DPR Nilai Pemerintah Memaksa Masyarakat Beli Pertamax

Anggota DPR menilai pemerintah seakan ingin memaksa masyarakat untuk membeli Pertamax yang terbilang lebih mahal dari Premium dan Pertalite.
Sales Area Manager Retail Bandung PT. Pertamina Sylvia Grace Yuvenna (kedua kanan) meninjau petugas dalam mengisi BBM pada unit Pertashop di Gununghalu Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Rabu, 15 Juli 2020. PT. Pertamina (Persero) meresmikan Pertashop berkapasitas 3 KL yang menyediakan BBM jenis Pertamax, Bright Gas dan Pelumas Pertamina guna memenuhi akses energi ke masyarakat desa terhadap BBM harga yang sama dengan SPBU serta dapat membantu memajukan perekonomian desa. (Foto: Antara/Novrian Arbi/foc)

Jakarta - Anggota Komisi IX DPR, Netty Prasetiyani Aher menilai langkah Pertamina untuk menghapus Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Premium dan Pertalite, merupakan tindakan yang dianggap tidak peka terhadap kondisi masyarakat yang sedang mengalami keterpurukan di tengah pandemi Covid-19 (C-19).

Lantas Netty menyebut, dalam hal ini pemerintah tidak mengerti kondisi rakyat yang mengalami penurunan pendapatan karena pandemi Covid-19.

Artinya pemerintah memaksa rakyat untuk membeli Pertamax yang harganya lebih mahal

Dia berpandangan, pemerintah seakan ingin memaksa masyarakat untuk membeli BBM yang terbilang lebih mahal dari Premium dan Pertalite.

"Pemerintah tidak peka pada penderitaan rakyat. Saat ini daya beli serta pendapatan masyarakat menurun. Banyak masyarakat yang tidak berpenghasilan karena di-PHK atau dirumahkan, kenapa pemerintah justru ingin menghapus premium dan Pertalite? Artinya pemerintah memaksa rakyat untuk membeli Pertamax yang harganya lebih mahal," kata Netty melalui siaran pers yang diterima Tagar, Kamis, 3 September 2020.

Netty juga menyinggung masih banyaknya rakyat Indonesia yang berada di garis kemiskinan. Penghapusan BBM jenis Premium dan Pertalite, lanjut Netty akan semakin membebani mereka.

"Perlu dicatat bahwa penghapusan BBM jenis premium dan pertalite akan berdampak pada banyak hal, antara lain, kemungkinan harga-harga akan turut naik dan ini akan semakin memberatkan keluarga pra-sejahtera. Padahal ada sekitar 17 persen keluarga pra-sejahtera di Indonesia yang butuh bantuan pemerintah, bukan justru dibebani" ujarnya.

Sebagaimana diketahui, rencana penghapusan dua jenis BBM yang memiliki Research Octane Number (RON) di bawah 92 ini dibahas dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Pertamina dan Komisi VII DPR RI pada Senin, 31 Agustus 2020.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, penyederhanaan produk BBM mengikuti ketentuan dalam Peraturan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017 yang mensyaratkan standar minimal RON 91.

Netty meminta pemerintah mengkaji ulang rencana tersebut mengingat masih banyak rakyat yang menggunakan premium dan Pertalite untuk kegiatan sehari-hari.

"Skema bantuan sosial dari pemerintah, baik berupa uang tunai, subsidi upah, kartu pra kerja atau bentuk apa pun, akan menjadi tidak bermakna. Bantuan itu kan untuk meningkatkan daya beli masyarakat, jika harga kebutuhan makin tinggi, bagaimana masyarakat bisa membeli? Ini kan sama saja pepesan kosong," ucap Netty.[]

Berita terkait
Harga Pertamax dan Pertamax Turbo Turun Lagi
PT Pertamina (Persero) resmi menurunkan harga Pertamax dan Pertamax Turbo terhitung sejak hari ini, 1 Februari 2020 pukul 00.00 waktu setempat.
BBM Jenis Premium dan Pertalite Terancam Hilang
Rencana penghapusan BBM jenis Pertalite dan Premium ini tengah dibahas antara Pertamina dan Komisi VII DPR RI.
Pertamina Kaji Penghapusan BBM Premium dan Pertalite
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengatakan pihaknya tengah mengkaji kebijakan penghapusan BBM jenis Premium dan Pertalite.
0
David Beckham Refleksikan Perjalanannya Jadi Pahlawan untuk Inggris
David Beckham juga punya tips untuk pesepakbola muda, mengajak mereka untuk menikmati momen sebelum berlalu