Bantaeng - Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantaeng, Muhammad Haris mengatakan, pihaknya kini merancang dua inovasi pendidikan yang bakal diterapkan di Kabupaten Bantaeng, yakni, Satu Inovasi Satu Guru dan Hari Bakat.
Menurut Haris, dengan hari bakat maka hal tersebut tidak lagi terjadi karena Anak diberi kebebasan sesuai minat dan bakatnya, dimana sekolah wajib menyediakan sarana prasarana pendukung secara bertahap.
Jika pembelajaran menyenangkan dan guru memiliki empat kompetensi guru secara maksimal, maka diyakini siswa akan senang belajar.
"Intoleransi lebih kepada pemaksaan kehendak guru di luar batas mengajar, melatih dan mendidik dengan tidak memperhatikan Kemampuan Anak secara individu. Bahkan cenderung guru menyamakan kemampuan, bakat, minat peserta didik," kata Haris, Senin, 24 Februari 2020.
Selain itu, peningkatan kompetensi dan kapabilitas seorang guru untuk menjadi lebih profesional bisa melalui Satu Inovasi Satu Guru.
Sementara untuk mengantisipasi adanya bullying dan kekerasan seksual, mantan Plt Kadispora Bantaeng ini menyebut, peran serta orang tua dalam kegiatan parenting sekolah sangat diperlukan.
"Keterlibatan orang tua dalam kegiatan parenting kelas, parenting sekolah maka diharapkan tidak ada lagi kekerasan seksual dan bullying di sekolah," terang Haris.
Diketahui, beberapa waktu lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim melontarkan pernyataan soal tiga dosa besar dalam dunia pendidikan. Ketiga dosa tersebut yakni intoleransi, kekerasan seksual dan perundungan.
Namun Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Muhammad Ramli Rahim berpendapat lain. Baginya tiga dosa pendidikan versi Nadiem Makarim hanyalah dampak dari buruknya sistem pendidikan.
Menurut dia, dosa lain yang justru besar di antaranya buta matematika, gagal literasi, kegagalan pendidikan karakter, pengangguran alumni SMK hingga belajar bahasa Inggris enam tahun tapi tak bisa berucap tanpa bantuan kursus.
Jeleknya kurikulum, buruknya tata kelola dan rendahnya kualitas guru menjadi penyebab semua masalah itu yang menyebabkan siswa tak senang belajar dan berujung pada stres.
"Jika pembelajaran menyenangkan dan guru memiliki empat kompetensi guru secara maksimal, maka diyakini siswa akan senang belajar sehingga potensi intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan sangat kecil terjadi," ujar Ramli Rahim
Menurut Ramli, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan jangan hanya melihat permukaan saja. Sebab di permukaan hanya akan melihat tiga dosa pendidikan itu saja.
"Padahal sesungguhnya banyak dosa pendidikan lain yang jauh lebih serius," terang dia. []