dirujuk," ungkapnya.

Sebelumnya diberitakan bayi berumur satu tahun diduga Pasien Dengan Pengawasan (PDP) Covid-19 berasal dari Kecamatan Nainggolan, Kabupaten Samosir, dirujuk ke RSUD Tarutung, Tapanuli Utara yang merupakan rumah sakit rujukan Covid-19.

Hal ini dibenarkan oleh Direktur RSUD Tarutung dr Janri Nababan ketika dikonfirmasi Tagar pada Rabu, 15 April 2020 melalui selulernya.

"Ya, ada pasien yang dirujuk dari rumah sakit (RSUD dr Hadrianus Sinaga) Samosir ke sini dan berdasarkan pengantar dari Samosir mengatakan itu diduga PDP," ujar Janri.

Namun karena saat itu ruang isolasi sedang penuh dan pihak RSUD Tarutung pun sedang sibuk mengurus perpindahan seorang pasien Covid-19 ke RS Pirngadi Medan, bayi tersebut dipulangkan ke Kabupaten Samosir.

"Kami akhirnya melakukan asesmen di sini, hasil dokter mengatakan ini perlu isolasi mandiri saja dan kami kembalikan lagi ke Samosir," terangnya.[]

Berita terkait
Demam, Satu Anak di Samosir Dirujuk ke RSUD Tarutung
Karena demam, seorang anak berumur satu tahun dari Kabupaten Samosir dirujuk ke RSUD Tarutung.
Warga dari Zona Merah Dilarang Berjualan di Samosir
Pemkab menerapkan larangan bagi warga luar khususnya yang berasal dari zona merah Covid-19 berdagang di Kabupaten Samosir.
Batal, Pedagang Luar Dilarang Berjualan di Samosir
Pemkab Samosir membatalkan rencana pelarangan warga luar Kabupaten Samosir untuk berdagang di daerah tersebut.