Din Syamsudin Sebut Radikalisme Punya Arti 2 Dimensi

Din Syamsudin, eks Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengatakan bahwa radikalisme merupakan sebuah istilah mengandung dua dimensi.
Tokoh Muhammadiyah Din Syamsudin menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga toleransi dalam konferensi pers di di Center for Dialogue and Cooperation among Civilisation (CDCC) Jakarta, Senin, 18 November 2019. (Foto: Antara/Katriana)

Jakarta - Din Syamsudin, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 mengatakan bahwa radikalisme merupakan sebuah istilah yang kemudian berubah menjadi paham mengandung dua dimensi.

"Dasarnya mengandung dua dimensi, yaitu dimensi yang positif dan negatif," ucap Din Syamsudin melalui keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, 22 November 2019 seperti dilansir dari Antara.

Radikalisme mengandung arti positif karena sesuai dengan akar kata radikal, yaitu radik atau akar yang berarti seseorang atau sekelompok orang yang berpegang teguh pada nilai-nilai secara mendasar.

Seseorang yang mengatakan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harga mati dan negara Pancasila final adalah contoh sikap radikal yang mengandung pengertian positif karena itu kesepakatan kebangsaan.

"Mengakar, berpegang pada akar keyakinannya. Itu positif. Nah, ini agama-agama mengajarkan demikian," ujarnya.

Namun, kata radikalisme bisa mengandung arti negatif jika seseorang merasa dirinya paling benar sendiri, sementara orang lain atau kelompok lain di luar kelompoknya dianggap salah.

"Menyalahkan, mengkafirkan orang itu sikap radikal yang bersifat negatif. Jadi saya kira perlu ada kejernihan, klarifikasi tentang itu," katanya.

Din Syamsudin juga menggarisbawahi bahwa radikalisme tidak hanya bermotif agama, tetapi bisa juga ada motif-motif non agama, seperti sekulerisme liberalisme. Jika radikalisme sekuler berdampingan dengan paham liberal, menurutnya, itu lebih berbahaya lagi karena paham tersebut anti agama. 

"Itu ada di dunia ini. Radikalisme sekuler itu anti agama, karena sekulerisme itu hidup manusia kini dan di sini. Tidak ada nanti dan di sana. Itu bertentangan dengan agama," ujar dia.

Ia mengatakan sah-sah saja jika ada seseorang yang ingin menjalankan ajaran agama ataupun tidak, asalkan orang tersebut tidak menyimpang dari nilai-nilai dasar yang disepakati, yaitu Pancasila.

"Tapi jangan kemudian ada yang memonopoli dalam kehidupan bersama ini. Apalagi menyimpang dari nilai-nilai dasar yang disepakati, Pancasila," tuturnya. []

Berita terkait
Din Syamsuddin Sikapi Pernyataan Sukmawati
Din Syamsuddin mengatakan hal yang wajar jika ada umat Islam marah terhadap pernyataan Sukmawati Soekarnoputri.
Faktor Kerusuhan Wamena Menurut Din Syamsuddin
Ketua Dewan Pertimbangan MUI Din Syamsuddin anggap aparat keamanan lamban menangani kasus rasial Papua di Surabaya yang berujung kerusuhan Wamena.
Din Syamsuddin Menanggapi Kasus Meiliana
Din Syamsuddin menanggapi kasus Meiliana. “Sekadar protes karena suara adzan yang terlalu keras tidak bisa disebut menistakan agama,” ujarnya.