Jakarta - Amnesty International menilai kematian Li Wenliang, seorang dokter China yang pertama mengeluarkan peringatan dini tentang wabah virus corona, sebelum secara resmi diakui virus baru, sebagai kegagalan Hak Azasi Manusia (HAM) di China.
Direktur Regional Amnesty International untuk Asia Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Nicholas Bequelin mengatakan kematian Li Wenliang menjadi salah satu pengingat tragis bagaimana pemerintah di sana bersikap.
"Kasus Li Wenliang adalah pengingat yang tragis tentang bagaimana obsesi pemerintah China akan stabilitas mendorong negara ini, untuk menekan informasi penting tentang hal-hal yang menjadi kepentingan umum," ucap Nicholas Bequelin dalam keterangan tertulis, Jumat, 7 Februari 2020 seperti dilansir dari Antara.
Padahal, menurut Nicholas pemerintah China seharusnya belajar dan mengadopsi pendekatan yang dilakukan Li Wenliang saat meneliti virus corona yang diduga datang pertama kali dari Kota Wuhan, Hubei, China.
"Tidak ada yang berhak menghadapi pelecehan atau sanksi karena berbicara tentang kondisi bahaya bagi publik, hanya karena hal itu bisa mempermalukan pemerintah," ujarnya.
Li Wenliang telah mengirimkan peringatan kepada sesama petugas medis tempat ia bekerja mengenai ditemukannya virus corona baru, 30 Desember 2019. Namun, saat itu polisi malah menuduhnya menyiarkan berita bohong dan meminta Li untuk berhenti menyebarkan hoaks.
Dokter spesialis mata itu kemudian tertular virus saat bekerja di Rumah Sakit Pusat Wuhan. Meski sempat dirawat nyawanya tidak tertolong, kata pernyataan rumah sakit yang merawatnya, seperti dilansir dari BBC News, Jumat, 7 Februari 2020. []